7. Berkelahi

95 97 95
                                    

***

"Lawan orang yang lemah sama halnya dirimu lemah karena tak bisa menandingi yang lebih."

____A____

***

Setelah kejadian tawuran berselang, Airin kembali was-was karena teman kelasnya semakin membullynya, namum yang namanya Airin hanya bisa diam, dia tak mau mempersulit keadaan, dirinya akan semakin dihakimi dan disalahkan.

Waktu pulang dari tawuran Airin langsung pulang dan syukurnya dia tak mendapati abangnya di rumah, Alan yang sedang mengurus perusahaan ayahnya dan pulang tiga hari setelahnya, namun tidak dengan Galih, Galih terkejut ketika melihat wajah Airin yang penuh lebam.

Airin mengira bahwa abangnya yang satu ini tidak akan pulang.

Dengan santainya dia menonton horor tanpa takut saat itu.

🔥🔥🔥

Siang ini Airin berjalan santai dengan papan skeat di tangannya, dirinya melewati koridor yang nampak ramai, Airin melangkahkan kakinya menuju lapangan belakang sekolahnya, dia berniat untuk sekedar bermain bola basket di tengah kesepiannya.

Airin dengan isengnya mengambil bola basket yang sudah tersedia tak jauh dari lapangan, Airin meletakkan papan skeatnya di pinggir lapangan tanpa melepaskan earphone-nya, berhubung hari jum'at terdapat pelajaran kesukaaannya yaitu olahraga jadi dia memakai kaos olahraga yang membuatnya merasa tak dibatasi dalam pergerakkannya. Sayangnya guru olahraganya absen karena istrinya yang sedang melahirkan.

Airin mulai men-dribble bola sebisanya, memantulkan serta melakukan tembakkan ke dalam ring basket, Airin melakukannya berulang-ulang, berkali-kali bola basket itu meleset, dia tak terlalu pandai dalam olahraga ini. Peluh keringat menetes dari dahinya, dia mengelap dengan lengan kanannya.

Airin beranjak pergi menuju kelasnya, jam menunjukkan 10.20 menit di mana pelajaran Sosiologi akan segera dimulai. Pagi tadi Airin memasuki kelas hanya untuk meletakkan tas hitamnya saja, kini ia kembali masuk dan berniat mengikuti mata pelajaran Pak botak, rambutnya yang memang tak ada membuat beberapa siswa menyebutnya itu, sang guru pun tak mempersalahkan itu.

Saat memasuki kelasnya Airin ditatap aneh dan beberapa orang membisikkan hal yang Airin tak tahu, Airin bersikap acuh dan duduk diam di tempatnya.

Lamunan Airin buyar kala melihat Farhan mendekati mejanya, Farhan duduk di kursi depan nya yang dimana sang pemilik kursi sedang pergi entah kemana. Airin sudah menduga jika dirinya akan dihakimi oleh temannya itu, sebenarnya Airin enggan untuk membalas setiap lontaran unfaedah dari temannya, namun dia mempunyai hati, hatinya teriris namun mulutnya bungkam mencoba untuk diam.

"Oyy, Ibab!" teriaknya.

Airin tak menyangka Farhan akan seperti ini, ekspetasinya Farhan akan membaiki dirinya yang sudah menolongnya saat tawuran kemarin, namun yang namanya ekspetasi memanglah tak semanis realita, dan terbukti dirinya justru akan semakin diolok-olok oleh temannya.

"Lo gak mampu buat beli katembat?" ujarnya karena merasa tak digubris oleh Airin.

Airin jengah. "Mau lo apa?"

Farhan terkekeh dan memanggil kedua temannya, Gani dan Davit, masih ingat mereka bukan? Yap, dia teman sekelasnya yang ikut tawuran, lalu dimana Arya? Arya tak berangkat.

Sudut Rasa (On Going)Where stories live. Discover now