1.2

1.3K 205 19
                                    

Haruto sekarang lagi duduk di island dapur dengan tangan menumpu dagunya. Matanya tertuju lurus ketempat Jeongwoo masak. Haruto membatin, jadi begini ya imutnya pacar kalau lagi sibuk masak?

Haruto ingin cepat - cepat satu rumah saja kalau setiap hari dapat lihat pemandangan indah seperti ini.

"Woo, gue boleh kan ke sini setiap hari?" Tanya Haruto dengan ekspresi seperti fakboi. Jeongwoo mengernyit lalu menjawab dengan nada sarkas, "Emangnya kakak enggak punya rumah?"

Haruto cemberut mendengat pertanyaan sarkastik yang diluncurkan dari mulut pacarnya. Sekarang kedua tangannya menumpu wajahnya dengan ekspresi kesal. Bibirnya dimajukan hingga bisa - bisa menyentuh hidung. Jeongwoo yang membalikkan badan ke belakang dan berjalan ke arah island dengan sepiring nasi omelet di tangannya terkaget dong.

Ternyata Haruto bisa gini juga ya. 'Imut sekali.'

"Kak Haru, maksudku boleh kok. Aku takut aja nanti ngerepotin... Jarak rumah kakak ke sini mungkin jauh kan..." Jelas Jeongwoo sambil memainkan jemarinya. Haruto sontak tersenyum lebar dan genggam tangan Jeongwoo.

"Yaudah kalau lo ngizinin, gue enggak akan nolak dong. Bodo amat mau jauh sampai ke ujung dunia, gue pasti bakal cari pelabuhan terakhir gue, yaitu elo." Sahut Haruto sambil mengelus punggung tangan Jeongwoo yang masih saja lembut walaupun sudah sibuk sedari tadi. Cowok itu kagum, Jeongwoo ini mandiri sekali rupanya.

Jeongwoo balas tersenyum manis. Salah satu senjata rahasia milik Jeongwoo yang bisa meruntuhkan pertahanan seorang Watanabe Haruto dalam sekejap.

***

Setelah keduanya makan, mereka cuman duduk di ruang tamu sambil nonton tv. Jeongwoo sudah ngantuk sedari tadi karena enggak beraktivitas apapun lagi. Memang Jeongwoo itu tipe yang suka beraktivitas, jadi wajar saja dia bosan begitu bersama Haruto.

Posisi mereka berdua itu; Jeongwoo nyender di punggung sofa bed coklat yang ada di depan tv dengan Haruto yang nyenderin kepala di bahunya sambil mepetin badan ke Jeongwoo. Dunia serasa milik berdua saat itu, beneran deh.

"Kak Haruto gapapa gini terus sampai sore? Aku seharusnya bersih - bersih rumah sekarang, takutnya nanti Kak Haruto jijik di rumah aku yang kotor gini." Tanya Jeongwoo sambil nunduk untuk melihat wajah Haruto di bahunya. Bukan, sekarang Haruto sudah makin berani nyender di dadanya yang terbalut kaos putih tipis karena saat itu sedang musim panas.

Haruto hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Kotor apanya, rapi gini. Dia juga tidak mau bicara, hanya mau peluk Jeongwoo saja.

Badan Jeongwoo itu hangat, kecil, jadi enak dipeluk. Apalagi pinggangnya yang tidak sampai sebesar lingkaran lengan Haruto. Cowok jangkung itu baru sadar pacarnya kurus sekali.

Tetap saja Haruto suka bagaimanapun keadaan Jeongwoo. Nah kan, bucinnya muncul lagi.

"Main 20 pertanyaan yuk, kak." Usul Jeongwoo tiba - tiba. Haruto terdiam sebentar lalu duduk tegak menghadap Jeongwoo.

"Ayo. Kepo ya, tentang gue?" Tanya Haruto dengan nada geer. Jeongwoo hanya tersenyum simpul dan enggak menjawab apa - apa.

"Suit dulu, lah." Saran Haruto dan mereka pun suit berdua. Jeongwoo mengeluarkan kertas dan Haruto gunting. Pemenangnya Haruto, tapi setelah melihat wajah sedih Jeongwoo, Haruto ketawa dan membiarkan pacarnya itu bertanya duluan.

"Uhmm... Kenapa suka sama aku?" Tanya Jeongwoo dengan nada penasaran. Haruto membulatkan mata, pertanyaan pertama Jeongwoo ini cukup mudah. 'Ternyata Jeongwoo penasaran tentang ini.'

"Karena lo imut, manis, dan gue paling suka sifat polos lo. Enggak banyak orang polos di dunia ini sekarang, jadi ketemu sama lo itu bagaikan mencari jarum pada tumpukan jerami, Woo. Gue enggak mau sia - siain lo."

Pipi Jeongwoo memanas dengernya. Dia menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang seperti tomat. Haruto ketawa dan memegang dagu Jeongwoo hingga ia mendongak, tanpa aba - aba Haruto mencium kening Jeongwoo sekilas.

"KAK HARUTO!!!"

***

"Heh Jin tomang, bengong mulu lo." Teriak Woojin sambil memukul pundak seorang laki - laki tampan yang sedang merenung di bangkunya, Jinyoung.

Jinyoung menolah ke belakang dan menatap Woojin kesal. Dia mencoba membalas dendam dengan menendang kaki Woojin namun misinya gagal. "Ah sebel gue sama lo. Nama lo juga jin tomang anjir." Sahut Jinyoung kesal.

Woojin cuma ketawa. Cowok gingsul itu duduk di samping bangku kosong sebelah Jinyoung. "Gimana nih, kabar pacar lo."

Jinyoung mengernyit, "Pacar gue? Yang mana?" Woojin menatap Jinyoung jengkel. "Kenapa lo nanya sama gue, lo kira gue peramal? Kan gue udah nanya lo duluan." Memang ya, Jinyoung ini agak sengklek.

"Oh. Si cowok imut itu belum kelihatan lagi. Padahal dia itu tipe gue banget, kayaknya dia jodoh gue deh." Ujar Jinyoung sambil menatap lurus ke depan, mengingat wajah manis Jeongwoo yang melekat pada pikirannya sejak terakhir kali mereka bertemu.

Woojin menaikkan sebelah alisnya mendengar ujaran Jinyoung, "Pede gila lo. Siapa tau dia udah ada pacar lah, enggak mungkin cowok semanis itu dianggurin."

Jinyoung berdecak, "Ya kan, gue berharap aja goblog. Eh, bentar. Kok lo tau dia manis?" Jinyoung menatap Woojin dengan pandangan curiga.

Woojin ketawa renyah hingga menampilkan gigi gingsulnya. "Kan lo yang bilang."

"Ah goblog lo."

Tiba - tiba terdengar kegaduhan di depan kelas mereka. Jinyoung berjalan ke ambang pintu untuk melihat keadaan dan menjatuhkan pandangannya ke tiga cewek yang sedang bertengkar dengan satu cewek.

"Mana Haruto?! Mana pacar gue?!?! Lo enggak tau dimana pacar gue, hah?! Dasar s*ndel, jangan lagi ganggu - ganggu pacar gue!" Seru salah satu cewek yang sedang menjambak rambut cewek yang menjadi korban. Wajahnya terdapat bekas luka cakar dan rambutnya berantakan karena ditarik - tarik.

"BERHENTI KALIAN!" Teriak Jinyoung sambil menerobos kerumunan disusul dengan Woojin yang membawa jaket. Jinyoung menengahi mereka berdua dan membawa Yein ke samping ditutupi dengan badannya yang cukup besar.

"Enggak usah bikin keributan di kampus gara - gara cowok, ya! Awas lo bertiga, gue laporin!" Ancam Jinyoung sambil menatap tajam mereka.

Ketiga cewek itu menatap Jinyoung kesal sekaligus takut. Kalau benar, nanti mereka dikeluarkan dan tidak bisa bertemu dengan Haruto-nya lagi. Tidak, tidak. 'Sebaiknya lain kali saja diberikan pelajaran lagi.'

"Awas ya lo, gue enggak akan ngelepasin lo! Gue punya bukti foto lo dan Haruto di kafe, dasar pho!" Kemudian ketiga cewek itu pergi setelah ketua mereka mengatakan ancaman terakhirnya.

Jinyoung mendengus. Cuma karena Haruto lagi.

A/N:
Hai, semua. Aku balik lagi. Ini part selanjutnya yaa, maaf kalau agak bosenin. Aku lagi nyusun sedikit konflik disini. Mumpung libur sekolah agak lama, jadi berniat lanjut karena komen kalian. Terimakasih sudah komen semua, komen kalian sangat berharga buat aku :)

Terimakasih juga buat yang sudah vote. Enggak nyangka aja cerita aneh begini banyak yang minat, padahal aku sama sekali enggak menargetkan cerita ini ke para pembaca, cuma untuk sarana menuangkan imajinasi aja. Anyway, thank you so much pokoknya :D

Satu lagi, stream I Love You, yuk semuanya! Agar Treasure bisa dapetin ROTY yang selama ini sudah kita incar dan klaim. Semangat Treasure Makers, kita lakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin untuk 12 cowok kesayangan kita!

See you in the next part ^^

Xihua Cafe; HajeongwooWhere stories live. Discover now