(๑˙DuapuluhSatu❥˙๑)

6.3K 763 70
                                    

'Bahkan sebuah rasa tak mampu membuatku pantas untukmu.'

🌹 🌹 🌹

[Suatu kecelakaan]

Hari ini adalah hari olahraga kelas Allin. Ya memang bersamaan dengan kelasnya Kenta, tapi sialnya, guru olahraga kelas Allin sedang izin hari ini. Jadilah mereka di gabung untuk saat ini.

Allin melirik Kenta di barisan sebelah. Pria itu terlihat tengah terkekeh mendengar guyonan Gepeng dan Angga di tengah penjelasan Dodi, sang guru di bidang olahraga itu. Tanpa sadar Allin ikut tersenyum melihat tawa lebar Kenta yang sangat jarang itu.

Karna materi belajar sudah hampir selesai dipelajari, jadi hari ini mereka di suruh bertanding. Putri dengan putri, bertanding voli. Sedangkan putra dengan putra, bertanding basket. Ah, sepertinya Kenta sedang beruntung. Basket adalah ahli bidangnya. Berbeda dengan Allin. Gadis itu hanya celingak celinguk seperti orang bodoh. Percayalah, Allin memang pintar dalam belajar. Tapi dalam olahraga, Allin adalah yang terbodoh. Apalagi voli.

Karna lapangan voli dan basket bersebelahan, Dodi pun jadi lebih mudah mengontrol mereka.

Pertandingan pun sudah di mulai sejak tadi. Kenta dan timnya terlihat sangat menguasai pertandingan. Sudah terlihat siapa pemenangnya di sini.

Berbeda dengan Allin dan timnya. Mereka terlihat sesekali mendapat poin, tapi saat bagian Allin yang memukul, mereka selalu kehilangan poin. Lebih lagi lawan mereka adalah kakak kelas garang. Menang pun sepertinya tidak akan baik. Pasrahlah mereka.

Kini bagian Nita. Sang servis terbaik yang terkenal memenangkan lomba voli berkali-kali karna pukulan mematikannya. Ia mulai memukul bola dengan penuh tenaga. Dan bodohnya Allin malah tak sadar sampai-sampai--

"ALLIN AWAAAAAS!!" Teriak Jellina dan yang lainnya.

Allin yang baru sadar sebuah bola voli yang berat itu akan menimpuk kepalanya, tak sempat menghindar karna sudah sangat dekat dengan keningnya. Tapi tiba-tiba seorang pria memeluk Allin hingga pundak pria itulah yang terpukul.

Semua berteriak terkejut.

"Lo gapapa?" Tanya Kenta pada Allin. Padahal jelas-jelas pria itulah yang terkena.

Allin menggeleng pelan. Ia melirik bahu Kenta.

Kenta mengangguk. Pria itu pergi kembali bermain basket yang sedikit tertunda karna kejadian itu. Mereka pun kembali melakukan pertandingan.

Berbeda dengan Allin yang masih diam. Jantungnya masih berdebar bisa sedekat itu dengan Kenta barusan.

"Woi, Lin. Ayok! Kena timpuk lagi lo," panggil Jellina membuat Allin menggeleng membuyarkan lamunannya.

ლ ❥ ლ

Saat pertandingan selesai, semua terlihat duduk beristirahat. Ada yang langsung ke kantin atau istirahat dulu duduk di kursi sekitaran lapangan.

Allin melirik Kenta. Pria itu sudah digerumuli para gadis dari kelasnya yang cari perhatian dengan memberikan air minum untuk Kenta. Bahkan ada juga yang memberi Angga dan Hito. Tidak dengan Gepeng. Pria itu hanya gigit jari.

"Allin!" Panggil Hito saat Allin hendak pergi ke kantin dengan Jellina.

"Soal kemarin aku ke rumah kamu, maaf ya kalo ada yang salah di kata-kata aku?"

Allin menggeleng. "Gapapa, Kak. Lupain aja,"

Tiba-tiba Kenta datang merangkulnya lalu tersenyum lebar pada Allin. Refleks Allin, Hito dan Jellina terbelalak.

Hito yang melihat itu mendengus. Pria itu pergi karna merasa panas. Hal itu membuat Kenta puas lalu melepas rangkulannya.

"Aduh gue kayaknya kantin duluan deh ya, Lin. Bye!!" Pekik Jellina lalu pergi membuat Allin terbelalak. "Eh, Jel, tungguin Allin!!"

Allin pun gelisah di tinggalkan berdua dengan Kenta.

"Lain kali jangan suka bengong kayak tadi. Apalagi kalo gak ada gue di sekitar lo." Ujar Kenta.

Allin mengangguk patuh.

Kenta terkekeh lalu mengelus puncak kepala Allin gemas. "Jangan iya-iya doang."

Allin hanya diam lalu melirik bahu Kenta lagi. Membuat Kenta mengikuti arah pandang Allin lalu ia paham apa yang Allin khawatirkan sejak tadi.

"Gapapa, gue udah sering ketimpuk basket. Gue kan cowok. Segini mah biasa aja," ujar Kenta sombong membuat Allin terkekeh kecil.

"Sombong amat sih," gumamnya kecil tapi ternyata kenta mendengarnya.

"Em, berani ngatain gue lo, ya." Kenta menggelitik Allin membuat Allin terlonjak lalu tak berhenti terkekeh. "Kenta, udah ah! Geli, Kenta!" Pekiknya masih terkikik karna Kenta tak berhenti dari aksinya.

ლ ❥ ლ

Allin menaruh gelas di nakas. Ia kembali membaca novelnya.

Pulang sekolah, ia langsung berganti pakaian dan membaca novel. Karna tak merasa lapar, ia sampai belum makan sedari pagi.

Ponselnya berdering.

Allin langsung menutup bukunya dan mengambil ponselnya. Langsung ia angkat saat membaca nama sang penelpon adalah Jellina.

"Hallo, Jel?"

"Lin! Hiks, please buruan lo dateng ke Rumah Sakit Mandala!"

Mata Allin membulat saat mendengar suara tangis Jellina yang membuat dirinya mulai berfirasat buruk.

"Bang Kenta--Bang Kenta, Lin! Dia kecelakaan dan sekarang masih gak sadar! Gu-Gue panik banget.. Darahnya banyak banget.. Gue sama sekali gak berani telpon Nyokap.. Hiks, please lo kesini.."

Brukh

Allin menjatuhkan ponselnya. Tangannya terasa gemetar.

Allin langsung buru-buru mengambil jaketnya dan berlari keluar sampai lupa mengunci pintunya.

ABOUT KENTA [Telah Terbit]Where stories live. Discover now