2.1

884 147 44
                                    

Haruto dan Doyoung sekarang lagi naik mobil untuk menuju restoran mahal tempat diadakannya konferensi jodoh dirinya dengan 'teman ayah'nya.

Haruto ngehela nafas, berasa berat banget setiap langkah yang dia tempuh.

Doyoung yang ngeh dengan sikap enggak biasa sepupunya itu cuma senyum, baru sadar kalau cowok jangkung itu udah besar. Padahal dulu masih inget Haruto nempel banget sama dia tiap kali jengukan kesana.

"Lo kenapa, To?" Tanya Doyoung. Haruto cuma noleh dan lanjut lagi natap ke jendela, sama sekali enggak peduliin raut sendu Doyoung.

"Lo kepikiran Jeongwoo, ya?" Tanya Doyoung lagi, kali ini tepat sasaran. Haruto sekejap berekspresi panik namun berhasil dikontrolnya sebelum berubah jadi datar lagi. "Enggak usah bohong lo sama gue, emang kita baru kenal kemarin apa." Tangan Doyoung melayang untuk noyor pala si goblog Haruto.

"Hyung, diem napa njir!" Sungut cowok berambut hitam itu kemudian bales dengan mukul pelan lengan Doyoung. Enggak tega dia mukul keras, nanti sepupu kesayangannya itu ngambek tiga hari tiga malam.

Doyoung benerin posisi duduknya yang tadinya agak aneh karena niat menghindari serangan balasan dari Haruto. "Jadi rencana lo apaan sih? Gue enggak liat ada perubahan yang menguntungkan gue sejauh ini, cih." Haruto buang muka, ngadep ke jendela mobil lagi.

"Sabar nyed, kalo sabar nanti pantat lo
lebar kek pantat panci." Celetuk Doyoung gemes dengan Haruto.

Tiba - tiba seringai Doyoung perlahan muncul lagi. Ah, dia baru inget punya rencana yang sedikit licik untuk menghiasi makan malam aliansi keluarga sepupunya dengan Keluarga Yuriko.

"Lo liat aja sendiri betapa mengenaskan mukanya nanti." Haruto naikin alis, enggak mau berekspektasi lebih namun tetap bayangin sekelebat kejadian yang kemungkinan akan terjadi di meja bundar nanti.



***








P.s: semua percakapan disini memakai Bahasa Jepang.















Haruto berjalan dengan langkah tegak. Tubuh jangkungnya terbalut tuxedo berwarna midnight blue, dibaliknya terdapat vest senada menutupi sebagian kemeja putihnya. Celana berwarna senada dan sepatu hitam mengkilap bikin Haruto tambah ganteng malam ini.

"Haruto, sudah datang rupanya." Ujar sang ayah, Tuan Watanabe Kenji dengan senyum hangatnya. Haruto bales dengan senyum tipis dan duduk di satu - satunya kursi kosong yang berada di antara Mama Himari dan Yuriko.

Hm, planning yang sangat bagus dari ayahnya.

Haruto ingin lari keluar dan teriak macam orang gila, tapi hasrat itu ditahannya. Enggak baik buat reputasi ayahnya kelak.

"Halo, Haruto. Tidak terasa kamu sudah dewasa ya, semakin tampan saja." Ujar Tuan Yoshitake dengan nada formal. Haruto nerima pujian pria penuh wibawa itu dengan sedikit bungkukkan, "Halo, Tuan Yoshitake. Senang bertemu dengan Anda kembali. Saya senang anda masih terlihat sangat sehat."

Hana, ibunda Yuriko tersenyum simpul melihat sosok Haruto. Enggak salah lagi milih menantu perfect kayak Haruto, batinnya sudah berbangga duluan.

Padahal belum pasti.

"Halo, Haruto. Senang melihatmu sudah sedewasa dan setampan sekarang. Yuriko, ayo sapa Haruto dulu." Hana meminta putrinya yang lagi gugup untuk nyapa Haruto.

"H-halo, Haruto..." Ucap Yuriko dengan kegugupan yang kentara banget. Haruto pengen banget memaki cewek itu namun ditahannya, lagi.

Mungkin sekarang tembok pertahanan emosi Haruto udah setebal benteng Takeshi.

Xihua Cafe; HajeongwooWhere stories live. Discover now