60: Effortlessly, Endlessly

15K 1.3K 312
                                    

Samar-samar Jongin dapat merasakan setitik sinar yang menyilaukan indera penglihatannya sementara indera pendengarannya perlahan dapat mendengar suara samar yang tak asing lagi untuknya, yaitu suara Jennie, istri tercintanya. Namun, meskipun Jongin berusaha sekuat tenaga untuk menggerakan tubuhnya, namun usahanya gagal begitu saja. Tubuhnya serasa tidak mempunyai tenaga sama sekali.

"Jongin-ah! Baby can you see me?"

Jongin mulai meresponse dengan menatap kearah Jennie sementara beberapa dokter mulai melakukan pengecekan motorik.

"A-air... aku butuh air, Jennie..."

Tangis kebahagiaan pecah dari pelupuk mata Jennie saat Jongin memintanya segelas air dengan menyebut namanya.

Akhirnya keajaiban benar-benar terjadi, suaminya kini telah tersadar dari tidur panjangnya dan yang terpenting, Kim Jongin masih mengenalinya.

Jennie dengan sigap segera memberikan segelas air pada Jongin, diminumnya segelas air tersebut meskipun Jongin masih memerlukan banyak usaha untuk sekedar minum bahkan dengan sebuah sedotan.

"Kau ingat siapa aku?"

Jongin tersenyum lemah. "Tentu saja aku mengenal istriku dengan baik."

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jennie pun langas menghambur pelukannya pada Jongin, pelukan yang cukup lama dan hangat meskipun Jongin belum mampu untuk memeluknya kembali mengingat kondisinya yang masih lemah—but at least, her husband is now comeback.

"I miss you so bad, Kim Jongin."

"Aku merindukanmu juga, Jennieku."

Setelah tersadar dari komanya, para dokter pun segera melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan kesehatan CEO Finley Corporation tersebut. Bagaikan sebuah keajaiban, tak ada hal yang mengkhwatirkan mengenai kesehatan Jongin, namun dirinya masih perlu untuk menerima perawatan intensif, setidaknya hingga semua sistem motorik ditubuhnya bisa kembali normal. Hal ini adalah sesuatu yang wajar terlebih ketika Jongin sudah terbaring selama tiga bulan lamanya.

Beberapa hari setelah Jongin menerima perawatan intensif, gerak persendian tubuhnya pun sudah mulai membaik bahkan dirinya sudah bisa berjalan di hari ketiga.

Jennie pun seperti biasa selalu setia mendampingi Jongin, seperti saat ini, meskipun usia kandungannya sudah memasuki usia tua, Jennie masih menyempatkan waktu untuk menemani Jongin berjalan-jalan di taman sekitar rumah sakit.

"Jagiya, kenapa kau masih menemaniku disini? Sudah kubilang tak apa jika aku berjalan-jalan sendiri, lebih baik kau beristirahat saja di kamarmu." Ceracau Jongin yang sudah bisa berceracau panjang dan lebar.

Karena sebentar lagi Jennie akan melahirkan, maka dirinya kini sudah bersiap dan berinap di rumah sakit tentu saja di rumah sakit yang sama dengan Jongin dirawat.

"Kau ini benar-benar tidak mengerti ya?"

"Memangnya apa yang tidak kumengerti? Kau tahu aku hampir mengerti hampir semuanya tentang dirimu, sayang."

"Kalau begitu, kau tidak tahu jika aku merindukanmu." Cibir Jennie namun yang ada hanya membuat pipi Jongin bersemu merah.

"Kenapa kau tidak bilang padaku jika kau rindu?" Goda Jongin pada istrinya.

"Seharusnya tanpa aku harus bilang pun mestinya kau tahu itu."

"Yaaa! Bagaimana aku bisa tahu jika kau tidak bilang kepadaku?"

"Tch, jadi sekarang kau sudah bisa berteriak kepadaku ya?"

Keduanya pun tertawa lepas, kali ini benar-benar tawa yang lepas. Tak ada lagi beban dan ketakutan yang dirasakan keduanya, tak ada lagi orang yang akan merusak kebahagiaan mereka.

Metanoia • KAI x JENNIE •Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora