[JN] Karma

1.9K 142 1
                                    

“Yn-ah, perkenalkan ini kekasihku” pria dihadapanmu berujar dengan semangat. Matamu membulat, tanpa sadar matamu berkaca-kaca. Rasa sakit hati dan amarah membucah di hatimu. Jadi selama ini kalian jalan bareng, teleponan semalaman, dia hanya menganggapmu teman? Si bajingan.

“Oh, chukkae” ujarmu berusaha menutupi emosimu dengan senyum terpaksa. Sungguh, bagaimana bisa pria itu tidak peka kalau selama ini dirimu mengharapkan hubungan lebih selain hanya pertemanan.

“Sepertinya aku harus pergi, aku punya janji, selamat tinggal!” kau memilih berbalik, berjalan dengan cepat meninggalkan sejoli yang tampak serasi itu. Kau meraih ponselmu, dan menghubungi seseorang yang selalu berada di daftar teratas kontakmu.

“Ya Moon Junhwi! Ayo minum!”

***

“Ah jinjja, bagaimana bisa ia tidak sepeka itu oleh perasaanku” kau meracau kesal. Kini kau dan sahabatmu, Moon Junhwi sedang berada di sebuah warung kaki lima, yang menyediakan soju dan sup disana. Kau sudah tidak bisa ingat seberapa banyak tegukan soju yang kau telan.

“Sudah sudah, kau sudah mabuk pabbo” Jun berusaha mengingatkan, kau hanya terkekeh tidak peduli. Memilih kembali meneguk air di gelas kecil itu. Jun menghela napas, hanya memerhatikanmu dengan sabar. Ia sama sekali tidak menyentuh soju, ataupun berkomentar tentang racauanmu dari dua jam yang lalu.

“Aku tidak mabuk, tidak” ujarmu sambil terkekeh, matamu menyipit mencari botol hijau yang masih berisi, lalu meraih salah satu botol. Namun tangan besar Jun menahan tanganmu, ia menarik dengan paksa botol soju yang sudah digenggamanmu dan menjauhkannya darimu.

“Ah, kembalikan” decakmu dan berusaha bangkit, tubuhmu hampir saja terjatuh jika saja Jun tidak menahan bahumu. Sahabatmu itu hanya bisa mendesah pelan melihat kondisimu yang begitu kacau.

“Ayo pulang” ia memilih mengeluarkan uangnya dan membayar seluruh tagihan alkoholmu dan menyeretmu seperti anak kucing. Ia benar benar hanya menyeret kerah hoodiemu, memaksamu untuk keluar dari warung itu.

“Ya! Moon Junhwi, lepaskan!” kau meracau berusaha melepaskan diri, namun bodohnya kau malah terjatuh karena tidak hati-hati. Jun menatapmu yang terduduk di trotoar lamat, sedangkan kau hanya memandangimu jins yang robek memperlihatkan lututmu yang terluka.

“Jun-ah, sakit” kau mulai terisak, entahlah sepertinya alkohol membuatmu semakin ke kanak-kanakan. Jun kembali menghela napas, berusaha bersabar. Ia ikut berjongkok, menyeka sudut matamu yang berair.

“Sudah sudah, nanti sembuh” gumamnya menenangkan. Ia mengelus kepalamu, sambil meniup pelan lukamu. Kau memandangi wajah tampannya, lalu tersenyum tipis. Mengapa dirimu tidak jatuh cinta saja pada pria seperti sahabatmu ini, rasanya Jun sudah begitu sempurna untuk dijadikan pacar.

“Mau kugendong?” tawarnya tanpa dirimu meminta. Kau tersenyum lebar dan mengangguk, Jun membalikkan badannya, kau dengan cepat memeluk lehernya, membiarkannya membawa tubuh kecilmu di punggungnya.

Malam dingin itu terasa hening, namun kau berdua begitu nyaman dengan keheningan ini. Tidak ada pejalan kaki yang lewat di jam segini, jelas ini sudah hampir tengah malam. Kau menyembunyikan wajahmu di ceruk leher Jun, meresapi aroma mint khas sahabatmu ini.

“Jun, mengapa dia tidak peka akan perasaanku?” tanyamu membuka pembicaraan. Masih ada rasa sakit mengingat dirimu memendam perasaan padanya hampir setengah tahun, namun ia malah jadian dengan wanita lain.

“Mungkin itu karma bagimu” Jun bergumam pelan, namun tertangkap ditelingamu. Matamu yang sudah mengantuk memandangi wajah tampannya dari samping, sahabatmu itu tampak ingin mengatakan sesuatu, namun tidak ada lagi kata yang keluar dari mulutnya.

“Aku peka! Aku tau kalau ada orang yang suka padaku!” ujarmu tidak terima, Jun melirikmu dan tersenyum kecil. Ia tidak lagi membuka suara, kau ikut terdiam, memikirkan perasaan siapa yang kau abaikan sampai kau terkena karma seperti ini.

“Tidak, tidak semua orang” ujar Jun ambigu. Kau merengut, mengapa sahabatmu yang biasanya ceplas ceplos dihadapanmu ini berubah menjadi rumit begini. Kau mengeratkan pelukanmu di leher Jun.

“Siapa, katakan siapa, aku mau membalas perasaanya, agar karma ini tidak terus mengikutiku” racaumu. Jun hanya berdecak, matanya lurus menyusuri jalan, kos-anmu sudah dekat. Kau menepuk nepuk bahu sahabatmu itu sebal, memaksanya untuk menjawab pertanyaanmu.

“Memangnya kau bisa langsung jatuh cinta pada orang itu jika aku memberitahumu? Tidak kan” sarkasnya. Bibirmu mengerucut sebal, kepalamu sudah bersandar di bahu Jun lelah, tidak lagi berusaha mengganggu sahabatmu itu.

“Kan kalau dia tampan, aku bisa lebih mudah move on hehe” gumammu pelan, setengah dirimu sudah menuju alam mimpi. Jun melirikmu sebentar, selagi menaiki tangga hingga sampai di kamarmu. Menekan pass kamarmu dengan susah payah, lalu menidurkanmu di kasurmu.

Ia memandangimu lama, melepaskan sepatu untukmu, lalu menarik selimut. Tau kau akan kedinginan jika dibiarkan tidur tanpa selimut. Jemarinya mengelus pipimu lembut, lalu tanpa sadar bibirnya maju, mencium lama dahimu penuh kasih sayang.

“Aku mencintaimu Yn-ah, bisakah kau membalas perasaanku?”

- END

For uri best boy, ayo silahkan dijawab itu mas junny carat deul!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

For uri best boy, ayo silahkan dijawab itu mas junny carat deul!

Seventeen ImagineWhere stories live. Discover now