(๑˙Tiga❥˙๑)

11.5K 1.1K 225
                                    

'Membicarakan soal pertemuan awal dengan seseorang--memang tidak mungkin selancar yang di perkirakan.'

🌹 🌹 🌹

[Awal yang buruk]

Seorang gadis dengan dagunya yang di topang itu menghela nafasnya sedih. "Kenapa aku baru masuk udah ada tugas cari kodok, Jel? Hiks.." Jellina terbahak mendengar nada frustasi dari Allin. Allin memang sangat takut dengan katak. Bisa di bilang, sebuah phobia. Dan sekarang ia malah di suruh mencari katak. Tugas
Biologi memang menyebalkan.

"Lo ke rumah gue aja nanti pulang sekolah. Biar nanti Bokap gue yang nyuruh orang buat cari kodok." Mata Allin berbinar mendengar penawaran indah itu dari Jellina.

"Beneran?!!" Jellina mengangguk. Allin langsung lompat memeluk Jellina. Membuat gadis itu hampir kehabisan nafas.

"Buset woi, mati gua!"

Allin langsung melepas pelukan mereka dengan cengir kuda khasnya.

ლ ❥ ლ

Allin berlari tergesa-gesa menuju toilet. Sungguh, rasanya sudah di ujung. Sedangkan Allin malah nyasar terus mencari toilet.

Saking cerobohnya, Allin menabrak seorang pria hingga cola yang tengah pria itu pegang tumpah semua ke bajunya.

Pria itu mendengus kesal. "Jalan pake mata." Tepat setelah berucap begitu, pria itu langsung pergi begitu saja.

Allin menggaruk tengkunya yang tak gatal.  Lalu ia berbalik menatap punggung kepergian Kenta.

"Jalankan pake kakiii, Kaaaak!!" Allin berfikir sebentar. "Tapi kaki kan juga ada mata kaki. Eumm, boleh deh." Allin pun melanjutkan dirinya untuk mencari toilet.

ლ❥ ლ

Mata Allin membulat memperhatikan setiap inci rumah Jellina. Sangat besar dan mewah.

"Ini rumah kamu atau istana negara, Jel?"

Jellina terkekeh. "Rumah kucing gue," dan bodohnya Allin percaya. "Hah, beneran?!!"

Jellina tak percaya kalau Allin bisa langsung percaya dengan ucapannya begitu saja. Jellina langsung mendorong kening Allin dengan telunjuknya. "Becanda, astaga, Lin.  Lo beneran anak beasiswa bukan sih??" Tanya Jellina sedikit meragukan.

Allin hanya cengengesan. Allin juga heran kenapa dirinya mudah di tipu orang dan mudah sekali percaya.

Mata Allin membulat saat melihat kedatangan Kenta dan teman-temannya. Allin langsung bersembunyi di balik sofa berharap Kenta tak melihat dirinya. Mana pula tadi dirinya belum sempat meminta maaf. Bisa mampus Allin.

Jellina terkekeh melihat Allin. Bodoh sekali gadis itu, bila gadis lain akan melompat genit pada Kenta, gadis itu malah sembunyi seperti cicak saat melihat Kenta. Memang gadis yang unik.

"Hai Jellina incesku! Makin cantik aja kamu," genit Gepeng, salah satu sahabat Kenta yang sangat menyukai Jellina. Sebenarnya nama pria itu Rifki, hanya saja dulu saat tengah masuk kelas pertama ia terjepit di belakang pintu kelas saat guru masuk, jadi sebagai lelucon satu kelas memanggilnya Gepeng, dan berkepanjangan sampai sekarang.

"Ah,  pergi sana." Usir Jellina membuat Hito dan Angga terbahak melihat si Gepeng yang  di tolak terus menerus oleh Jellina.

"Sumpah ya, gak adek, gak abang, kerjaannya ngusir gue mulu, hiks." Lebay Gepeng lalu hampir saja memeluk Kenta mendrama, tapi saat melihat noda coklat di dekat kantung seragam Kenta, ia mengurungkan niatnya. "Lah? Apaan nih?! Lu di berakin burung, ya?!! Untung gue belom peluk." Pekik Gepeng membuat semua langsung mengarahkan pandangannya pada seragam Kenta. Termasuk Allin yang diam-diam mengintip di balik sofa.

Mampus deh aku..

Kenta menepis Gepeng untuk lewat menuju kamarnya berganti baju. "Tadi ada cewek idiot jalan pake kaki, matanya di kantongin." Tandasnya tajam. Ia terlihat jengkel sekali lalu pergi menaiki tangga.

Ce-Cewek I-Idiot? A-Aku?!, Allin membuang nafasnya sedih.

ლ ❥ ლ

Saat ketiga teman Kenta juga naik tangga, barulah Allin keluar dari persembunyiannya.

"Astaga gue sampe lupa ada lo di sini! Kenapa sih ngumpet gitu?!" Jellina pun duduk di sofanya.

"Kalo kamu mau tau, cewek idiot yang nabrak Kak Kenta itu sebenernya aku." Jellina terbahak mendengar itu. Berbeda dengan Allin yang terlihat parno sendiri.

"Jangan langsung terima gitu dong di panggil idiot, gue jadi ngakak'kan, hahahaa,"

"Kak Kenta bukan tipe orang yang akan bunuh orang yang udah numpahin cola ke bajunya'kan?" Histeris Allin bergidik ngeri.

"Eum, kayaknya sih iya, gak liat mukanya tadi semurka apa sama lo?" Berniat jahil, tapi sepertinya Jellina salah. Karna ternyata Allin memang bodoh dan mudah percaya. Karna sekarang gadis itu melamun takut.

"Bercanda, Lin. Kayaknya lo bloon banget ya kalo untuk di boongin," kekehnya membuat mata Allin membulat.

Tapi bener sih, hiks, kenapa Allin bodoh ya Tuhan.., batinnya sedih. Padahal ia pintar dalam akademik, tapi soal sosial ia terlalu polos dan mudah di bodohi. Ternyata memang benar, manusia memiliki kelebihan sekaligus kekurangan.

"Yaudah yuk, kita makan dulu aja. Nunggu BoNyok gue bentar lagi pulang, lagi jemput Oma gue di bandara soalnya." Allin mengangguk. Ia hampir terjatuh saat Jellina menarik dirinya menuju ruang makan.

Sesampainya di dapur, dirinya di tinggal oleh Jellina yang akan mengambil makanan yang di pesan online olehnya.

Allin pun hanya duduk sambil sesekali memainkan ponselnya.

Tunggu.

Mata Allin membulat saat mendengar suara langkah kaki menuju ruang makan. Karna demi jaga-jaga takut dirinya bertemu dengan Kenta, ia langsung bersembunyi di bawah meja.

Orang itu masuk.

Kakinya terlihat dari kolong meja bahwa pemiliknya adalah seorang laki-laki. Allin pun mencoba mengintip sedikit.

Dukkkhh!, Dan malangnya, kepalanya malah terbentur meja.

Allin langsung mengusap kepalanya yang pening. "Aduh, kenapa kepentok segala sih.." gumamnya pelan.

"Ngapain?"

Deg.

Jantung Allin akan meledak saat mata mereka kini bertatapan.

ლ❥ ლ

Masih sama kayak kemarin kok,
Target 300 vote and 200 komentar!!🤗

See u next chapter, Guys!!🥳😍

ABOUT KENTA [Telah Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora