1.4

1.1K 178 22
                                    

Jeongwoo kipas - kipasin wajah dengan kedua tangannya. Dia sudah duduk di sofa ruang tamu dengan pakaian yang telah diganti karena basah akan keringat. Cowok itu sesekali juga menyeka butiran keringat yang turun cukup deras dari dahinya.

Pikiran Jeongwoo menyelam ke saat siang tadi. Dia tanpa sadar ngernyitin dahi, kenapa Yein bisa luka separah itu sih? Apa ada sesuatu disembunyiin sama Yein dari dia?

Entah kenapa Jeongwoo merasa kecewa. Yein kan sudah dia anggap sahabat, kenapa Yein tidak jujur saja jika benaran ada sesuatu yang tidak diketahui Jeongwoo? Apa Yein masih kaku padanya? Ataukah Yein benci padanya?

Pikiran Jeongwoo menampik poin terakhir dari cabang pikirannya. Sudah jelas Yein tidak benci padanya, dia saja yang nethink dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

Haruto sudah pergi dari apartemen Jeongwoo seusai makan siang. Cowok jangkung itu terlihat tergesa - gesa karena dari raut wajahnya Jeongwoo melihat sedikit kepanikan. Kenapa sih dengan orang - orang disekitarnya? Apa cuma dia yang bodoh dan tidak tahu apa yang terjadi?

Jeongwoo bingung. Kemudian cowok manis itu memutuskan untuk bersiap - siap. Dia akan pergi ke kafe supaya tidak gabut dirumah, meskipun hari ini tidak ada shift-nya.

***

Haruto mengacak rambutnya gusar. Cowok bersurai hitam yang menutupi dahi tersebut turun dari mobilnya. Dia sedang kesal, entah karena apa. Sekarang rambutnya sudah seperti sarang burung karena sibuk dijambak - jambak oleh tangannya selama di perjalanan tadi.

"Haru, udah pulang lo?" Tanya Jihoon basa - basi, matanya tidak berpindah dari televisi tapi dia mendengar suara langkah khas Haruto. Emang cowok itu kalau jalan, pasti langkah kakinya kedengeran keras banget. Secara, Haruto ini berkaki panjang dan berstamina tinggi.

"Belom." Ujarnya jengkel lalu kembali berjalan keluar rumah dengan muka suram. Jihoon yang noleh ke arah pintu masuk sontak ketawa melihat kelakuan si maknae laknat itu. "OKE INGET BALIK YA!!" Serunya sambil sibuk ngakak.

Yedam yang lagi sibuk berkutat didapur denger interaksi dua orang itu dan ikut ketawa. Dia berjalan ke ruang tamu dengan sepiring roti dan nemuin Haruto yang lagi bermuka beringas. "Yaampun, Haru kenapa lagi?" Tanya Yedam nahan tawa. Kalau Haruto muram itu keliatan lucu aja gitu di mata mereka.

"Pacar gue jadi sasaran fans barbar gue, anying." Jawab Haruto dengan telapak tangan yang nutupin muka gantengnya. Jihoon berdecak, kirain kenapa elah. "Baru nyadar fans lo barbar, nyed? Gue aja ngeri liat fans lo, sekalinya liat lo jalan berduaan pasti besoknya jadi trending. Mending trendingin Treasure aja biar nambah banyak fansnya." Celetuk Jihoon ngasal aja. Yedam hanya geleng - geleng kepala.

"Lo kira Twitter kali, ah. Wajar lah fans Haruto begitu, namanya juga posesip sama cogan-nya." Tumben - tumbennya Yedam bela adik kelasnya itu.

"Nih odading, gue beli di depan komplek tadi terus gue angetin biar krispi. Yok dimakan." Ujar Yedam mengambil satu buah roti dari piring yang ia bawa dari dapur.

Mata Jihoon langsung berbinar dong. "ODADING MANG OLEH NIH?!" Serunya kelewat seneng dan langsung dimakan satu buah penuh. Untung masih muat di dalem mulutnya. Emang ya mulut Jihoon kayak mulut ikan paus. Eh, tapi enggak ada ikan paus bersuara merdu kek jiun sih.

Hmmm.

Haruto juga turut ngambil satu dari piring dan merhatiin bentuk roti yang menurut dia rada aneh itu. "Kalo liat yang empuk begini gue jadi inget Jeongwoo..." gumam Haruto jadi sadboy. Kalo Jeongwoo dipeluk juga empuk banget maksudnya dia.

Dia khawatir lah sama pacarnya itu, apa Haruto putusin Jeongwoo aja biar enggak dihajar sama fans barbarnya?

Enggak mungkin lah. Kalau gitu berarti dia lebih mentingin fans-nya yang gila itu dong daripada perasaannya ke Jeongwoo. Enggak deh. Ganti rencana aja. Semoga aja kali ini Daehwi bisa nyari tau siapa fans barbar Haruto yang udah bikin Yein babak belur begitu.

Jihoon tiba - tiba keinget sesuatu. "Ohya, tadi ada yang nelpon, nyariin lo katanya To." Yedam menimpali dengan anggukan. "Iya, dia nelpon ke nomornya Junkyu. Udah berkali - kali nelpon Junkyu tapi enggak diangkat - angkat sama ntu bocah." Lanjut Yedam dengan tangan yang nunjuk ke atas, tempat kamar Junkyu.

Haruto mengerutkan dahi, "Lah terus begimana? Udah diangkat sama Junkyu akhirnya? Dia sekarang dimana?" Tanya Haruto rada penasaran. Jihoon yang ngangguk, "Udah. Katanya itu dari sahabat kecil lo yang di Jepang, Nao. Dia bilang biar disampaiin ke lo katanya dia mau liburan ke Indonesia selama beberapa hari. Kalo Junkyu sih, dia ada kelas siang hari ini."

Badan Haruto menegang. Cowok itu lalu kembali menunduk dan mengusap wajahnya kasar. Makin banyak aja masalah yang dateng ke kehidupan Haruto. Bisa enggak sih, dia ngejar kebahagiannya, Jeongwoo tanpa gangguan dari orang - orang nyebelin ini?

***

Suara bel di atas pintu terdengar menandakan ada orang yang baru saja masuk ke dalam kafe. Adalah Jeongwoo, yang mengenakan kemeja polos putih dibalut dengan sweater rajut berwarna hitam dengan dua garis horizontal putih di bagian tengah lengannya, sedangkan kakinya ditutup dengan jeans longgar hitam dan sepatu putih bersih yang baru ia cuci kemarin pagi.

Hyunsuk yang pertamakali melihat keberadaan cowok mungil itu langsung lambaiin tangan. Jeongwoo masang senyum tipis dan duduk di kursi tinggi samping kasir. "Tumben kesini, Woo. Enggak ngedate lagi nih? Hari libur loh." Goda Hyunsuk dengan senyum pepsodent-nya. Enggak kalah manis woy dari Jeongwoo!!!

Jeongwoo gelengin kepalanya imut, "Enggak, kak. Haruto lagi sibuk. Aku enggak ada kerjaan di rumah jadinya aku kesini aja hehe." Jeongwoo lalu senyum unjuk gigi yang bikin dia imut berkali - kali lipat. Kalau Haruto liat, mungkin rela pergi ke neraka, tapi terus balik lagi karna enggak punya kartu undangan. Ya enggak bucin namanya itu mah.

Biarin aja lah, terserah Haruto.

"Kak, aku ikut bantu deh ya. Aku males diem - dieman gini doang. Agak rame juga nih, gapapa kan aku ikutan?" Jeongwoo mengajukan diri sambil berniat untuk ke ruang belakang buat naruh tas di loker dan ngambil nametag serta nampan.

Hyunsuk cuma ngangguk sekilas aja. "Yaudah kalau kamu mau, Woo. Mestinya kakak yang tanya, gapapa Uwoo kerja di hari libur?" Jeongwoo kembali gelengin kepala dan langsung gercep ambil peralatan tempur. Pulpen, nampan, nametag.

"Nanti kakak bilangin sama Kak Minhyun. Kebetulan doi lagi diluar, biar ditambah gaji harianmu sama dia. Nih, Woo kamu ambil posisi di kasir ya." Ujar Hyunsuk mempersilakan Jeongwoo jaga kasir.

Enggak lama, ada tiga orang cewek yang deketin meja kasir dengan dompet di tangannya. Jeongwoo langsung negakin badan dan nyunggingin senyum sopan. "Bayar untuk meja berapa, kak?"

"Meja 8. Yang disana tuh. Cepetan!" Seru salah satu dari mereka, yang berambut merah dengan nada ngegas. Pas Jeongwoo lagi sibuk ngutak - atik kasirnya, ketiga cewek itu kompak merhatiin mukanya. Mereka mikirnya si mas kasir ini familiar soalnya.

"Meja 8, atas nama Yoon Bokhee ya, kak? Totalnya 79.000 won." Ujar Jeongwoo sambil sesekali melirik monitor untuk mastiin nominal yang dia sebutin bener.

"Salah tuh nominalnya! Kenapa mahal banget?! Mau nipu gue lo, hah?!"



A/N:
Iniii part selanjutnya, hehe. Udah hari jumat aja euy, mingdep sekolah lagi. Makanya rada ngebut ngetik ini.

Stream Treasure - I Love You di Youtube yuk bagi yang ada waktu senggang :D

See you in the next part ^_^

Xihua Cafe; HajeongwooWhere stories live. Discover now