Galih membuang nafasnya. "Gue pamit berangkat bang," setelah mengucapkan itu, Galih pergi dan tak lupa menepuk pelan punggung Alan.

"Maafin abang, dek," ujarnya kembali duduk dan menelungkupkan tangannya di meja.

Jam menunjukkan 07.02, dia akan pergi ke kampus sekitar jam 08.25.

Terdengar langkah seseorang dari samping, Alan mendongakkan kepalanya, melihat sang adik yang nampak kacau, mata sembab dengan kunciran yang sama sekali tak rapih, kaos oblong sepaha berwarna hijau toska dan celana jeans selututnya, tak lupa menggunakan topi, membawa airpods serta papan skeat yang ia himpit di lengannya.

"Mau kemana?"

Airin berhenti sejenak, memalingkan wajahnya, memandang sang abang dengan wajah tak terbaca, sekilas ia melihat raut wajah abangnya yang nampak kacau, dia mengabaikan pertanyaan abangnya, Airin kembali melangkah cepat.

Terdengar helaan nafas.

Airin terus berjalan melewati gang-gang kecil. Dia meninggalkan handphonenya dan hanya membawa uang 50 ribuan.

Ia mulai menaiki skeatboardnya sesaat menemukan jalan yang lebih baik dari sebelumnya, kini terlihat sebuah empang yang lumayan besar, salah satu hobinya dulu saat bersama Akhis, Airin tersenyum getir mengingatnya.

Ia tak memasuki empang tersebut, Airin hanya termangu melihat empang di depannya.

"Acis apa kabar? Linlin kangen sama Acis, Acis pergi kemana? Linlin mau mancing ikan sama Acis, ntar bunda suruh bakarin kayak waktu dulu Cis, Acis gak kangen sama Linlin?" Beribu pertanyaan masih ingin ia katakan, namun dia tak kuat melanjutkannya, Airin hanya mampu mengucapkannya lirih.

"Teh Airin? Dari mana teh? Udah lama gak kesini, Akhisnya mana teh?" ucap seseorang menyapa Airin, seorang lelaki bernama Dede yang pastinya sangat mengenal Airin.

Airin menoleh. "Kang Dede, apa kabarnya? Airin baik, akang gimana?"

"Baik teh, Akhisnya gak ikut?" tanyanya sembari menolehkan kepalanya seolah mencari keberadaan Akhis.

"Akhisnya gak ikut kang, lagi sibuk," ucapnya miris.

"Ouuh, biasanya lengket banget, tumbenan banget gak bareng, kenapa jarang banget main, teh?"

"Sibuk kang, hehe."

"Sibuk sampe satu tahun gak kesini, sibuk bangun hotel? Haha," ucap Dede meledek. Airin ikut terkekeh mendengar candaan orang di depannya.

Kang Dede berumur 32 tahunan, pemilik empang yang lumayan besar di daerahnya.

"Bisa aja kang, kalo begitu saya pamit kang, mau latihan skeat," pamitnya lalu melangkah pergi meninggalkan empang.

Terlihat beberapa anak skeat yang sedang berlatih. Airin menghampiri anak gadis seusianya, bisa dibilang keduanya memang lumayan dekat, karena gadis ini merupakan anak paling cerewet dan humble.

"Gemini!" teriaknya di samping telinganya.

"Astaghfirullah, berisik Adi!" serunya mengelus dada. "Lo gak sekolah?"

"Skor!" jawab Airin cepat.

"Kok sama, jangan-jangan kita jo ..."

Sudut Rasa (On Going)Место, где живут истории. Откройте их для себя