Bab 57. Menghilang dan Menjauh

Comenzar desde el principio
                                    

"Lo ada masalah apa lagi?" tanya Liam yang ternyata menyusulnya di belakang.

Samuel menghela napas kasar kemudian menggeleng ketika Liam sudah berjalan sejajar dengannya. "Nggak ada."

"Lyodra dari kemarin emang nggak masuk. Kenapa? Nggak bisa dihubungi?" tanya Liam seolah tahu isi kepala Samuel.

Ya. Temannya itu memang gampang ditebak kalau soal perasaan. Sejak tadi gusar, nggak bisa diam dan lepas dari ponsel. Mirip cacing alaska kepanasan karena cewek yang katanya pacarnya hilang.

"Apartementnya kosong. Nomor hpnya nggak aktif. Anjing emang," umpat Samuel.

Liam tersenyum kecil. Sejak dulu Samuel memang tidak banyak berubah. Labil, kekanakan, egois, dan gengsinya tinggi. Ia tahu Samuel sedang khawatir tapi temannya itu tidak ingin menampakkan nya.

"Anjing anjing gitu dia cewek lo," balas Liam.

Mereka masuk ke dalam lift. Di jam kosong seperti sekarang, tempat mana lagi yang asik buat nongkrong kalau bukan rooftop. Jadi, keduanya memilih untuk menuju kesana. Sekadar nyebat dan ngomongin beberapa hal.

Liam memperhatikan Samuel yang masih saja sibuk dengan ponselnya padahal pada akhirnya akan sama. Panggilannya tidak akan terjawab. "Sejak kapan nggak bisa ditelfon?" tanyanya begitu sampai di rooftop.

Ia bersandar di pembatas sedangkan Samuel berdiri tidak jauh darinya, "udah dari empat hari yang lalu," jawab Samuel.

Lyodra memang tidak bisa dihubungi sejak gadis itu pulang dari rumahnya waktu itu. Samuel pikir hanya bertahan sehari. Tapi, ketika Lyodra tidak datang ketika ia menjemput gadis itu pulang sekolah, kecurigaannya semakin menjadi.

Sampai-sampai ia nekat untuk masuk sekolah hari ini, padahal kakek dan neneknya melarang. Hal itu ia lakukan hanya untuk memastikan Lyodra ada dan baik-baik saja. Dan sialnya, gadis itu ternyata sudah absen sekolah kemarin.

"Lo kelihatan panik banget. Udah beneran ada rasa?"

"Ck. Diem!"

Pikirannya benar-benar kacau. Di satu sisi ia menyuruh untuk tenang karena Lyodra tidak lebih dari sekedar alat balas dendam. Di satu sisi lagi, ia memikirkan banyak kemungkinan buruk yang terjadi pada gadis itu.

"Nggak usah panik gitu, kalau lo nggak tenang. Nggak bisa cari jalan keluar,"

Samuel tidak menggubris. Lyodra tidak bisa dilacak. Tidak diketahui keberadaan juga keadaannya, bagaimana mungkin Samuel tidak panik?

Ia segera memerintah beberapa suruhannya untuk mencari gadis itu. Kalau sampai kakeknya ada sangkut pautnya dengan ini, ia bersumpah akan membalasnya lebih.

"Sam.." panggil Liam.

"Hm."

"Lyodra hamil?"

Samuel hampir kaget tapi ia berusaha menyembunyikan hal itu, sebisa mungkin ekspresinya terlihat biasa saja, "ngaco," katanya.

Liam bergumam dan mengangguk-anggukan kepalanya. Bukan tanpa alasan ia bertanya demikian. Pertama, soal penemuan testpack oleh Bennedith di apartement Samuel. Dua, Lyodra akhir-akhir ini aneh. Liam pernah memergoki gadis itu muntah-muntah. Ralat, bukan pernah. Tapi, lumayan sering. Mungkin karena ia terlalu memperhatikan gadis itu ketika Samuel tidak ada. Jadi, semua gerak-geriknya tertangkap oleh Liam. Tiga, Lyodra juga lebih berisi. Empat, gadis itu jarang ikut pelajaran olahraga. Sekalinya ikut hampir jatuh pingsan dan menolak keras ketika mau dibawa ke UKS.

"Kenapa nanya gitu?"

"Nggak papa," jawab Liam. Ia mengeluarkan satu pack rokok dan korek dari sakunya. Lelaki itu menyodorkan pada Samuel usai menyulut rokok miliknya. "Gue kasihan ke Lyodra," lanjutnya.

RetrouvaillesDonde viven las historias. Descúbrelo ahora