[DN] Your Choice

1.4K 128 3
                                    

Kau bersenandung ria selagi memilih berbagai dress cantik yang akan kau gunakan untuk dinner date malam ini. Yes! Akhirnya kau bisa melakukan date bersama kekasihmu yang seorang idol terkenal itu. Rasanya sudah lama sekali kalian tidak date, kau memaklumi seberapa sibuk dirinya apalagi hubungan kalian yang masih disembunyikan dari publik.

"Pink atau putih?" Gumammu, memerhatikan dress ditanganmu.

"Putih aja, Dino udah pernah liat aku make dress yang pink" gumammu sambil tersenyum geli. Kau menaruh kembali dress berwarna pink ke dalam lemarimu, dan segera mengenakan dress pilihanmu.

Meski kau masih punya dua jam lagi sebelum janji kalian, kau terlalu bersemangat sehingga tidak sabar untuk mulai bersiap dari sekarang. Kau memoles wajahmu dengan peralatan make up yang jarang kau sentuh, pokoknya harus spesial.

Hingga akhirnya, jam 8 kurang 15 menit kau sudah duduk rapih menunggu kedatangan mobil kekasihmu untuk menjemputmu. Langit malam cerah hari itu, kau dapat melihat jelas bintang bertaburan, alam sepertinya mendukungmu untuk berkencan malam ini.

Namun tanpa sadar sudah 30 menit berlalu, tidak ada tanda tanda mobil kekasihmu akan datang. Bahumu mulai melemas, kehilangan semangat yang sedari tadi menggebu gebu secara perlahan.

Lalu tiba tiba, ponsel ditanganmu berdering. Senyummu kembali ketika melihat siapa yang menelponmu. Dino, kekasihmu.

"Dino-ya—" belum sempat kau mengatakan sesuatu atau menyapanya. Suaranya sudah lebih dulu menyahut, dan memotong pembicaraanmu.

"Chagiya, mian, rapat projek hari ini sepertinya akan masih lama, kita batalkan saja ya date kita" ujar pria diseberang sana tanpa memberi kesempatan kau untuk berbicara. Senyummu luntur. Kau terdiam, hanya bisa menghela napas pelan.

"Chagiya? Kau masih disana? Oh, aku harus lanjut lagi, aku akan menelponmu nanti, bye!" Dino tampak terburu buru, kau mengerjap dan tersadar. Namun lagi lagi sebelum kau bisa mengatakan sepatah kata, nada panggilan berakhir menyambutmu, dan menyisakan hening.

Kau menatap kosong layar ponselmu yang menggelap, menyisakan bayanganmu yang sudah tampil cantik yang sayangnya harus dihapus tanpa seorang spesial melihatnya.

"Jangan lupa makan, chagiya" gumammu entah pada siapa. Memilih melepas coat yang kau kenakan dan bergerak untuk menghapus make upmu.

Tidak apa, sudah biasa. Ini bukan date pertama kalian yang dibatalkan secara mendadak.

Matamu yang masih enggan terpejam, kini menoleh ke arah ponselmu yang berdering. Nama kontak yang sama dengan yang terakhir kali memanggilmu. Kau mengangkatnya, setelah menghela napas panjang. Melirik jam, jam 11 malam.

"Ne?" Sapamu tenang.

"Aku didepan rumahmu, Yn-ah" suara diseberang menyahut. Kau langsung bergerak menuju pintu, dan membukanya. Benar saja pria dengan coat hitam dan masker hitam favoritnya berdiri disana.

"Ayo jalan jalan sebentar" ujarnya dengan senyum lebar yang membuatmu ikut menerbitkan senyum tipis. Tak lama kau mengangguk.

Akhirnya kalian berdua berjalan jalan disekitar perumahanmu, tanganmu melilit tangan kekarnya. Dino sedang sibuk menceritakan hasil dari rapat yang ia ikuti tadi, mereka akan melakukan world tour. Dan ada kemungkinan ia bisa collab dengan seorang penyanyi terkenal dari Amerika.

Namun kau tidak begitu memerhatikan, entah kenapa, pikiranmu melayang jauh tanpa tujuan, dan tidak mendengarkan cerita yang disampaikan kekasihmu dengan menggebu gebu.

"Oh, salju turun!" Langkahmu terhenti. Reflek kau mendongak, memerhatikan serbuk putih yang berjatuhan dengan langit.

Senyummu terbit, salju pertama. Tanpa sengaja kau menatap pria disampingmu yang juga sedang memandangi langit. Kau masih ingat, di hari Dino menyatakan perasaannya, salju pertama turun juga pada saat itu. Membuat rasanya salju pertama itu cukup membawa berbagai memori indah.

"Cantik, kayak kamu" Ia mengalihkan pandangannya, menatapmu dalam. Senyumnya yang menawan tidak luntur, kau ikut tersenyum. Andai kau bisa menatapnya seperti ini setiap hari.

Namun keheningan yang nyaman ini terpecah karena dering telepon Dino. Pria itu langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Ah shit, jadi kita ada latihan malam ini? Aku kesana sekarang" wajahnya berubah kusut. Kau menunduk, sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini. Dino menatapmu sebentar, mengelus kepalamu lembut.

"Mian, aku lupa ada latihan malam ini, ayo aku antar pulang" ujarnya dengan nada penyesalan yang dalam. Ia meraih tangan kecilmu dan menggenggamnya erat, mengajakmu melangkah kembali ke rumah.

"Dino-ya" panggilmu tiba tiba sambil menghentikan langkahmu. Dino menoleh ke arahmu, menatapmu bingung. Kau mendongak, menatap dalam manik seseorang yang sudah menjadi kekasihmu sejak dua tahun yang lalu.

"Ayo akhiri ini" ujarmu tanpa keraguan. Dino terdiam, tidak ada reaksi berarti yang ia berikan. Ia hanya menyelami manikmu, berusaha memahami semuanya.

"Aku lelah dengan semua ini, aku lelah untuk terus memahamimu, aku lelah terus menjadi kedua setelah pekerjaanmu, aku lelah terus menyakiti diriku sendiri" ujarmu pelan sambil melepaskan genggamannya secara perlahan. Dino memandangi tangannya, sebelum akhirnya mengangguk.

"Baiklah, jika ini keputusanmu, biar aku antar kamu pulang" Dino memilih segera memutar tubuhnya, melangkah pelan lebih dulu. Kau memandangi punggungnya dalam diam, rasanya menyesakkan, namun kau sadar. Ini adalah yang terbaik untuk kalian berdua.

Perjalanan kembali tersisa hening, dan dingin. Terasa tembok yang terbangun dan mulai membentengi satu sama lain. Dan entah kenapa perjalanan malam itu terasa begitu lambat dan menyesakkan.

"Selamat malam, Dino-ssi" ujarmu formal sebelum memasuki pagar rumahmu. Rasanya asing untuk memanggil seseorang yang biasa kau panggil chagi, kini hanya tersisa panggilan formal seperti itu.

"Mian" langkahmu terhenti. Kau berbalik, memandangi pria yang menunduk. Dino akhirnya memberanikan diri untuk menatapmu.

"Mian, karena diriku kau merasa tidak dihargai, karena cintaku kau terus tersakiti, mian" ujarnya pelan. Matamu perlahan berkaca kaca, kau mengangguk. Ini adalah keputusan yang benar walaupun begitu menyakitkan. Kini Dino tersenyum, senyum yang terlihat jelas sedang menutupi luka.

"Berbahagia lah, Yn ssi"

- END

- END

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seventeen ImagineWhere stories live. Discover now