[WZ] Period

2.8K 190 2
                                    

Kau mendengus kebosanan, sudah berjam jam kau ada diruangan ini, hanya ditemani layar laptop kekasihmu yang kau curi dan berbagai snack yang sudah kosong dan berantakan di atas meja.

Matamu menatap kekasihmu yang asik di depan layar komputer, mengutak atik peralatan musik yang ada disekitarnya, membentuk berbagai nada yang enak untuk didengar.

"Woozi ya, aku bosan" gerutumu. Menaruh laptop yang masih menayangkan drama terbaru minggu ini dan tiduran di sofabed sambil terus menggerutu.

"Kau bisa menonton drama lain" gumam kekasihmu acuh tak acuh. Pria itu tampak terfokus dengan recordingnya. Hah, ini dia susahnya kalau kau punya kekasih model Woozi yang lebih mencintai peralatan musiknya dari pada dirimu.

"Aish, sudah, tetap bosan" kau tetap menggerutu, kini menendang nendang angin yang tak bersalah. Hingga akhirnya, kekasihmu itu memutar kursinya dari komputernya, menatap dirimu yang bergelung di sofa bednya. Ia menghela napas sejenak melihat studionya kini sudah seperti kapal pecah karena dirimu.

"Perutmu sudah tidak sakit lagi?" Tanya woozi sambil memunguti bungkus snack yang kamu buang sembarangan. Kau hanya bisa menggeleng, rasa nyeri karena sedang datang bulan pasti ada, tapi tidak terlalu menyakitkan.

Woozi pun hanya mengangguk, ia tidak begitu protes melihat dirimu yang tetap bermalas malasan di atas sofa tanpa berniat membantunya. Seakan mengerti rasa malas yang dialami wanita saat datang bulannya.

"Mau kubelikan snack lagi?" Tanya Woozi melihat kantong belanjaanmu kosong, menandakan tidak ada stok untuk dirimu nyemil di ruangannya. Itu lah yang kau suka dari diri Woozi, dia tetap memerhatikanmu dan memanjakanmu, terlebih saat period, walaupun sebagian waktunya tetap dihabiskan dengan alat musiknya tercinta.

"Gak usah" gumammu, dan tidak berniat untuk membuka suara. Membiarkan studio Woozi hening, hanya dengan suara Woozi yang memunguti sampahmu dan membersihkan remahan snackmu yang berceceran.

Karena kau merasa bosan, kau memilih untuk bangkit dan menuju kursi kebesaran kekasihmu itu. Dan memutar mutar kursinya, berusaha menghilangkan rasa bosanmu. Hingga akhirnya matamu tertarik menatap layar Woozi, yang sebenarnya tidak kau pahami cara memakainya.

"Kau membuat lagu untuk apa? Bukankah kau sudah shooting MV, bahkan kau tinggal tunggu tanggal rilis kan" ujarmu merasa penasaran, kadang kau bingung dengan kekasihmu, album sudah diproduksi, bahkan tinggal tunggu disebar, tapi dia masih asik mengarasemen ulang.

"Aku hanya tidak puas dengan versi yang akan rilis" kau menganga tak percaya, mengapa ya kau bisa berkencan dengan pria yang super perfeksionis itu? Padahal masih bisa kau ingat lagu dengan retro vibe itu mampu membuat kau mengulang berkali kali.

"Aigo, Lee Jihoon" dengusmu tak percaya. Sedangkan pria yang kau sebutkan itu hanya berlalu keluar dengan santai dari studionya setelah memungut seluruh sampahmu.

Dengan iseng kau memainkan mousenya dan memencet mencet berbagai tombol yang bisa dipencet dilayar komputernya. Kau terkekeh ketika mendengar potongan potongan alat musik yang terekam di komputernya. Karena ingin mendengarkan full versionnya, kau mulai mencari cari tombol yang bisa memutar seluruh rekaman musik ini.

"Woozi ya! Kalau aku ingin memutar semuanya, bagaimana caranya?!" Tanyamu sambil menaikkan volume suaramu beberapa oktaf, berharap Woozi yang berada diluar dapat mendengarnya. Terdengar suara balasan, namun tidak cukup jelas untuk ditangkap.

"Yang mana?!" Kau mengerut bingung dan berusaha menajamkan kupingmu, namun kau masih belum bisa menangkap jawabannya. Kau menatap layarnya dengan bingung, hingga sebuah tombol merah menarik perhatianmu.

"Yang merah bukan?!" Kau kembali berteriak, namun tidak ada jawaban. Terdengar suara langkah lari terburu-buru, membuat dirimu bingung. Akhirnya dengan ragu ragu kau mengklik tombol merah itu. Bersamaan dengan Woozi yang masuk setelah berlari sepanjang lorong, dapat kau lihat dari napasnya yang berat.

