26. Banyak persamaan

32 17 104
                                    

Typo tandain, happy reading.

"Cape banget, hidup dimirip-miripin sama orang tuh gak enak."

***

Garis finish sudah di depan mata, sorak porak terlihat nyata.

Kedua nama itu diteriaki begitu keras, Bryan dan Revan, keduanya tak jauh bersisihan, namun Bryan sedikit memimpin.

Di balik helm-nya, Bryan mengeluarkan smirk-nya. Ia menarik gas kencang membuatnya berjalan lebih cepat.

Suara teriakan menjadi lebih keras ketika Bryan lebih dulu mencapai garis finish.

"Bryan!"

"Revan lo gimana sih?!"

"Ah, calon suami gue menang lagiii!"

"Udah gue duga sih, Bryan pasti menang."

"Seneng banget gue!"

"Omooo! Ganteng bangeeeet!"

Bryan membuka helm-nya, menatap Revan yang sedang memukul stang motornya. "Sialan, bangsat!" umpat Revan.

Keduanya beradu tatap, Bryan mengangkat jempol kanannya tinggi, baru beberapa detik ia langsung membaliknya. Ia tertawa meremehkan.

"Gue bilang juga apa, Revan pasti kalah!" seru Anggit dengan tampang meremehkan.

Beberapa anggota tiger yang mendengarnya langsung menatap sengit Anggit.

"Kali ini boleh kalah, tapi gak buat besok!" ujar salah satu dari mereka.

"Alah! Bacot doang gede, nyali tempe!" hina Gesa tertawa terpingkal-pingkal.

"Sial, ngakak sampe ngik-ngik!" saut Deden sambil mengeplak punggung Anggit kasar.

Anggit bukannya marah justru ikut tertawa. "Tiap kalah nih bilangnya gini, kasian banget gak pernah menang."

"Namanya juga anak baru kemaren, kalo bareng-bareng nyalinya gede, kalo sendiri ciut tuh mental!" sambung Sarga.

"Mental gede aja kalah, apalagi ciut! Mati tuh di tempat!" Tak mau berhenti, Gesa terus meledek anggota tiger.

Bugh!

"Anjing! Gue ga ngapa-ngapain malah kena pukul! Sial lo!" Bayu yang sedang duduk terkena tonjokan.

Kakinya yang sedikit pegal membuatnya enggan untuk berkumpul dengan Gesa dan lainnya, dan memilih duduk di tepian jalan.

"Setan lo babi! Anjing! Mati lo!"

Bugh!

Bayu melayangkan bogeman mentah tepat di perut sang lawan.

Dengan teganya, teman rival yang lainnya menendang kaki bayu yang masih tertutup perban.

"Asu! Setan, tai! Sakit, Anjing!" ujarnya mengerang. Bayu mengadahkan kepalanya ke atas.

"Mampus!" desis mereka.

"Woy! Woy! Woy! Lo apain temen gue, Njing!"

Sarga berlari mendekati Bayu.

"Malu bro! Udah gede mainnya kroyokan!"

Gesa dan beberapa anak lainnya menyusul Sarga. "Lo gak pa-pa, Yu?!" tanya Gesa yang melihat Bayu menahan rasa sakitnya.

"Sedikit tidak baik-baik saja, tapi sudah biasa! Aman lah!" ujarnya yang justru mendramastis.

Gesa menggelengkan kepalanya, dia menendang kaki bayu pelan.

Sudut Rasa (On Going)Where stories live. Discover now