[JS] Emergency Button

1.7K 159 2
                                    

Kalian tau apa yang paling menyebalkan dalam menjalani LDR alias long distance relationship? Ketika semua orang sama sekali tidak percaya kalau kalian sudah taken. Dan itu sering terjadi kepadamu.

Saking seringnya kau mengeluh soal pria-pria tidak tau diri yang tidak mau percaya kalau kau sudah taken, saat kekasihmu yang sedang bekerja di negara gingseng itu liburan menemuimu, ia memberikanmu sebuah gantungan kunci dengan sebuah botol merah.

Katanya, jika seorang pria sudah kurang ajar, tekan itu dan katanya ia akan langsung datang menemuimu. Tentu saja kau tidak percaya, memang ia punya kemampuan teleportasi seperti tokoh di salah satu drama korea yang mendatangi gadisnya ketika gadisnya meniup api. Namun tetap saja, gantungan kunci itu terpasang di tas selempangmu.

Hari ini kau berada di sebuah cafe menemani temanmu yang akan bertemu dengan teman kencan onlinenya. Dan jelas, kau akan menjadi nyamuk di antara mereka berdua. Untunglah temanmu itu memiliki hati nurani, untuk menyuruhmu duduk di meja yang berbeda.

Dua orang pria menghampiri meja temanmu, temanmu menjabat pria berjaket hitam, mereka berdua tampak serasi. Sedangkan satu orang yang lain, menatapmu yang memerhatikan kedatangan mereka dengan pandangan datar.

"Aku menemani Joseph, kau teman gadis itu?" pria asing itu memilih mendatangi mejamu dan langsung bertingkah sok akrab. Kau menatapnya datar dan hanya mengangguk. Kau tidak menyukai sikap sok kenal dan akrabnya itu.

"Michael" ia mengulurkan tangannya, wajahnya tersenyum tipis. Kau sudah sering melihat itu, ia tertarik denganmu.

"Yn" balasmu tanpa berniat menanggapi uluran tangannya. Pria bernama Michael itu hanya tersenyum melihat tangannya yang diabaikan. Ia menatapmu dalam diam.

"Tidak tertarik mencari pasangan juga?" tanyanya dengan smirk yang mungkin ia kira tampan. Kau memutar matamu malas, kenapa pria-pria ini selalu memiliki kepercayaan diri berlebih?

"I'm taken" ujarmu tajam berhasil menutup mulutnya. Kau kembali terfokus pada ponselmu yang sedari tadi hening, tidak biasa kekasihmu itu tidak membawelimu. Biasanya setiap satu jam sekali setidaknya ada satu chat masuk darinya entah menanyakan keadaanmu atau sekedar bercerita harinya yang melelahkan.

"Kekasihmu tidak disini,huh?" matamu melirik sinis pria sok asik itu. Sedangkan pria itu hanya terkekeh kecil akan reaksimu. Selanjutnya ia mengoceh tidak jelas soal kehidupannya dan hal hal lain yang tidak terlalu kau dengar.

Tanganmu sibuk mengotak atik ponselnya menunggu kabar darinya atau suatu update-an di sosial medianya, walaupun kau tau itu lebih tidak mungkin lagi untuknya mengupdate sosial medianya.

Hingga tanpa sadar temanmu itu sudah menghilang dengan teman kencan barunya, mungkin sudah berakhir di ranjang hotel terdekat. LA lifestyle. Kau memilih membereskan barang-barangmu dan segera berlalu pergi dari Michael.

Namun Michael tidak menyerah, ia mengejar langkahmu dan memberhentikan langkahmu dengan menahan lenganmu. Kau menyentak lengannya dan melayangkan tatapan tajam ke arahnya. Michael mengangkat tangannya mengaku bersalah.

"Sorry, tapi sepertinya temanmu itu sudah pergi dengan temanku" ujarnya basa basi. "apakah kau tidak mau ikut 'bersenang-senang'?" matamu membulat, dari sekian banyak pria yang mendekatimu, dia adalah pria yang paling tidak sopan dalam mengajakmu berkencan.

"Bukan bermaksud merendahkan, kau tampak kesepian dengan pacarmu yang tidak perhatian itu" ujarnya enteng. Matamu membulat, walaupun kau kesepian, kau tidak akan dengan mudah menyelingkuhi kekasihmu itu. Belum sempat kau berkata Michael menarik paksa lenganmu.

Kau menjerit sekuat tenaga untuk menjauh darinya, namun sialnya suasana disekitarmu sangat sepi. Dan tidak mungkin ada orang yang bisa mendengarmu. Rasanya dirimu sudah ingin menangis, karena dirimu tak cukup kuat untuk menahan tarikan bajingan satu ini. Teringat kekasihmu, dengan reflek kau memecet tombol merah di gantungan kuncimu.

"Oi bajingan!" terdengar teriakan seseorang. Kau menjerit lebih kuat berharap orang itu segera mendatangimu. Michael tampak marah akan panggilan yang ia rasa ditujukan kepadanya. Belum sempat ia berbalik, sebuah tinju melayang tepat ke wajahnya. Kau membekap mulutmu, melihat pria itu tersungkur di tanah.

"Joshua?!" ujarmu terkejut melihat kekasihmu berdiri di sana. Ia menatapmu dan tersenyum menis, senyum yang sangat kau rindukan.

"Hei, babe, aku merindukanmu, tapi aku akan mengurus bajingan ini terlebih dulu" senyum berubah dingin, ia meraih kerah Michael lalu melayangkan tinju besarnya ke arah pria itu.

"Ia sudah menolakmu, harusnya kau sadar diri" lalu tinjunya kembali ke udara dan berancang-ancang kembali dilemparkan ke wajah Michael.

"Dan saya bukan kekasih yang tidak perhatian!" sebelum Joshua benar benar menonjoki Michael sampai mati, tubuh mungilmu menyelip ke depannya, dan memeluk tubuhnya sambil mendorongnya menjauh dari Michael. Pria itu bisa berujung di UGD jika dibiarkan berada di tangan Joshua.

"Udah stop, hei, Shua!" kau mendongak menatapnya yang masih memaki Michael yang sudah berlari menjauh tertatih-tatih. Setelah Michael menghilang dari pandangan Joshua, kekasihmu itu melepaskan pelukannya dengan paksa, dan memindai tubuhmu.

"Dia gak ngapa-ngapain kamu kan sayang, kamu baik-baik aja kan?" kekhawatiran jelas terdengar di suaranya. Kau hanya menggeleng membuat Joshua menghela napas lega, ia memelukmu dan mencium lama dahimu.

"Maaf aku terlambat datang" gumamnya. Kau hanya tersenyum kecil, ini dia Joshua yang kau kenal. Joshua yang penyabar bukan Joshua dengan senyum dingin menyeramkannya itu.

"Bagaimana kau bisa tau aku ada disini?" tanyamu setelah ia melepaskan pelukan kalian, dan berjalan bergandengan menuju mobil miliknya. Joshua hanya tersenyum manis.

"Mungkin karena kamu mencet tombolnya" kau membulat lalu memerhatikan gantungan kunci di tasmu, lalu menggeleng. Kau menatap curiga Joshua yang masih senyum senyum.

"Bohong" ujarmu tak percaya.

"Iya"

"Bohong!"

"Iya!"

- END

hai hai! ceritanya gimana nih? agak klasik kah? idenya lagi nyampe disini, semoga suka ya! mari kita ketemu di next chapter!

Seventeen ImagineWhere stories live. Discover now