"Jangan! Itu akan-" terlambat, kau sudah mengkliknya. Dan seluruh bar yang memperlihatkan rekaman yang dari tadi dikerjakan Woozi hilang.

"Menghapus rekamannya" gumam Woozi putus asa. Kau membulat, mulai merasa panik dan bersalah. Matamu menatap Woozi yang menatap datar layar komputernya.

"Aah shi-" ia mengerang pelan, ingin berkata kasar namun tertahan. Kau semakin merasa tidak enak pada kekasihmu itu, tau bahwa kekasihmu itu sudah mengerjakan rekaman ini dari beberapa hari yang lalu.

"Woozi ya, mian, aku tidak sengaja" gumammu, sambil menunduk, merasa sangat bersalah. Woozi menghembuskan napasnya setelah menariknya dalam dalam.

"Pindah" gumam Woozi, tidak mengindahkan ucapanmu. Ia mengambil alih mouse ditanganmu, dan mulai mengotak atik komputernya. Namun kau masih bertahan diposisimu, mendongak sambil menggenggam tangan Woozi yang bebas.

"Mianhae Jihoon-ah" ujarmu sekali lagi, berharap kekasihmu tidak marah. Ditambah dengan datang bulan, kau merasa sangat emosional sekarang, bahkan matamu sudah berkaca kaca.

"Pindah saja dulu, Yn" Woozi menekankan setiap kalimatnya, tanpa ada bentakan atau nada marah di dalamnya. Dan itu lebih menyeramkan bagimu. Tidak mau membuatnya lebih marah, kau hanya bisa bangkut dan menduduki sofa bed.

Woozi tidak mengatakan apapun setelah itu, ia hanya terdiam memandang layar komputernya setelah terduduk di kursi kebesarannya. Begitupun juga kau yang tidak berani mengeluarkan suara.

Namun sialnya, rasa nyeri di perutmu malah menjadi jadi, membuat dirimu mau tak mau meringkuk di sofa bed, berusaha menghilangkan rasa sakit diperutnya. Ringisan perihmu tertahan di bibirmu, tak ingin mengganggu kekasihmu.

Kau terlarut dengan rasa sakitmu, hingga tidak menyadari kalau Woozi kini terduduk di sofa bed yang sama denganmu. Ia tidak mengeluarkan suara sama sekali, dan baru menyadarinya ketika Woozi menyingkap atasanmu sedikit lalu menyelipkan hot pack di perutmu. Kau mendongak dan menatapnya bingung.

"Woozi-ya, mian" gumammu pelan, Woozi hanya bergumam tak jelas, matanya menatap perutmu, sambil tangannya mengelus pelan perutmu. Berusaha mengurangi rasa sakit diperutmu.

"Jeongmal mian" ujarmu kali ini lebih jelas, membuat Woozi kini menatapmu. Mata sipitnya menatapmu hangat, dengan helaan napas pelan dan ikut merebahkan tubuhnya di sofa bed ini. Memelukmu dari belakang, melilit pinggangmu, dan meletakkan dagunya diatas kepalamu.

"Hm, tidak apa, kau tidur saja" gumamnya, napasnya yang tenang juga debaran jantungnya yang terdengar jelas ditelingamu, membuat kau mengantuk, namun kau tetap berusaha terjaga.

"Apakah tidak apa? Rekamanmu hilang semua" kau kembali merasa tidak enak. Hingga terdengar dengusan kesal dari Woozi, ia mencubit pipimu pelan, membuat kau meringis.

"Cepat tidur, Kim Yn! Aku sudah memesan jjajangmyeon, akan sampai satu jam lagi, jadi tidurlah!" Woozi berujar dengan gemas. Kau tertegun, sungguh kini ia dapat mengingat mengapa ia bisa berkencan dengan pria satu ini, itu karena sikapnya yang manis seperti ini. Sungguh, berapa beruntungnya dirimu.

"Woozi-ya"

"Hm?"

"Saranghae"

"Nado"

- END

Cie elah, mbaknya dibucinin sama si uji >,<Btw, kalau kalian bingung sama Yn, Yn itu Your Name ya gais, biar halunya makin lancar, kalian tiap baca Yn pake nama kalian aja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cie elah, mbaknya dibucinin sama si uji >,<
Btw, kalau kalian bingung sama Yn, Yn itu Your Name ya gais, biar halunya makin lancar, kalian tiap baca Yn pake nama kalian aja. Vomentnya ditunggu!

Seventeen ImagineWhere stories live. Discover now