(๑˙DuapuluhSembilan❥˙๑)

5.6K 729 65
                                    

Iya tau aku telat up, hiks ππ
Gak sempet ngetik akhir-akhir ini aku banyak kegiatan guys;( Nanti ganti yang malming aku gak up, aku up nanti malem ya!
Hppy reading!❤️

🌹 🌹 🌹

'Jangan memikirkan penilaian orang lain. Lakukan kemauan hatimu sendiri. Dirimu juga butuh love yourself.'

🌹 🌹 🌹

Keisya mengikuti langkah Allin. Gadis itu menghela nafasnya lega, untung saja ia menguping tadi. Jadi bisa menghentikan kejadia tadi. Kalau tidak, bisa-bisa Kenta dan Allin berpacaran. Itu yang ia pikirkan.

Tapi.. gimana kalo Allin nerima Kenta pas gue gak ada? Bisa-bisa mereka--argh.

"Allin," panggilnya membuat Allin menoleh menghentikan langkahnya.

"Lo suka gak sama Kenta?" Tanya Keisya.

Allin membuang nafasnya pelan. "Kamu denger ya?"

"Jawab aja." Ketusnya.

"Allin gak ada alasan untuk kasih tau kamu, menurut Allin juga ini masalah pribadi. Maaf ya," Allin hendak melanjutkan langkahnya tapi Keisya menahannya kasar membuat Allin kembali berbalik.

"Lo pikir lo pantes sama Kenta?" Gumamnya pelan.

Allin tak berbalik sama sekali ia hanya diam.

"Gak. Lo sama sekali gak cocok. Cewek kampung yang masuk sekolah elit demi nyari cowok kaya, hm? Beruntung banget hidup lo, ya. Udah berapa korban pemorotan lo? Sekarang dapet tempat tinggal, alias numpang. Mungkin besok dapet apartemen." Keisya terkekeh remeh.

Allin hanya diam. Apa ia terlihat seperti itu dimata orang-orang? Benar. Allin memang menumpang sekarang.

Allin melepas tangan Keisya yang menahannya. Ia melanjutkan langkahnya meninggalkan Keisya yang tersenyum puas penuh kemenangan. Ia yakin, setelah kata-katanya, Allin tak akan menerima cinta Kenta.

ლ ❥ ლ

Pukul sudah menunjukan malam. Sedari sore setelah menonton bersama dan Keisya pun sudah pulang, Allin mengurung dirinya di kamar. Ia mencari cara mencari kosan secepatnya. Ia harus pergi dari sini agar tidak mengundang pikiran negatif dari orang lain lagi.

Allin terlonjak senang saat melihat seorang pengguna akun membalas statusnya yang bertanya kosan dekat SMA Pelipur di sosial media.

Pria itu bilang bahwa di belakang SMA Pelipur di Jalan Bakti terdapat kosan yang lumayan bagus dan harganya juga terjangkau.

Allin pun langsung mengirim pesan pribadi bertanya pada pria itu. Ternyata namanya Dion, siswa Pelipur juga yang sama seperti Allin pemenang beasiswa tapi tahun kemarin. Sekarang pria itu kelas tiga katanya.

Sesekali Allin terkekeh saat Dion sempat-sempatnya bercanda dalam pesannya. Sepertinya pria itu menyenangkan sekali dan pintar berteman alias friendly. Allin jadi penasaran orangnya seperti apa.

Tiba-tiba pintu terbuka menunjukan Kenta disana. Saking seriusnya Allin tak sadar Kenta masuk. Gadis itu malah terkekeh-kekeh sendiri membaca pesan Dion.

Melihat itu raut wajah Kenta berubah kesal. Ia curiga Allin sedang chattingan dengan pria.

Kenta mendekati Allin lalu merebut ponsel gadis itu melihat siapa yang sedang chatan dengan Allinnya!

Allin yang baru sadar Kenta datang terbelalak kaget.

"Kenta.."

"Siapa nih?" Tanya Kenta sambil tersenyum kecut.

