Limerence : After You 2

147 13 11
                                    

2300word euy... ya mohon kerja sama komentar nya...

***

Nanda datang dengan senyuman, kedua tangan nya sibuk membawa segenggam bunga yang dia petik dari pekarangan rumah. Berjalan riang mendekati Gilang dan Landia yang terduduk di pangkuan suami nya, Nanda mengulurkan tangan, memberi segenggam bunga pada mereka.

Landia menerima dengan senang. Dia berdiri dari pangkuan Gilang lalu memeluk kaki Nanda. Kedua tangan nya terulur, meminta gendongan. Nanda melirik Gilang, meminta bantuan.

Gilang mengubah posisi duduk nya menjadi jongkok setelah menaruh bunga di atas rumput, menarik lengan Landia lembut. "Landia digendong ayah aja ya?"

"Tapi Lan mau digendong bunda..." Landia memberengut. Bibir nya mengerucut lucu. Satu tangan nya masih memegang kaki Nanda, enggan melepaskan.

Nanda mengelus rambut Landia sayang. Dia terduduk dengan rumput sebagai alas dengan susah payah. Kedua tangan Nanda memegang perut nya yang membuncit, dia meringis tertahan saat posisi duduk nya kurang nyaman. Gilang membantu, meluruskan kaki Nanda lalu kembali terduduk dengan tangan mengelus perut Nanda.

Nanda hamil. Tidak direncanakan. Sama seperti apa yang terjadi pada Landia, Gilang kebobolan lagi. Sebenarnya dia tidak mengharapkan anak, memiliki Landia saja sudah cukup. Gilang tidak ingin kejadian masa lalu terulang kembali.

Tidak ada yang bisa Gilang lakukan selain menerima. Lagipula itu kesalahan nya, Gilang tidak bisa meminta Nanda menggugurkan kandungan sama seperti dulu, dia juga tidak bisa mengakali dengan memberi obat penggugur pada Nanda.

Gilang hanya menjaga Nanda, meminta perempuan itu berhenti dari pekerjaan nya sebagai dokter, meminta Nanda meminum obat dan vitamin setiap hari, tidak mengijinkan Nanda melakukan pekerjaan rumah.

Kata bidan, kandungan Nanda tidak bermasalah. Janin nya sehat walau jantung nya lemah di usia kandungan ke-6. Gilang juga sudah berkonsultasi dengan dokter lain, mereka bilang tidak ada masalah. Jantung buatan Nanda juga masih kuat untuk melakukan proses persalinan.

Antara percaya atau tidak, Gilang selalu khawatir. Tubuh Nanda mengurus, keram di perut nya selalu Nanda rasakan setiap malam, wajah nya memucat, erangan tertahan terus terdengar saat Gilang tidak ada. Nanda terlihat memaksakan diri, tapi apa yang bisa Gilang lakukan kalau Nanda masih mampu tersenyum lebar?

"Di perut bunda kan ada adek nya Landia. Nanti kalau bunda gendong Landia, terus Adek nya mau gimana?"

Landia menghela napas kesal. Dia hampir tidak pernah digendong Nanda, selalu ayah lah yang melakukan nya. Landia ingin lebih dekat dengan Nanda, ingin mencoba digendong dan dimanjakan.

Mendongak, Landia bergumam. "Adek suruh keluar dulu. Biar bunda bisa gendong Landia. Nanti kalau udah, adek bisa balik ke perut bunda lagi..."

Gilang menahan tawa, Nanda cengo. "Ka-kan belum waktu nya keluar, nak. Mana bisa dipaksa?"

Landia kembali memberengut. "Tapi Landia pengin digendong bunda..."

"Nanti ya..." Gilang menenangkan. Dia meminta Landia duduk di pangkuan nya. Menarik tangan Landia lalu menyentuhkan nya di perut Nanda. "Tunggu sampai adek keluar, tinggal 3 bulan lagi. Setelah itu Landia bisa minta gendong ke bunda sepuas kamu. Oke?"

Landia mengangguk lesu. "Oce..."

Suara ponsel yang sengaja Gilang taruh di kursi teras terdengar nyaring. Gilang mendudukkan Landia di atas rumput, lalu dia berdiri. Mengangkat panggilan setelah membaca nama di layar ponsel. "Hari ini bukan jatah piket gue, jadi jangan berani-berani minta gue ke rumah sakit."

Limerene : After You (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon