Bab 73. Alasan Aurbee

69.1K 8.3K 3.9K
                                    

Jangan lupa vote dan komentar❤

----------------------------------------------------------

Bab 73. Alasan Aurbee

***

KALI terakhir Samuel bertemu Aurbee adalah beberapa minggu yang lalu. Tepat ketika gadis itu mengakui sebagai penyebar foto-foto dan video Lyodra. Setelah itu mereka tidak pernah lagi bertemu meskipun sampai sekarang ponsel Aurbee masih di Samuel, tidak sekalipun gadis itu datang untuk mengambilnya.

Dan sekarang, Aurbee disini. Berdiri di samping motor Samuel sambil menahan lengan lelaki itu agar tidak pergi.

Padahal, tadi Samuel sudah berusaha menghindar dengan menambah kecepatan ketika melintasi gerbang sekolah tapi gerakan Aurbee lebih gesit, gadis itu mengejar dan menghadang motornya. Untung saja ia memiliki kecekatan dalam mengendalikan kendaraan jadi bisa ngerem mendadak. Bunyi decitan ban yang beradu dengan aspal membuat semua pasang mata tertuju ke arah mereka sekarang.

"Sam, gue minta waktu lo sebentar."

Aurbee terlihat sangat berantakan. Wajahnya pucat. Matanya berkaca-kaca ketika bersitatap dengan Samuel. Ia memakai hoodie abu yang pernah Samuel pinjamkan dulu. Rambutnya dibiarkan tergerai acak-acakan.

"Naik," perintah Samuel karena risih jadi pusat perhatian.

Tanpa banyak bicara, Aurbee menurut. Gadis itu naik dan membiarkan Samuel membawanya pergi. Tidak ada pembicaraan setelahnya. Samuel juga tidak protes ketika kedua tangan Aurbee melingkar di perutnya, memeluknya erat lalu menyandarkan kepala di punggungnya.

"Mau kemana?" tanya Samuel ketika berhenti di lampu merah.

"Katedral," jawab Aurbee dengan suara serak.

"Gila lo. Jauh. Nggak!" tolak Samuel cepat.

"Please, Sam.."

Samuel menghembuskan napas. Saat merasakan bagian belakang seragamnya basah dan isakan Aurbee terdengar menyatu dengan deru kendaraan, ia tahu Aurbee sedang menangis sekarang.

Sudah dipastikan gadis itu datang menemuinya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Sejak pertama kali kenal Aurbee, ia adalah sosok yang jarang sekali menunjukkan tangisnya. Aurbee tidak pernah terlihat lemah. Sekalipun dalam kehilangan apapun. Termasuk kematian kakaknya dulu, "lo kenapa, Bee?"

Aurbee mengeratkan pelukan untuk meredam tangisnya. Isakannya semakin menjadi begitu mendengar pertanyaan Samuel.

"Gue lagi nggak baik-baik aja, Sam."

***

DUA puluh menit kemudian, setelah menembus kemacetan Jakarta sore ini, mereka sampai di Katedral. Keduanya duduk bersisian, menghadap altar sambil saling diam. Mereka barusaja selesai berdo'a dan tidak ada satupun yang memulai pembicaraan. Mungkin Aurbee sedang mengendalikan dirinya, terlihat dari tangisnya yang sudah reda. Napasnya teratur dan lebih tenang daripada tadi.

"Jadi kenapa lo tiba-tiba datang ke gue?" tanya Samuel memecah keheningan. Dari samping, ia dapat melihat ketika Aurbee tersenyum masam.

"Gue keguguran, Sam," kata Aurbee pelan.

Kalimat itu berhasil membuat Samuel hampir tersedak ludahnya sendiri. Lelaki itu mengerutkan alisnya. Bingung.

"Gue pernah hamil anak lo," lanjut Aurbee. Pandangannya menerawang ke depan, seperti mengingat-ngingat kejadian sebelumnya.

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang