Limerence : Chapter 59

43 9 0
                                    

Haru menelungkupkan kepala nya di meja informasi. Mata nya terpejam erat, sesekali dia berdecak, helaan napas berat terdengar lagi dari bibir Haru. Tidak ada pasien. UGD sepi. Hanya ada dokter koas, perawat pelatihan, 3 perawat senior, dan 5 dokter senior. Tiga di antara dokter senior sudah terbiasa dengan keheningan ini. Tapi berbeda dengan Gilang dan Keanu. Mereka datang baru hari ini. Tiba dengan senyuman lebar siap mengatasi pasien dengan penyakit apapun. Sekarang mereka malah duduk di ruang tunggu, punggung tertekuk dengan mata setengah tertutup.

"Lo di pindahkan kesini?" Keanu bertanya. Dia mengerjapkan mata nya pelan dengan kepala mendongak, menatap langit-langit rumah sakit. "Lo gila? Rumah sakit mana yang ngebiarin dokter spesialis di pindah ke UGD?" Gilang menjawab sarkas. Sesekali dia berdecak mendengar suara berisik dari tim perawat.

Astaga. Mentang-mentang sedang tidak ada pasien, mereka bersikap semau nya. Bercanda dan tertawa dengan suara keras, memesan makanan yang di biarkan berserakan di meja informasi, tidak mengecek obat atau memilah alat yang sudah di gunakan, mereka malah bersenang-senang. Jika Gilang dalam kondisi mood yang baik, dia dengan senang hati akan menceramahi mereka.

Suasana hati nya sedang buruk. Atasan yang membimbing nya di bagian spesialis menghubungi nya tadi, meminta nya untuk tetap melakukan operasi yang biasa Gilang lakukan, mengecek dan memantau kondisi pasien yang dia rawat. Mereka hanya membiarkan Gilang berada di UGD karena gelar dokter umum yang dia sandang, pengalaman nya untuk memberikan perawatan pertama membuat Gilang diijinkan berada di UGD.

"Masih tetep ngurus bangsal umum?"

Gilang mengangguk samar menjawab pertanyaan Keanu. "Iya. Pekerjaan gue dua kali lipat lebih banyak dari biasa nya. Pak Imam. Si dokter sialan itu ngehukum gue lagi, sebentar lagi pensiun aja kebanyakan gaya."

"Enak dong, bayaran nya juga doble."

"Lo juga kan? Ngurus bangsal umum sama UGD, capek nya bikin orang pengen berak."

Keanu meringis. "Sayang nya gue udah di buang ke sini."

"Kenapa?"

"Kata nya gue diminta buat ngurus anak koas. Tinggal bilang kalau gue udah nggak di butuhin susah nya dimana sih?" Gilang tertawa. "Lo enak, bisa deket sama Ashi. Nggak perlu tuh yang nama nya cocokin tanggal libur cuman biar bisa jalan bareng seharian."

"Kita putus."

Gilang menegakkan punggung nya, menatap Keanu terkejut. "Kenapa?"

"Dia lagi mens! Kalau gue ngedeket, gue yang jadi samsak tinju nya! Jadi, lebih baik putus sementara."

"Setiap bulan?"

Keanu mengangguk. "Setiap tanggal 10, berlangsung selama seminggu ke depan."

Gilang tertawa miris. Pernah sekali dia melihat Keanu uring-uringan di bangsal umum sambil terus memegang punggung nya, dia bilang dia harus menggendong Ashi memutari rumah sebagai hukuman karena terlambat menjemputnya. Kesalahan kecil. Tapi resiko nya besar. Perempuan... memang menyeramkan.

"Nggak beda jauh sama dia." Gilang menunjuk ke depan, entah telunjuk nya benar lurus ke arah Nanda atau tidak, dia tidak peduli. Asal Keanu sudah mengerti maksud nya, itu cukup.

"Galak dia pas PMS?"

"Galak tiap hari. Telat bangun, pantat gue di tendang. Nggak sarapan, gue di diemin seharian. Pulang malem, gue dapet sofa sebagai tempat tidur. Dia kayak singa betina, apa yang gue lakuin itu tetep salah di mata dia."

"Tapi lo cinta kan?"

Gilang mengangguk, menahan senyum. "Hm... untung cinta. Kalau enggak udah gue cerai-in itu anak."

Limerene : After You (END)Where stories live. Discover now