1.3

1.2K 185 9
                                    

Yein sekarang lagi duduk di sofa apartemennya Jeongwoo. Cewek itu sibuk meringis karena tangan Jeongwoo yang terkadang terlalu keras memencet luka di wajahnya. Haruto hanya duduk di sofa sambil nonton tv tanpa mempedulikan dua makhluk yang duduk diseberangnya itu.

"Yaampun, Yein. Kamu kenapa sih, kok bisa banyak luka gini, abis ikut tawuran ya?!" Tanya Jeongwoo dengan nada cemas sekaligus memarahi layaknya ibu - ibu. Yein ketawa denger ujaran sahabatnya itu, mana mungkin Yein ikut tawuran!

"Udah deh, Woo. Obatin aja nih, sakit banget soalnya. Ga berenti - berenti perihnya daritadi." Suruh Yein sambil meringis menahan perih di ujung matanya. Jeongwoo berdecak enggan tapi tetap saja tangannya sibuk mengolesi luka di wajah temannya tersebut.

Gimanapun juga, Yein adalah sahabat cewek pertama yang dimiliki Jeongwoo. Enggak mungkin banget Jeongwoo tidak peduli dan sibuk bermanja ria dengan pacarnya.

"Lo kenapa kok bisa babak belur kayak kaleng tuna penyok begitu?" Tanya Haruto dengan tangan yang menopang dagunya. Haruto kelihatan tampan, namun sayangnya Jeongwoo tidak sempat lihat.

Yein menjawab dengan gerakan bibir yang sedikit aneh karena luka di ujung bibirnya, "Aku dianiaya sama anak - anak cewek yang pake baju ketat, mereka kayaknya kemana - mana bertiga dan fans beratnya Haruto banget." Jawabnya, kurang lebih terjemahannya begitu.

"Hah? Fans berat gue? Fans gue barbar begitu?" Tanya Haruto lagi, kali ini dengan nada penasaran sekaligus kesal yang terselip. Yein hanya mengangguk sebagai jawaban.

Haruto kemudian terdiam. Dia kelihatan sedang memikirkan suatu hal. Jeongwoo yang sudah selesai mengobati luka di wajah Yein hanya mencuri pandang ke arah Haruto sekilas namun dia bisa tahu kalau pacarnya itu sedang serius dengan pikirannya.

"Dia ada ancem kamu, Yein? Kalau ada, ceritain ke kita." Saran Jeongwoo dengan menunjuk dirinya dan Haruto secara bergantian. "Kita akan bantu sebisa mungkin, karena ini buat kamu luka sampai segininya dan juga menyangkut nama Haruto." Lanjut cowok mungil tersebut.

Yein berpikir sebentar. Apa tidak akan apa - apa jika dibilang ke mereka? Sudah syukur Yein saja yang diserang oleh mereka tadi. Bagaimana kalau nanti Jeongwoo dan Haruto tahu lalu Jeongwoo mengoreksi ke mereka kalau dialah pacarnya Haruto? Makin berabe nanti masalahnya. Jeongwoo akan terluka juga, mungkin lebih parah dari apa yang didapetin Yein sekarang.

Yein menatap Jeongwoo. Sirat mata Jeongwoo menyinarkan kekhawatiran, Yein enggak tega untuk membebani pikiran sahabat baiknya ini. Lebih baik dia diam saja, tidak apa dia terluka. Yang terpenting Jeongwoo baik - baik saja dan identitasnya sebagai pacar Haruto tidak sampai ke telinga tiga cewek barbar tersebut.

"Pokoknya gitu deh! Aku males ingetnya, Woo. Ayo kita masak buat makan siang aja, aku laper loh." Ajak Yein sambil menarik tangan Jeongwoo ke dapur untuk memasak bersama. Haruto menatap keduanya dengan pandangan yang sulit diartikan, mata tajamnya bertemu dengan pandangan Yein yang kemudian menganggukkan kepala kepadanya.

Haruto langsung bergegas ke balkon dengan ponsel miliknya di genggaman tangannya.

***

"Siapa yang ngelabrak Yein? Tiga cewek, fans nya Haruto?" Tanya Daehwi dengan nada tidak percaya. Orang diseberang telepon mengatakan sesuatu dan dijawab dengan Daehwi, "Oke, gue cari identitas mereka dulu. Nanti gue lapor ke elo buat diberesin." Kemudian cowok berambut coklat menutup sambungan teleponnya.

Daehwi segera menuju ke Gedung B. Berhubung katanya Yein di sms nya juga kalau dia ada kelas tambahan di sana karena gedung fakultasnya lagi penuh tadi. Tebakannya sih geng cewek nyentrik itu yang ngelabrak Yein itu.

"Heh, ada yang liat orang berantem enggak tadi? Beberapa cewek yang labrak satu cewek di depan kelas di gedung ini?" Tanya Daehwi ke salah satu cewek yang sedang berdiri di koridor dengan buku catatan di tangannya.

Cewek itu terdiam, kayaknya lagi memutar otak. Setelah itu dia menjawab, "Oh, kayaknya ada deh jam 11 tadi. Di depan kelas yang ada di sebelah barat itu," tunjuk si cewek dengan telunjuknya yang memegang bolpoin. "kata temenku yang jadi lambe turah di gedung ini, geng-nya Bokhee buli pacarnya Haruto disana waktu itu." Lanjutnya dengan nada sedikit ragu.

"Oh, si Bokhee ternyata. Oke, makasih yaa informasinya. Kenalin gue Lee Daehwi. Nih nomor gue. Kapan - kapan gue hubungin buat traktir yaa." Daehwi nyerahin secarik kertas berisi deretan angka ke cewek berkacamata itu. Cewek itu mengangguk dan ngenalin namanya juga.

"Gue Kim Inah. Salam kenal, ya. Sama - sama." Jawab cewek bernama Inah itu.

Daehwi lalu berjalan menuju TKP tadi tidak sebelum dia menoleh lagi ke belakang. Matanya bertemu dengan Inah yang juga sedang memerhatikannya.

"Cewek itu keliatan aneh. Firasat gue dia bakal berurusan sama kita. Ah, enggak. Mungkin firasat gue aja."

***


Jihoon dan Yedam sekarang lagi duduk di ruang tamu dengan kaki terlipat di atas sofa. Masing - masing tangan kanan mereka mencomot isi toples yang ada di atas meja. Tidak ada percakapan di antara mereka, hanya keheningan yang melingkupi namun tidak menyesakkan dan nyaman.

Jihoon yang terlebih dahulu membuka percakapan dengan protesnya kepada Yedam yang ia lihat mengambil satu toples dari atas meja dan diletakkan di pangkuannya. "Anjir, Dam. Lu pelit amat, gue juga mau granola-nya!" Jihoon beringsut ke dekat Yedam untuk merebut toples yang dipegang Yedam, namun Yedam yang juga sangat menyukai makanan ringan tidak mau memberikannya pada hyung-nya. Jadilah akhirnya kedua remaja itu tarik - menarik toples makanan ringan seperti anak kecil berebut mainan mobil - mobilan.

Junkyu yang baru bangun dari hibernasi sedang menuruni tangga dengan muka bantal saat mendengar pertengkaran antara Jihoon dan Yedam. Begitu cowok itu sampai di ujung tangga dan menyaksikan pertandingan sengit itu, wajahnya menjadi tambah kusut. Memang ya kalau Jihoon dan Yedam dibiarkan berdua maka ending-nya tidak akan pernah happy.

"Woi, berisik lu berdua!" seru Junkyu dengan kesal. Jihoon dan Yedam langsung berhenti dan menoleh ke arah Junkyu yang rambutnya sudah seperti sarang burung. "Kepala lo kek sarang burung gitu, berapa butir itu anak burung di kepala lo?" cerocos Jihoon dengan kecepatan 1000 cc.

Yedam hanya tertawa melihatnya dan akhirnya bersedia juga meletakkan toples granola di atas meja. Dia lalu bangun dan melangkah ke dapur untuk mengeluarkan susu vanila yang biasa diminum Junkyu sebagai sarapan. "Tumben lo kebo banget, Kyu. Kemarin abis dari kampus jam 2 siang lo langsung ngesot kan ke kamar terus ga keluar - keluar anjir. Gue kira lu beranak didalem sana." ujar Jihoon heran dengan kebiasaan Junkyu yang sekalinya tidur bisa enggak bangun - bangun. Mungkin jika ada kebakaran cowok berkaki panjang itu tidak akan panik karena tertidur pulas.

"Nih minum dulu, Kyu. Kasian lo pasti dehidrasi." saran Yedam dengan menyuguhkan gelas yang sebelumnya sudah dituangi susu vanila dari dalam kulkas. Junkyu ngucapin makasih pada sahabatnya itu lalu meneguknya dalam satu tarikan nafas. "Lo abis marathon atau tidur sih?!" teriak Jihoon ngeri melihat Junkyu. Cowok tersebut hanya tertawa setelah meletakkan gelas di tempat cuci piring.

"Guys, tadi gue dapet telepon penting, makanya gue kebangun dan karena itu, gue enggak bisa tidur lagi."





A/N:

Hai guys, ini dia part selanjutnya. Aku lagi seneng lanjut karena imajinasiku mengalir di minggu libur ini, haha. Terimakasih buat semua komen dan vote yang kalian berikan, terutama komen kalian di cerita ini bikin aku makin semangat aja. Aku ngetik cerita ini sambil dengerin BLT loh, karena feelnya lebih dapet kalo dengerin lagu itu. Impact Treasure buat hidupku itu besar banget, i wanna say so much thanks and give them the love they deserve.

Part ini agak panjang karena aku sengaja aja, hihi. Semoga puas yaa dengan part ini.

See you in the next part ^_^

Xihua Cafe; HajeongwooWhere stories live. Discover now