[DK] Stargazing

941 106 3
                                    

play the song !!

Untuk kesekian kalinya, ponselmu berbunyi. Pesan peringatan dari pemerintah lagi-lagi datang, namun seakan tuli, kau hanya berdiri di depan jendela apartemenmu, memandangi langit langit malam yang terlihat sangat indah. Indah untuk terakhir kalinya mungkin.

Terdengar bel pintu apartemenmu berbunyi, membuat dirimu mau tak mau melangkah dan membukakan pintu. Pria dengan senyum manisnya yang sudah sekian lama tidak kau lihat berdiri disana, kau terdiam sejenak, sebelum ikut tersenyum.

"Mau stargazing?" bukan sapaan hangat yang kau dapatkan, namun dengan senang hati kau mengangguk. Mengambil jaketmu untuk membalut piyama yang kau kenakan, dan melangkah keluar, meraih tangan pria itu dan menggenggamnya erat.

Langkah kalian ringan, tatapan kalian terfokus ke depan, tidak memedulikan kerusuhan yang terjadi di sekitar kalian. Seakan di dunia ini hanya ada kalian saat ini. 

Dalam perjalanan hanya diisi hening, hanya ada genggaman erat, dan suara pesan peringatan yang disiarkan berulang kali di radio. Seakan walaupun tanpa kata, kalian sudah mengerti akan bagaimana hal ini berjalan. 

"Semoga saja pagarnya tidak dikunci" ujar pria itu saat kami sampai di tempat tujuan, bukit belakang sekolah menengahmu dulu. Kau tersenyum sebelum berlari bersamanya menuju jalan yang kami hapal, sangat. Berlari dulu-dulan untuk mencapai puncak bukit indah ini.

Dia adalah Lee Seokmin, mantan kekasihmu, cinta pertamamu. Ada banyak hal rumit yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata akan kisah kalian, namun pada akhirnya kalian disini, berdua, tanpa banyak kata, dan hanya kalian.

Kau bersorak ketika dirimu lebih dulu sampai di puncak bukit itu, diikuti Seokmin tak lama. Pria itu tertawa lepas bersamamu, sebelum berlari memelukmu dengan erat sebelum menjatuhkan diri kalian di rumput. Berbaring dengan sisa tawa yang masih terasa, dengan taburan bintang menemani malam ini. 

Menenangkan nafas yang terengah sebelum perlahan kau merapat pada tubuh tegap pria itu, dan ia bahkan tanpa berpikir dua kali untuk menarik dirimu ke dalam pelukannya sekali lagi. Menyandarkan kepalamu di dada bidangnya, membiarkan kamu mendengar detak jantungnya yang secara perlahan kembali berdetak normal.

"Bulan bersinar terlalu terang hari ini" gumamnya, yang membuat dirimu mendengus pelan sambil tersenyum geli. Ikut memandangi bulan yang memang terlihat sangat bulat hari ini.

"Itu dikarenakan cahaya matahari pabbo, bukan karena bulan" perkataanmu membuat Seokmin mengerut bingung. 

"Iyakah? Aku tidak tahu" ujarnya yang mengundang tawamu. Ia sendiri hanya menggaruk kepalanya, bingung.

"Jelas, pekerjaanmu bolos setiap pelajaran astronomi" sindirmu, yang mengundang tawa kalian. 

"Tapi jika aku tidak membolos pelajaran astronomi, aku tidak akan bertemu pembenci astronomi lainnya" kau tersenyum kecil, mendongak menatap wajahnya ketika terasa dirinya menatapmu lama. Mata bulat hangat itu membuat senyummu melebar, seperti dulu. 

"Keindahan langit itu cukup menjadi indah, tidak usah dipelajari" mengalihkan perhatianmu, kau melontarkan alasan yang selalu sama sejak dulu, mengundang tawa Seokmin. Tangan besar mengacak gemas rambutmu, yang membuat decakan terdengar dari mulutmu. 

"Sama sepertimu" gumamnya yang masih terdengar jelas di telingamu. Kau hanya tersenyum tanpa berkomentar.

Hening kembali menyapa, tidak ada satupun dari kalian yang berniat menghentikan hening yang terlalu nyaman mungkin bagi kalian. Hingga sirine memekakkan memecahkan hening di antara kalian. 

Kau mendongak, menemukan wajah tampannya yang masih sama seperti pria yang tidak sengaja kau pergoki sedang bolos di atap, hanya saja kini terlihat lebih dewasa, sedang menatapmu dalam. Membuat senyum tertarik di wajah masing-masing. 

"Terima kasih" ujarnya tiba-tiba. "Terima kasih sudah menceritakan keindahan astronomi untukku" ujarnya membawa memori percakapan pertama kami, tentang keindahan astronomi.

Seakan tidak merasakan gempa yang mengguncangkan tanah, kalian hanya terfokus pada mata masing-masing yang sibuk mencurahkan hal yang tidak bisa diungkapkan oleh kata. 

"Terima kasih, sudah datang" kau angkat bicara setelah sekian lama terlarut pada manik matanya. Seokmin memajukan wajahnya, yang jelas tidak kau tolak.

"I love you" gumamnya sebelum mempertemukan bibir kalian. Memadu rasa yang ternyata masih terus ada walaupun hubungan kalian berakhir. Mengungkapkan rindu yang dipendam selama ini. Membiarkan ratusan batu besar itu berjatuhan dari langit dengan sirine yang semakin memekakkan. 

Kali ini, kalian tak perlu repot untuk mengucapkan selamat tinggal.

- END

eh maaf banget aku lama comebacknya TT, laptopku sempet eror wkwkwk. tapi semoga enjoy dan paham dengan karya kali ini.

Seventeen ImagineWhere stories live. Discover now