9. Blue Cafe

98 92 106
                                    

Yang cuma baca gak tinggalin jejak gak mau coba vote+komen?

***

"Terlalu sering dikecewakan membuatku kebal akan penghianatan."

___G___

***

"Bang! Btw tadi Zheva gak berangkat?" tanya Gesa ke Bryan, Bryan menganggukkan kepalanya sejenak, "ke rumah oma-nya," sambungnya.

Gesa mengangguk-anggukan kepalanya, dan menyeruput thaitea-nya.

"Bro! Gue dapet kabar barusan!" seru Sarga ke keempat sahabatnya. Keempatnya mengangkat alisnya bertanya.

"Lo udah baca belum, Yan?" tanya Sarga sebelumnya.

"Baca apa?"

Sarga menunjukkan obrolan grup Flame's, rahang Bryan mengeras. "Sekali berkobar, Flame's akan membakar!" ucapnya penuh penekanan.

"Kenapa, Ga?" heran Anggit.

"Buka hp lo coba!" perintahnya, "hp gue mati daya ini!" jawab Anggit menunjukkan ponselnya yang mati.

"Entar malem kumpul jam 11 di depan markas! Jangan ada yang telat, Anggit! Jangan sampe ketiduran!" ujar Bryan tegas.

"Iya!" balas Anggit dan mendengus.

"Kenapa geng itu selalu bikin ulah, Yan? Heran gue!" tanya Deden kesal.

"Lo mau tau kenapa gak, Den?" sahut Gesa membalas.

"Emangnya kenapa?"

"Karena ... karena mereka syirik sama kegantengan gue, jadi mereka selalu incer gue, wkwk," jawab Gesa yang diberi tatapan membunuh oleh Deden. Bryan menggelengkan kepalanya, Gesa yang sudah ia anggap adiknya selalu bercanda.

"Emangnya kenapa, Yan? Gue juga masih bingung sebenernya, soalnya dari awal kita bikin geng ini, mereka selalu usik kita!" timpal Sarga.

Bryan melirik Gesa, Gesa mengedikkan bahunya. "Jadi ketua geng mereka sahabat gue, Gesa, sama Zheva dulunya! Intinya ada beberapa konflik yang bikin persahabatan kita ancur, bukan kita sebenarnya, tapi dia yang bikin semuanya hancur, dan sekarang dia ada dendam, lebih tepatnya ke gue sama Gesa," jelasnya yang diangguki Gesa dengan muka malasnya.

"Emang konflik apa?" kepo Anggit, "'kan tadi udah gue jawab! Karena kegantengan gue!" jawab Gesa tersenyum lebar.

"Gak jelas lo! Muka kurang amplasan aja bangga!" sebal Anggit sembari melemparkan bekas sendoknya yang tepat mengenai wajah Gesa.

"Anjing lo! Gue sama lo gantengan gue kali!"

"Emang yang dibilang Gesa bener, Yan?" sanggah Deden ke Bryan.

"Sebenernya gak ada sangkut pautnya sama muka yang pas-pas an. Cuma ... intinya ada masalahnya sama itu anak, sama gue juga!" jelasnya menunjuk Gesa.

"Mata lo katarak, Bang? Gue tau ... kalian gak mau ngaku karena kalian itu syirik, gue buktiin kalo gue ganteng!" ujarnya celingukkan, dia mendapati seorang pegawai dan melambaikan tangannya, Pegawai itu pun menghampirinya, "ada yang bisa saya bantu?" tanyanya seusai di samping Gesa.

Sudut Rasa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang