Limerence : After You 5

100 12 44
                                    

Landia duduk dengan buku gambar di depan nya, kedua tangan nya menggenggam pensil dan pena, sudut bibir sebelah kanan nya hitam terkena tinta. Mata nya tak berhenti menatap serius gambaran yang dia buat.

Kening nya berkerut, lagi-lagi dia mengetukkan ujung tinta pena nya di dagu, menimbulkan coretan lain disana. Memiringkan kepala, Landia kembali membungkuk, menghapus coretan di buku gambar lalu mengganti dengan coretan yang dia rasa lebih baik.

Tangan Landia terulur, meraih buku tebal yang menampilkan organ tubuh manusia, buku kedokteran milik Gilang. Menimang-nimang, Landia kembali memberi coretan di buku gambar, menambah apa yang kurang.

Dia berada di kamar Gilang sekarang, sedangkan ayah nya tengah tertidur di samping nya dengan mulut setengah terbuka. Landia tidur sekamar bersama Gilang setelah mengantar Vero ke rumah. Landia ingin tidur sendiri di kamar nya, namun Gilang tidak mengijinkan. Mereka di rumah hanya berdua, Gilang takut terjadi hal yang tidak-tidak pada Landia.

Suara erangan terdengar. Landia mendongak, memperhatikan Gilang yang merenggangkan tubuh nya sambil menyerngit. Menggeser duduk nya lebih dekat pada Gilang, Landia mencoba menghalau sinar matahari yang mengganggu tidur ayah nya.

Gilang kembali tertidur, kali ini miring meringkuk menghadap Landia. Tangan Gilang bergerak, menarik kaki Landia mendekat sambil berbisik. "Jam berapa sekarang?"

Landia menoleh ke belakang, dimana dia bisa melihat bunga-bunga berbagai warna di balik jendela yang tidak tertutupi gorden. Menoleh kembali pada Gilang, Landia menjawab polos. "Udah siang, yah!"

Tertawa, Gilang membuka mata. Menyempatkan menarik Landia mendekat guna mengecup kening Landia lama, Gilang menompang kepala dengan tangan, melihat gambaran Landia. "Anak ayah gambar apa?"

"Ini." Landia menunjuk buku tebal. "Lan pengin tau kenapa ayah suka banget liat ini gambar, maka nya Lan juga nyoba gambar nya."

"Ini nama nya organ tubuh manusia. Gambar yang kamu buat ini harus di hapal di luar kepala sama semua dokter." Gilang melingkari semua organ yang Landia gambar. "Sayang nya gambar organ yang kamu buat kebalik, yang seharusnya di kiri kamu gambar di kanan, begitu juga sebalik nya."

Landia menyerngit, tidak suka disalahkan padahal dia hanya mengambil contoh dari buku milik ayah nya. "Lan cuman gambar apa yang Lan liat!"

Gilang meraih buku tebal, membaca judul yang tertera di atas gambar sekilas. Kening nya berkerut, lalu dia membuka judul buku di halaman depan. Menahan senyum, Gilang mengambil buku nya yang lain. Membuka halaman baru dan memperlihatkan gambar dengan posisi organ yang berbeda.

"Yang kamu gambar ini beda lagi, semua organ yang Lan gambar kondisi nya terbalik. Jarang banget ada orang dengan kondisi kayak gini, bukan hanya kelainan organ yang terbalik, ada juga organ yang tidak ada dan mungkin ada lebih dari satu limpa disini."

Landia menyerngit, antara tidak suka dan tidak mengerti. Dia benci istilah medis yang Gilang selalu ucapkan saat berbincang dengan bunda nya, tapi mau-tidak mau Landia merasa kalau dia juga perlu memahami. Rasa keingin tahuan nya semakin besar saat Gilang membeli buku baru dengan tulisan yang belum mampu Landia baca, tepat tiga bulan setelah Nanda menerima kabar kalau dia hamil.

"Lan nggak ngerti."

Gilang mengelus rambut Landia. "Kamu nggak perlu ngerti, hal kayak gini bukan sesuatu yang perlu anak kecil ketahui."

Landia menaruh pensil dan pena nya. "Bunda bilang, kalau Lan nggak ngerti bunda sama ayah yang bakal ngejelasin nya."

"Nggak semua hal perlu kamu tau-"

"Ayah tinggal ngejelasin." Landia menyela, mata nya berkedip polos. "Sesusah itu ya ayah bilang nya?"

"Nanti ayah jelasin kalau Lan udah bisa baca ya?"

Limerene : After You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang