6. Tawuran

102 105 136
                                    

Vote dulu biar ga lupa
Abis itu bacanya jangan buru-buru, sekiranya asa yang bisa dikomen jangan lupa dikomen, hehe.

Happy reading.

***

"Kepedulian seseorang hanya terlihat jika kita mengenal seseorang itu jauh lebih dekat."

___A___

***

Airin berjalan mengendap-endap, dia berniat membolos siang ini, jam menunjukkan jam satu siang , berhubung sekolahnya memakai full day school jadi jam pulang sampai setengah empat, dirinya membawa tas dan skeatboard-nya, teman-temannya tak ada yang mengetahuinya, dia keluar di saat jam istirahat kedua, dimana teman kelasnya pergi ke kantin ataupun melaksanakan shalat dzuhur di mushala.

Lama berjalan sembari mengunyah permen karet yang selalu setia di sakunya, akhirnya dia sampai di gerbang belakang, Airin celingukkan dan tidak mendapati siapapun, dia melemparkan tas beserta papan skeat-nya dengan hati-hati.

Dirinya kembali menengokkan kepalanya, betapa kagetnya dia kala melihat guru BK yang sedang berkeliling, dia pun segera menaiki gerbang, dirinya tak mendarat mulus karena Bu BK yang bernama Bu Sri melihat dan meneriaki namanya, dengan lutut yang lumayan sakit dirinya pun langsung mengacir pergi menenteng papan skeat-nya.

"Airin! Kamu makin hari makin menjadi! Saya lelah ngadepin kamu!" teriak Bu Sri lantang yang tak digubris oleh Airin.

Airin terus berjalan sembari mengumpat, lututnya lumayan perih. "Harus banget gue ketauan sama bu Sri, mana lutut sakit anjir, gue mau ke mana ya?"

Airin berhenti sejenak saat melihat beberapa gerombolan siswa yang sedang saling baku hantam, dirinya mengernyitkan alisnya melihat lebih jauh, dia melototkan matanya saat sadar bahwa itu sebuah tawuran, ia melihat beberapa siswa yang menurutnya tidaklah asing.

"Njir! Itu tawuran, itu kok gue kayak pernah liat ya?" tanyanya lirih pada dirinya sendiri, "itu kan Davit sama Arya, eh itu juga Gani sama yang lain!" Airin memastikan bahwa penglihatannya tak salah.

"Eh-eh, itu sekolah gue yak? Kok itu ada yang mau mukul apa gimana?"

Sungguh Airin sangatlah goblok, sudah tau tawuran sekolahnya, tapi malah menanyakan sesuatu yang unfaedah, setelah dirinya bergelut dengan pikirannya dia pun berlari ke kerumunan itu.

Ya, Airin memutuskan untuk menolong Farhan, teman kelasnya, walau di kelasnya dirinya dianggap parasit namun dia masih mempunyai hati, tak lupa dia membawa skeatnya dan meninggalkan tas hitamnya.

"Farhan awas!" teriak Airin mendorong Farhan, dan dirinya sedikit terkena pukulan pada lengannya, namun ia masih tahan, dia pun memukul seorang siswa berkulit coklat itu dengan papan skeat-nya, pukulannya tepat sasaran dan mengenai kepala lelaki tadi, untung saja tidak sampai pingsan, Airin tersenyum devil melihat itu.

"Balek sanah, mami lo nungguin bayi cebongnya!" jina Airin dan tertawa kecil.

Beberapa teman yang kenal dengan Airin dibuat cengo, tak lain dengan Farhan yang tadi sempat ditolongnya.

"Bawa cewek! Mayan nih buat digilir!" ujar salah satu siswa yang Airin tidak terlalu paham, Airin memicingkan matanya ke seseorang itu, Airin sama sekali tak memperlihatkan raut wajah takut.

Sudut Rasa (On Going)Where stories live. Discover now