Limerence : Chapter 65

65 8 0
                                    

Nanda berwajah masam saat Gilang datang dengan se-keranjang buah-buahan yang Nanda sukai. Dia berdiri membelakangi Gilang, memilih menatap jendela yang memperlihat kan banyak nya orang yang tengah bersantai disana. Nanda tidak menjawab saat Gilang bertanya, dia sepenuhnya mengabaikan suami nya itu.

Tindakan Gilang memang tidak bisa dimaafkan. Tapi Nanda lebih tidak bisa memafkan Gilang karena dia tidak benar-benar membujuk Nanda untuk berbaikan. Malah Gilang mendiamkan nya selama sehari penuh tanpa memiliki niatan untuk menjenguk nya.

"Nanda, ada yang mau aku bicarakan." Nanda melirik Gilang lewat ekor mata nya. Jantung nya berdebar, dia takut Gilang akan membicarakan tentang hal yang sama, mengeluarkan janin dari dalam tubuh nya sesegera mungkin. Mengambil napas, Nanda menyahut. "Apa?"

"Revi berbicara mengenai kondisi kamu." Nanda menutup mata nya pasrah, dia tidak ingin merelakan nya. Gilang terus mendesak untuk menggugurkan nya, Nanda sudah tau apa yang akan Gilang katakan jika kondisi nya memburuk. "Apa?"

"Sudah membaik. Kamu masih bisa mempertahankan nya." Mata Nanda melebar. Dia berbalik cepat. Menatap Gilang tidak percaya. "Beneran?"

Gilang mengangguk tanpa beban, senyum nya mengembang. Dia mendekati Nanda, membiarkan istri nya berlari lalu memeluk nya erat. "Beneran bisa? Nggak akan ada masalah nanti nya? Aku masih bisa lihat bayi aku lahir nanti?"

Gilang melonggarkan pelukan nya. Dia mendekap pipi Nanda dengan kedua tangan nya. "Doa kan saja."

Nanda memajukan wajah nya, mengecup bibir Gilang sekilas lalu tersenyum manis. Mata dengan lingkaran hitam di bawah nya itu menyipit, berkedip lucu dengan tangan yang tak henti menggoyang lengan Gilang. Nanda memejamkan mata nya, menyamankan diri memeluk Gilang. Di hirup nya bau antiseptik di tubuh Gilang. Nanda mendongak, berjinjit mengecup rahang Gilang. "Makasih."

Gilang mengangguk. Mendekap pundak kecil Nanda. Wajah nya yang sudah memerah dia palingkan ke samping, tidak membiarkan Nanda memiliki bahan untuk kembali mengejek nya. Gilang tersenyum tertahan, semakin menenggelamkan kepala Nanda di dada nya saat mata nya menangkap siluet bocah berumur tiga tahun sedang bermain bersama ibu nya di taman.

Membayangkan Nanda yang disana dan bermain bersama anak nya, tersenyum lalu memeluk anak nya saat dia menangis. Gilang sudah tidak sabar menantikan nya. Dia akan menjadi ayah. Sebentar lagi. Tinggal menghitung bulan dan Gilang hampir memiliki keluarga nya sendiri.

Gilang menunduk, bersandar di pundak Nanda. Mata nya terpejam, menikmati deru napas halus Nanda. Kegiatan nya terhenti saat pintu ruangan terbuka paksa. Suara melengking nenek dan keluarga nya menusuk gendang telinga Gilang. Gilang melepas pelukan nya, menghembuskan napas kesal dan berbalik, menatap keluarga nya yang sudah duduk di sofa yang di sediakan, sedang membongkar barang bawaan mereka.

Nenek tersenyum, berjalan riang mendekati Nanda. Tangan nya dengan gemulai mengelus pundak Nanda pelan, lalu turun menuju perut nya. Mata nya menyipit dengan bibir melengkung, tak henti dia terkekeh. "Kenapa nggak bilang ke nenek kalau kamu hamil sih?"

Gilang melirik orang tua nya. Mereka menunduk, ayah nya menggeleng tak tau bagaimana nenek mendengar kabar tentang kehamilan Nanda. Memijat kening nya, Gilang membiarkan nenek menuntun Nanda ke sofa. Gilang mengikuti dari belakang, mendekati orang tua nya dan mencium punggung tangan mereka. Ayah menahan tangan Gilang saat Gilang hendak beranjak menuju Nanda. Ayah menggeser duduk nya, memberi celah di tengah di antara dia dan istri nya. Ayah menepuk sofa di samping nya, meminta Gilang untuk duduk disana. Gilang melirik sofa dan ayah secara bergantian, lalu dia tersenyum. "Aku bukan anak kecil lagi loh, yah."

Ayah menarik tangan Gilang, mendudukkan paksa di samping nya. "Kamu tetap anak ayah. Jadi turutin apa yang ayah suruh. Ngerti?" Ayah tersenyum menenangkan. Tangan nya mengusap punggung Gilang lembut, memberikan dukungan. Gilang tersenyum getir. Dia mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskan napas perlahan. "Makasih."

Limerene : After You (END)Where stories live. Discover now