5. Terlambat

126 118 184
                                    

Itu bintangnya diteken dulu, udah?
Ok silahkan dibaca, kalo ada yg menarik dikomen ya, terima kasih.

***

"Yang terlihat tak berguna justru sangat berguna disuatu saat nanti."

___A___

***

Senin pagi, waktu yang membosankan bagi Airin. Bagaimana tidak, jika harus bangun pagi untuk sekolah di awal minggu dan akan dilangsungkan upacara bendera yang membuat kulit dibakar secara tidak langsung.

Airin berangkat sekitar jam delapan kurang, biarlah dia terlambat, dia tak memusingkan itu, dia sudah biasa dibilang brandal, tak berguna dan lain sebagainya.

Lama dia berangkat dengan papan skeat kebanggaannya, terlihatlah gerbang yang menjulang tinggi telah ditutup. Airin berdecak kesal, sebenarnya Galih mengajaknya untuk berangkat bersama, namun yang namanya Airin jelaslah tidak mau, dia tidak suka menaiki motor, baginya menaiki motor merupakan sebuah bahaya.

Tanpa pikir panjang dirinya memanjat gerbang sekolahnya, SMA Taruna nama sekolahnya, di mana disini terdapat guru BK yang kilernya seperti singa kelaparan. Namun Airin sudah biasa menanggapi celotehan satu guru ini.

Dia mendarat mulus dan mengambil skeat yang dia lemparkan tadi, kepalanya celingukan, melihat sekitar yang nyatanya tidak ada orang sedikitpun, entahlah pak satpam pergi kemana, dia berlari seperti kesetanan menuju kelasnya, Ips 4 yang biasa disebut kelas buangan oleh siswa lainnya. Memang Airin sebodoh itu.

Dia mengendap-endap berharap belum ada guru masuk ke kelasnya. Dirinya tak melihat teman-temannya divlapangan. Bagaimana bisa dia melihat temannya, jika jam saja sudah menunjukan angka sembilan kurang, SMA Merdeka bisa dikatakan sekolah yang disiplin, upacara saja dilaksanakan tepat waktu, jam 07.10 menit, bahkan Airin saja masih bergelung di bawah selimut tebalnya.

Memasuki kelas dengan menyembulkan kepalanya terlebih dahulu, teman-temannya yang melihat itu dibuat jengah setengah mati. Airin hanya bersikap acuh, dia memasuki kelasnya yang dirasa tidak ada guru.

"Dari mana aja, lo?!" ketus perempuan dengan alis tebal.

Airin hanya memandang tanpa berniat membalasnya. Dirinya melanjutkan jalannya ke arah pojok belakang, di mana dirinya duduk hanya sendirian. Kala ia melewati Adin teman sekelasnya, entah sengaja atau tidak kaki kanan Adin dislonjorkan, Airin yang tak mengetahui itu langsung tersungkur, papan skeat-nya pun ikut jatuh, untung saja tidak sampai rusak, semuanya menertawakan dirinya, Airin menatap Adin datar.

"Sorry om, gak sengaja gue, haha." Airin menunduk, dirinya dibuat jengah dengan semua temannya.

Seseorang yang tadi bertanya sinis kepadanya ikut tertawa dan mengejeknya. "Karma 'kan! Makanya kalo ada yang nanya dijawab, Babi!"

Kini kelasnya dipenuhi dengan tawa, Airin berdiri tanpa menunggu siapapun menolongnya, dia sadar diri bahwa tidak ada seorang pun yang mau menolong dirinya.

Duduk menatap ke arah luar, membiarkan semua orang yang berghibah ria mengumpati dirinya.

"Gue benci, gue gak mau di sini!" gumamnya penuh penekanan.

Dia mendengar seseorang mengumumkan sesuatu, dia sudah tahu apa yang akan diucapkan oleh ketua osis sekolahnya. Ya, suara itu milik sang ketua osis.

SELAMAT PAGI, UNTUK YANG TADI TIDAK MENGIKUTI UPACARA BENDERA SILAHKAN MENUJU LAPANGAN, SEKIAN TERIMA KASIH.

Airin menghela nafasnya pelan dan mulai bangkit dari duduknya.

"Uggh, panas banget hari ini, gak kebayang yang mau dijemur di tengah lapangan, wkwk," sindir seorang perempuan berambut curly.

Sudut Rasa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang