DILEMA

190 18 1
                                    

Shinki POV

Setelah membersihkan diri, dengan segera aku mengenakan jeans selutut dan kaos oblong berwarna putih. Aku menatap pantulan diriku di depan cermin. Heran.

Kenapa tadi di sekolah dirinya menerima tawaran pak Bono. Jika saja dia disuruh membantu murid lain dia akan menerimanya dengan senang hati. Tapi ini Ara, cewek yang pasti sangat membenci dirinya.

Aku mejambak kesal rambutku, sekarang aku harus bagaimana. Tadi di sekolah saja aku sudah dengan senang hati menawarkan bantuan tapi dia malas menepis tanganku dengan kasar. Dasar cewek gila.

Aku mengambil lembaran kertas yang diberikan pak Bono tadi. aku membacanya dengan saksama, di sana terlihat cetakan foto berukuran 3x4 yang menampilkan wajah Shara yang begitu cantik. Yah, walaupun itu hanya kertas photocopy-an

Drrttt drtttt drtttt.

Tiba-tiba ponselku bergetar membuyarkan aksiku yang terus memandangi wajah Ara.

Aku mengambil ponsel di atas tempat tidur. Terlihat nama Tedi di bar notifikasi pada benda pioih yang aku genggam. Dengan malas aku membuka obrolan chat WhatsApp.

Tedi
P
P
P
P

Shinki
?

Tedi
Weekend kemana?

Shinki
Sibuk

Tedi
Yah, sedih dedek :"

Shinki melempar asal ponselnya diatas kasur. Sudah ketara jika Tedi bakalan mengajaknya pergi saat Weekend.

Teringat kembali dengan tugas pak Bono yang diberikan dirinya. Dengan cepat aku memutar otak mengingat jika Weekend dia tidak kemana-mana. Itu berarti dirinya bisa pergi untuk mengajar Shara.

Tapi mengingat kelakuan Shara sudah pasti cewek itu jika Weekend bakalan pergi shopping atau pergi berhura-hura dengan teman-temannya.

Sekarang dilema menyerang dirinya. Apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus bertanya dengannya di sekolah atau harus datang langsung kerumahnya. Tapi keduanya bukanlah ide yang bagus.

Aku kembali berpikir apa yang harus aku lakukan. Aku mengambil ponsel yang aku lempar asal tadi lalu mulai mengetikkan sebuah nomor yang akan segera aku hubungi.

Weekend lo sibuk?
Send.

Kalimat itulah yang aku kirim kepada Shara. Entah apa yang sedang aku pikirkan tetapi itu bukan merupakan cara mengirim pesan yang sopan kepada seseorang apalagi dirinya tidak mengatakan awalan.

Belum ada satu menit tetapi cewek itu sudah membalas pesannya.

Cewek Gila
?

Aku cengo melihat balasan yang dikirim cewek itu. Aku kembali mengetikkan pesan untuk cewek itu.

Gue Shinki. Ketua osis. Gue disuruh pak Bono buat ngajarin lo.
Send.

Watdepak!

Cewek itu hanya membaca chatku. Mungkin dia sekarang sedang mengoceh mengata-ngatai diriku. Kenapa juga aku mau mengajar.

Oh God!

Aku mengetuk-ngetuk jariku pada ponsel yang berada pada genggamanku.

Drrtt drrrtt drrrtt.

Cewek Gila
WEEKEND GUE SIBUK! OH YA GUE INGETIN SAMA LO KAKAK KELAS BELAGU. LO GAK USAH SOK BAIK SAMA GUE, ISI ACARA MAU NGAJARIN GUE. AMIT-AMIT DEH GUE!

Gila nih cewek. Aku benar-benar heran dengan isi kepala dia. Padahal dirinya sudah berbaik hati mau mengajari cewek itu tapi dia bilang kalau aku sok baik. Ya Tuhan, cobaan apa yang kau berikan kepada hambamu ini.

Dengan kesal aku mengetikkan satu kata.

Fine!
Send

_______

Shara POV

Setelah sarapan tadi aku berjalan ke dapur mengambil beberapa camilan untuk menemaniku menonton film yang telah aku download kemarin malam.

Setelah mengambil beberapa camilan aku mengayunkan kakiku berjalan ke kamarku.

Aku meletakkan semua camilan yang aku bawa tadi di atas ranjang dengan laptop yang aku lempar asal ke atas ranjang. Aku berbalik kembali ke dapur karena lupa membawa minuman.

Saat hendak membuka knop pintu tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada pesan yang baru masuk. Aku berbalik mengambil ponselku aku membuka aplikasi WhatsApp. Disana tertera sebuah nomor yang aku tidak kenal.

"Bales atau enggak ya? Kalau enggak di bales tar penting. Yaudah deh gue bales," putusku.

Belum lama setelah mengirim pesan itu. Sebuah balasan kembali muncul.

Aku membelalakkan mataku. "What! Apa-apaan cobak. Ya Tuhan, pak Bono kenapa nyuruh dia sih!"

Aku berpikir sejenak. Lalu jari-jariku dengan lincah mengetikkan pesan balasan dengan kalimat yang hurufnya di caps lock semua.

"Yakali gue harus belajar sama dia. Gue sama dia aja musuhan."

Hilang sudah mood-ku menonton film yang sudah aku persiapkan dari kemarin malam.

Aku mengetikkan sebuah nama di papan pencarian panggilan. Lalu memencet tombol call.

"Hallo. Bagas ganteng disini."

Aku mendengus kesal mendengar seseorang di seberang sana yang sedang cekikikan.

"Pakyu! Bang gue lagi syedih nih! Masak lo gitu sih sama gue."

"Hehehehe. Iya-iya sayang maapin aku. Kamu sedih kenapa sayang?"

"Sekali lagi lo manggil gue sayang, gue panggil papa!" ucapku mengancam Bagas karena ulahnya itu.

"Sante Ra sante. Masak gitu aja lo marah. Iya iya lo kenapa?"

" .... "

"Lah gue nanya lo malah diem. Salah apa lagi gue?" Ucap Bagas terdengar parau.

Aku mulai menceritakan masalah dari pak Bono menyuruhku berdiri di depan kelas sampai pak Bono menyuruh Shinki untuk membantuku belajar.

"Oh ... jadi karena itu lo sekarang nelpon gue. Kalau udah gini, pasti gue harus ngajak lo jalan-jalan. Mampus deh gue!"

Mood-ku seketika kembali. "SIAP BANG! SAMPE GUE PUAS POKOKNYA." Saking senangnya aku berteriak sampai-sampai membuat Bagas marah kepadaku.

"Ara lo kira gue budek. Gak usah teriak-teriak kalik!"

"Hehehe. Okay weekend kita jalan-jalan ya?"

"Siap-siap bos. Tinggal tentuin lo mau kemana, gue siap jadi sopir lo dua pukuh empat jam."

Setelah berbicara panjang lebar dengan Bagas mulai dari hal yang tidak penting sampai hal yang sangat tidak penting, aku mematikan sambungan teleponnya.

Aku memindahkan semua camilan tadi ke atas nakas lalu membaringkan tubuhku. Aku mulai menerawang, memikirkan hal-hal absurd yang akan aku lakukan seperti dulu. D

TBC

YEIYYYY

Update lagi.

NB : Aku enggak ada revisi soalnya aku langsung up ya. jadi mohon dimaklumi :))

Terimakasih :33

SHARA (TAMAT)Where stories live. Discover now