36. Pretty Savage

Start from the beginning
                                    

• • •

"Lama banget lo kodok! Kemana aja sih?!" semprot Derrel kesal saat motor milik Arkan baru saja berhenti di depan pagar rumahnya.

"Bacot. Syukur-sykur lo gue jemput! Kalo nggak, lo bisa alpa di hari pertama sekolah!" balas Arkan tak kalah garang. Kekesalannya bertambah kala mendapati Derrel menjadi tidak sabaran seperti ini.

Arkan menyerahkan helm ke Derrel, kemudian berucap, "Gue denger-denger, lo jadi makin deket tuh sama si preman jablay."

"Hah? Preman jablay apaan, gila?"

"Atilla," jawab Arkan sekenanya, lalu mulai melajukan motornya.

"Lo jangan sembarangan ngatain anak orang jablay! Sinting lo ya! Lagipula, kan gue emang udah deket. Namanya juga temen."

Arkan terkekeh remeh. "Lo pikir gue bego? Jangan sok nggak ngerti, deh. Gue tau lo suka Atilla. Dan deket yang gue maksud bukan deket sebagai teman."

"Nggak usah urusin gue. Lo sama Jacklin apa kabar?"

Kemudian, perdebatan kecil terjadi di antara mereka berdua di sepanjang perjalanan menuju sekolah.

• • •

Atilla menyusuri lorong tempat lockernya berada, hendak mengambil sesuatu di sana. Saat ia hendak memutar kuncinya di locker, pergerakannya terhenti saat itu juga.

Pikirannya mengembara ke peristiwa beberapa waktu lalu. Peristiwa di mana ia menemukan sebuket bunga disimpan rapi di dalam lockernya.

Juga peristiwa di mana ia dan Duta pertama kali berinteraksi.

Wajah Atilla berubah murung. Jujur saja, meskipun sudah berbulan ia dan Duta resmi tak lagi berpacaran, masih ada bekas yang tersisa di dalam hatinya. Mereka tak pernah lagi saling mengabari. Terakhir yang Atilla dengar, Duta lulus dari sekolah ini dengan nilai yang cukup baik. Itu pun informasinya ia dapatkan bukan dari Duta langsung, melainkan dari Arkan, yang hadir pada saat pengumuman kelulusan kelas dua belas beberapa minggu lalu.

Mata cewek itu terpejam, berusaha menarik kembali kesadarannya yang terenggut oleh nostalgia. Dibukanya locker itu, kemudian pergi dari sana setelah sebelumnya mengambil beberapa buku dan membersihkan debu tebal yang bersarang di dalam sana.

Atilla buru-buru melangkah setelah sebelumnya mengecek di mana kelas barunya. Beruntung, kelasnya masih sama dengan Derrel dan Jacklin. Kabar buruknya adalah Arkan juga berada di kelas yang sama dengan mereka.

Jujur, adalah bisikan dan tatapan para siswa yang membuat langkah Atilla menjadi terburu-buru. Mereka seperti melihat seorang artis ibukota terkenal yang datang ke sekolah, membuat Atilla risih, gemas, serta kesal dalam waktu yang bersamaan. Saat ini ia berusaha menahan gejolak dalam dirinya yang seolah mendorongnya untuk menghampiri mereka satu per satu, lalu membengkokkan rahangnya masing-masing.

"Anjir! Itu siapa? Murid baru?!

"Weh, itu Atilla bukan sih?!

"Astaga, kok bisa jadi cantik banget, sih, tuh anak?!"

"Wah, kayaknya dia bakal jadi Daneen Dafanianya angkatan kita deh."

CephalotusWhere stories live. Discover now