"Balikin hape Allin.."

"Jawab." Tajam Kenta tak menghiraukan.

"Dion," jawab Allin ragu, masalahnya saat ini aura Kenta terlihat sangat kesal.

Kenta mengangguk. "Kenapa chattingan?"

"Allin cuma minta bantuin cari kosan kok, dia bilang dia tau. Makanya Allin tanya.."

"Terus lo percaya sama orang sosial media gitu aja?" Tanya Kenta tak habis pikir.

"Dia satu sekolah sama kita, Kenta. Dia seangkatan kamu." Ujar Allin yakin.

"Oke. Kelas 12 jurusan apa? Biar gue cari orangnya besok." Ujar Kenta membuat Allin terbelalak.

"Ngapain?"

"Ya mastiin lah. Itu anak ada beneran apa enggak."

Allin membuang nafasnya. "Aneh Kenta kalo tanya dia jurusan apa segala," lirih Allin.

Setelah Kenta pikir-pikir benar juga. Yang ada pria itu merasa Allin ingin mengenalnya lebih jauh lagi.

"Tadi pagi lo belum jawab gue."

Allin mendesah kesal. Kenapa juga Kenta harus ingat itu. Allin benar-benar tak bisa menjawab.

"Allin.." Allin melirik Kenta. Seketika ia teringat semua ucapan Keisya. Allin memang tak pantas dengan Kenta. "..Allin gak bisa terima cinta Kenta. Please.. Kenta cari cewek yang lebih pantes sama Kenta dibanding Allin.." lirih Allin susah payah. Sulit sekali mengutarakan kata yang tidak sama persis dengan perasaan sesungguhnya.

"Siapa yang bilang lo gak pantes?" Tanya Kenta tak suka dengan ucapan Allin.

Allin tersenyum. "Allin sadar diri sendiri kok,"

"Enggak mungkin. Pasti ada yang bilang itukan ke elo?" Tanya Kenta yakin. Allin menggeleng. Ia tak bisa lagi bicara, atau air matanya akan jatuh. Allin benar-benar mengucapkan kata-kata yang melawan hatinya sendiri. Ia menyuruh Kenta mencari gadis lain? Benar-benar gila. Padahal hatinya tak ingin itu.

Kenta duduk dihadapan Allin ia menatap Allin serius. "Sekarang gue gak nanya apa lo pantes sama gue atau enggak. Lo cinta sama gue?" Tanya Kenta to the point.

"Kenta a-"

"Jawab aja apa yang gue tanya." Tekan Kenta dengan tatapan mata elangnya yang mengunci mata coklat hazel Allin.

Tanpa sadar Allin mengangguk pelan. Allin merutuki dirinya yang kelepasan menjawab jujur. Masalahnya tatapan Kenta benar-benar mampu mengintimidasinya untuk menjawab jujur.

Sebuah senyuman tercetak di wajah pria tampan itu.

Kenta bangkit. "Oke, kita pacaran."

Allin ikut bangkit terkejut. Saat Allin ingin buka protes, Kenta langsung menahan bibir Allin dengan jari telunjuknya.

"Sstthh.. gue gak butuh jawaban lo lagi," bisiknya lalu tersenyum manis. Ia pergi meninggalkan Allin yang mematung.

Di sisi lain Allin sangat takut berpacaran dengan Kenta akan membuat hidupnya sulit. Karna Kenta bukan tandingannya. Apakah salah jika Allin hanya ingin hidup tenang sampai lulus sekolah bahkan kuliah kedokteran dan mengesampingkan perasaannya?

Tapi sialnya di sisi lain, hatinya malah bersorak gembira. Rasanya didalam sini penuh dengan bunga-bunga yang baru saja bermekaran.

Allin merutuki dirinya sendiri. Mengapa pikiran dan perasaannya berlawanan arah begini? Allin bisa gila lama-lama.

Allin membanting tubuhnya ke kasur dan menutup wajahnya dengan bantal frustasi.

ABOUT KENTA [Telah Terbit]Where stories live. Discover now