[WZ] Chocolate Milk

1.2K 138 7
                                    

Seperti pagi biasanya, datang lebih awal, langkahmu tidak langsung menuju ke ruang kelasmu, malah ke deretan loker siswa. Tujuanmu adalah sebuah loker yang selalu menjadi tujuan utamamu berangkat di pagi buta.

Loker itu adalah milik kakak kelas yang kau sukai. Pria pendiam namun memiliki senyum manis hingga membuat matanya menyipit yang membuat jatuh cinta pada pandangan pertama. Namanya Woozi, begitu lah panggilannya, nama aslinya adalah Lee Jihoon.

Lokernya jarang digunakan, bahkan tidak pernah dikunci. Pria itu jarang menaruh sesuatu di lokernya, benda yang terbuat dari besi itu selalu kosong.

Dan sudah seperti kebiasaan yang tidak bisa kau tinggalkan, kau membuka loker itu dan menaruh kotak susu cokelat di sana. Senyummu merekah, mengharapkan semoga sang pria pemilik hati memiliki hari yang indah hari ini.

"Hei, kau sudah dengar kalau Woozi marah besar karena anak anak kembali memenuhi laci mejanya dengan hadiah?" Percakapan seseorang dari lantai atas tertangkap di telingamu. Membuat senyum yang merekah di wajahmu perlahan menyurut.

"Ah itu, dia memang terkenal bukan penyuka hadiah, banyak surat cinta dan hadiah anak anak berakhir di tong sampah" kau terdiam, membuka kembali pintu loker yang sudah setengah tertutup. Memandangi keberadaan susu kotak di sana. Dia membenci hadiah.

Untuk sejenak kau dihampiri seluruh pikiran buruk yang bisa kau bayangkan, susu pemberianmu berakhir di tangan temannya, tidak disentuh, atau yang terburuk berakhir di tempat sampah. Kau tersenyum kecil, senyum yang sama dengan sedikit peruh di hatimu, sepertinya pilihan terakhir lebih memungkinkan. Kau akhirnya mengambil kotak susu itu, menggenggamnya sedikit lebih kuat.

Kau memilih dengan segera menutup pintu lokernya, siswa mulai berdatangan, Woozi mungkin juga sudah mau sampai. Kau akhirnya berjalan cepat menjauhi loker dan menuju kelas mu. Mari tidak membuatnya semakin tidak menyukaimu, walaupun kau tau dia mana mungkin tau akan keberadaanmu.

Keadaan kelas pagi ramai seperti biasa, pandanganmu pada buku matematika yang masih terbuka. Namun sepertinya pikiranmu tidak pada tulisan x dan y itu. Pikiranmu jatuh pada pria yang begitu suka bermain gitar, dengan senyum manis yang mampu membuatmu tersenyum.

Tiba tiba terdengar pintu kelas yang dibuka dengan rusuh. Beberapa orang masuk ke dalam kelas mu, membuat lamunanmu terpecah. Suasana kelas menghening, kecuali beberapa orang baru yang sibuk berdiskusi di depan kelas.

"Kau yakin ini kelasnya?"

"100 persen, tidak 200 persen" kau mengernyit merasa familiar akan suara itu. Pandanganmu terbatas karena beberapa teman sekelasmu yang berdiri.

"Oke, disini ada yang bernama Yn?" Kau membulat mendengar namamu tersebut, terlebih lagi saat seluruh mata kini memandangi mu dan membuka sedikit jalan membuat dirimu dapat melihat siapa yang menanyakan tentang dirimu. Dan yang lebih mengejutkannya lagi itu adalah Woozi seonbae dan temannya yang entah bernama Horangi, Hoshi, atau laba laba.

"Aku?" Gumammu ragu, namun gumaman pelanmu dapat terdengar jelas di kelas yang hening itu. Matamu bertemu dengan mata sipit Woozi, pria itu memandangimu untuk sejenak. Sebelum akhirnya melangkah menghampiri mejamu, membuat dirimu panik dalam sekejap dan membuat debaran jantungmu menggila.

"Susuku" tanpa basa basi, Woozi mengadahkan tangan besarnya. Kau menatapnya bingung. Susu?

"Eh?" Woozi memutar bola matanya malas.

"Susu cokelatku" membuat dirimu tersadar, mungkin yang dimaksud pujaan hatimu ini adalah kotak susu yang setiap pagi kau berikan. Tunggu, jadi selama ini dia tau kau yang menaruh susu disitu? Namun kau tidak bertanya, memilih mengobrak abrik tasmu, dan menaruh susu kota di tangan pria itu.

"Ini seonbae" ucapku sedikit kaku. Tidak memedulikan suasana canggung di antara kalian, Woozi dengan santai menyobek plastik pelindung sedotan yang tersedia bersama kotak susu itu sambil berjalan berlalu.

"Besok, kasih susunya langsung, kau menyusahkan" ujar Woozi berujar sambil menatapmu dari ujung mata sebelum akhirnya berlalu. Melangkah keluar dari kelasmu dengan santai, sambil meminum kotak susumu.

Dan tanpa seorang pun sadari, senyum tipis terpatri di wajahnya, tertutupi dengan baik dengan tindakannya yang sedang meminum susu. Mungkin susu yang ia minum menjadi alasan senyum pria itu muncul pagi itu.

- END

iya sudah lama saya tidak menulis ff hasilnya cuma segini, maafkan lah yaw.

Seventeen ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang