Limerence : Chapter 58

43 10 3
                                    

Mereka duduk berdua di ruang tamu. Nanda yang menunduk dan Gilang yang menatap lurus ke depan dengan pupil mata bergetar. Semua warga berada di rumah nya, berkumpul dengan bibir yang tidak bisa diam, mencibir Gilang dan Nanda dengan suara yang tidak bisa terbilang pelan. Mereka sudah berkerumun disana sejak Gilang dan Nanda pulang setelah mengambil mobil mereka. Gilang menarik napas, menggenggam tangan Nanda yang duduk di samping nya lalu menatap pak RT yang duduk di depan nya. Gilang menghembuskan napas pelan, melirik bapak-bapak dan ibu-ibu yang berdiri mengelilingi mereka.

"Kamu bisa mulai jelasin ke kami sekarang." Pak RT yang duduk di depan nya mulai membuka mulut nya. Kening nya mengkerut dengan mata yang menatap genggaman tangan Gilang dan Nanda. "Sebelum itu, lepasin tangan kalian dulu."

Gilang melepaskan genggaman nya, tangan nya mengepal menggenggam lutut. Gilang tidak pernah setakut ini selain membantu operasi Nanda beberapa tahun lalu. Napas nya terasa tercekat, tubuh nya tidak mau dia gunakan sesuka hati.

"Saya dengar dari tetangga sekitar. Kalian sering berangkat pagi dan pulang hampir magrib, nggak ada yang lihat kalian keluar dari rumah saat siang hari." Ibu yang duduk di samping pak RT berbicara, dia tidak repot menyembunyikan nada ketidaksukaan dari cara nya bicara. Membuat nyali Nanda menciut.

Pak RT di depan nya menghela napas. "Terlebih rumah ini sudah kosong lebih dari setahun, dan kalian tidak melapor pada saya selama beberapa bulan ke belakang, itu menambah kecurigaan warga kalau kalian menempati rumah ini tanpa ijin."

"Terlebih kalian sudah dewasa, kalian berbeda jenis, kalian sudah bisa untuk melakukan hal yang tidak senonoh di rumah yang sudah lama tidak ditinggali."

"Nak, jangan kira karena rumah ini ada di pojok dan nggak ada rumah lain nya di samping sini, bukan berarti warga sekitar nggak tau apa yang kalian lakuin. Kalau kalian bilang kalian cuman adek-kakak, saya nggak bisa percaya. Sudah ada orang yang lihat kamu cium perempuan ini."

Ini salah Gilang.

Mereka sudah pindah berbulan-bulan yang lalu tapi tidak pernah punya waktu untuk mengunjungi rumah tetangga, mereka selalu berangkat pagi untuk menghindari kemacetan dan dan pulang magrib karena menunggu Gilang menyelesaikan operasi nya. Gilang juga tidak punya waktu untuk melapor kepada pak RT. Pernah sekali dia ingin mengunjungi rumah pak RT, tapi saat sampai di sana, Gilang tidak mendapati satu orangpun. Membuat Gilang terlalu malas untuk kembali kesana. Setiap hari libur selalu mereka gunakan untuk mengunjungi rumah Gilang atau rumah Nanda, menghabiskan hari disana lalu pulang saat langit sudah gelap.

Untuk masalah Gilang yang mencium Nanda, itu hanya cara Gilang berpamitan untuk berangkat ke rumah sakit karena ada pasien nya yang mengalami masalah, dan itu hanya di kening. Hanya mengecup nya sekilas saja.

"Mereka tidur satu kamar, pak." Salah satu warga menghampiri pak RT dan memberi laporan. Beliau tadi yang meminta warga untuk mengecek isi rumah Gilang. Memantau apa saja yang mereka lakukan lalu melaporkan kembali ke pak RT.

"Pak, ada pengaman di tempat sampah juga. Saya juga lihat ada pengaman lain di laci hias." Wajah Nanda memerah, bibir nya terbuka sedikit, menatap Gilang dengan mata membola.

Suara desisan warga ibu-ibu sudah semakin bertambah, mereka tak segan berbicara kasar dengan menatap Nanda kasar. "Gini nih kalau anak lepas dari pengawasan orang tua, anak cewek masih kecil udah di biarin tidur sama cowok lain."

Nanda mencebik dalam diam. Dalam hati dia membatin. 'Tidur sama suami sendiri boleh dong, bu!'

"Pak, gini-"

"Mbak nya juga masih kecil, nggak boleh loh mas kamu mempengaruhi bocah SMA. Dosa! Gimana tanggepan orang tua kalian kalau tau kelakuan kalian kayak gini. Nggak kasihan?" Pak RT sudah memotong ucapan Gilang sebelum dia menjelaskan. Gilang mengatupkan bibirnya kembali, dia tersenyum sopan pada pak RT. Membiarkan beliau berbicara sampai selesai dulu.

Limerene : After You (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora