Limerence : Chapter 50

127 11 19
                                    

ps. AKU NGURUTIN CHAPTER YANG ADA DI DREAME. JADI JANGAN BINGUNG KALAU TIBA-TIBA DARI CHAPTER 8 TERUS NGELONCAT KE 50. KARENA EMANG UDAH BEDA! LANJUTAN CERITA LIMERENCE DARI DREAME. DENGAN KATA LAIN MASA-MASA GILANG-NANDA SEBELUM LANDIA ADA.

selamat membaca^^


"Nanda. Lakukan CT Scan bapak Yanto di ruangan 3, setelah selesai bilang ke gue."

"Baik."

"Nanda. Panggil dokter dari departemen kebidanan, langsung suruh ke ruang operasi 1."

"Baik."

"Nanda. Bisa balut kaki pasien yang ini? Gue harus ngurus yang lain."

"Baik."

"Nanda-"

"Nanda-"

"Nanda-" Nanda menggeram. Teriakan orang yang memanggil nama nya saling bersahutan. Dia menarik napas, lalu menghembuskan nya kasar. Dia berlari mendekati dokter Rian dengan botol kecil dan suntikan di tangan nya.

UGD memang selalu seramai ini. Dokter saling bersahutan, perawat berjalan kesana kemari untuk mengambil peralatan yang dokter butuhkan. Beberapa wali pasien menangis di ruang tunggu memperkeruh suasana. Nanda baru bekerja seminggu disini, dan dia sudah selelah ini. Bagaimana dia menjalani dua tahun masa koas nya nanti?

"Nanda, bantu Rega bawa pasien ke ruang operasi 4." Nanda mengangguk. Dia berjalan mendekati Rega, menarik besi yang menghambat jalan nya ranjang yang pasien pakai, membawa kantung infus di tangan nya lalu mendorong ranjang pasien bersama Rega. Melewati koridor pendek, menunggu pintu ruang operasi terbuka lalu masuk ke dalam. Membantu dokter yang lebih senior untuk memasang peralatan di tubuh pasien. Setelah selesai dia keluar.

Nanda berjalan pelan di deretan ruang operasi. RO 3 di pakai. RO 2 kosong, hanya ada beberapa perawat yang membereskan peralatan sesudah operasi. RO 1 terpakai, banyak dokter disana. Dokter bidan dan dokter ahli bedah umum. Dan Gilang ada disana, memasukkan besi panjang ke dada pasien, lalu dia fokus ke layar monitor.

"Pacar lo?" Rega berceletuk. Dia ikut berhenti melihat RO 1 di balik kaca. Nanda yang mendengar nya menyerngit, dia menatap Rega aneh. "Sejak kapan gue sama dia jadian?"

"Kalian enggak jadian? Terus un-"

"Gue nggak jadian. Gue masih single. Dan gue nggak peduli sama dokter yang ada disana. Siapa nama nya sih? Gilang? Nggak tau. Dan nggak mau tau." Nanda berjalan mendahului. Dia kesal. UGD kacau. Rasa kesal nya menjadi jadi saat UGD lebih kacau dari yang tadi.

"Nanda, panggil Gilang. Suruh dia bantuin gue disini. Raga, lo bantuin Vira, pasien yang dia tanganin nggak bisa diem sedari tadi." Rian memberi perintah. Nanda menepuk pundak Rega lalu menunjuk pada Vira. Meminta berganti tugas. Rega menurut, dia berjalan cepat menuju ruang operasi kembali walau mulut nya tidak berhenti menceracau. Rian selalu salah menyebut nama nya. Padahal dia dan Raga bukan kembar identik.

Nanda memegangi lengan kanan pasien, menali nya dengan kain di besi ranjang lalu memegangi kaki nya, meminta Vira untuk segera memberikan obat penenang. "Gue nggak bisa, dia gerak terus." Vira mengeluh, dia menatap Nanda dengan raut wajah tegang. Mata nya tak sengaja menatap luka terbuka di leher pasien. Harus segera di tangani, tapi tidak mungkin dengan tubuh pasien yang terus-terusan meronta.

"Biar gue,." Nanda melepaskan kaki pasien. Mengambil alih suntikan yang ada di tangan Vira. Dia duduk di ranjang dekat pasien, menindih lengan pasien dengan kaki nya. Lalu dengan perlahan menyuntikkan cairan di pergelangan tangan pasien. Setelah pasien tenang, Nanda turun dari ranjang. Dia memutari ranjang, melepaskan ikatan pasien di tangan satu nya. Merasa di perhatikan, Nanda menoleh. Menatap Vira yang melihat nya dengan mulut setengah terbuka. Dia berbisik, "Lo... Barbar banget."

Limerene : After You (END)Where stories live. Discover now