1.1

1.4K 234 33
                                    

Hari ini Hari Selasa. Jeongwoo ngucek kedua matanya yang sudah merem selama 8 jam lamanya. Surai coklatnya diacak - acak hingga tampak seperti sarang burung.

Uh, kebiasaan Jeongwoo yang buruk memang. Tapi tetap saja dia terlihat imut.

Cowok berpinggang mungil itu melirik jam berbentuk apel di atas meja belajarnya dan baru sadar ternyata belum terlalu siang. Jeongwoo masih punya beberapa jam luang sebelum dia membersihkan rumahnya.

Huft, susahnya jadi anak rantau. Terkadang Jeongwoo ingin menyerah dan pulang ke rumah orangtuanya, namun disisi lain dia juga tidak tahan melihat ibunya sedih.

Ibunya ingin Jeongwoo menjauh dari rumah agar bisa mengejar mimpinya.

Jeongwoo tertawa renyah, dihapusnya setetes air mata yang mengalir tanpa tahu malu dari pelupuk matanya. Dia bahkan tidak sadar sudah menangis.

Tidak boleh. Jeongwoo harus kuat disini. Dia tidak boleh menyerah. Dia sudah memulainya sendiri, jadi harus diselesaikan juga sendiri.

Ah, ada Haruto juga yang pasti akan sedih jika dia mundur dari mimpinya. Laki - laki itu perlahan menyunggingkan senyumnya yang membutakan dunia, dunia yang kejam ini tidak pantas untuk Jeongwoo yang rapuh.

***

"To, lo mau ngapel ke rumah pacar lo?" Tanya Yedam yang lagi mengepel ruang tamu. Haruto hanya sempat mengangguk karena dia tergesa - gesa memakai sepatu putihnya di teras lalu berlari ke arah mobilnya seperti orang kesurupan.

"Yaampun kenapa sih anak itu bucinnya sampai segitu." Gumam Yedam sambil menggeleng - gelengkan kepalanya heran.

Jihoon yang menjadi saksi percakapan satu arah itu tertawa keras. "Udahlah, Dam. Lo kalo ngomong sama Haruto kayak ngomong sama boneka kucing. Dianggukin doang." Komentar Jihoon yang mendapat lemparan waslap dari Yedam.

"Ampun, nyai!"

"HEH JAGA YA MULUT LO ITU, GUE GORENG NANTI!"

***

Haruto sibuk melihat - lihat makanan kering yang ada di rak. "Apa sih ini, sejenis keripik atau gula - gula? Jeongwoo suka enggak, ya?" Haruto memegang dagunya dengan jari telunjuknya pertanda dia sedang berpikir. Yaampun susahnya cuma belikan jajanan buat pacar tercintanya.

Eh...? Tapi dilihat - lihat Jeongwoo itu sepertinya suka yang tidak terlalu manis - manis, sih. Buktinya dia sendiri sudah manis kok.

Batin Haruto ngebucin lagi kan, jadinya.

"Udahlah, gue beliin semua aja. Bingung gue."

Setelah dari supermarket, Haruto langsung tancap gas menuju rumah Jeongwoo. Untungnya dia sudah tahu lokasi rumah Jeongwoo, jadi usaha untuk mengejutkan pacarnya tidak akan gagal.

***

Haruto memarkirkan mobilnya dengan asal. Tadi saja selama perjalanan ke rumah Jeongwoo, dia menyetir seperti orang gila yang akan menjemput pacarnya. Memang benar sih, tapi bukan menjemput melainkan berkunjung.

Haruto lari tergopoh - gopoh dengan kantung belanja yang terisi penuh di kedua tangannya. Tidak apa dia repot sendiri, selama semua itu dilakukan untuk Jeongwoo saja. Kalau ini untuk Yedam, Doyoung atau Jihoon, dia pasti sudah melemparnya ke jendela kamar mereka dari parkiran.

Memang gila.

Haruto menaiki lift dan menekan angka yang akan dituju, 12. Jeongwoo tinggal di tipe apartemen yang minimalis dan asri, buktinya tidak ada sampah sedikitpun di koridor tempat Haruto berjalan dan disekitar apartemen ada banyak pepohonan yang rindang juga. Udaranya segar sekali disini.

Haruto sibuk menyisir satu per satu pintu apartemen untuk mencari - cari nama Jeongwoo di layar elektronik yang sengaja dipasang di pintu agar tidak salah masuk.

Mata Haruto berbinar saat melihat nomor 121 ada dua langkah didepannya. Dia mengetuk pintu namun terhenti karena mendengar suara kegaduhan dari dalam apartemen. Apa Jeongwoo terjatuh?

Haruto langsung panik. Dia segera membuka pintu dan ternyata tidak terkunci. Sepertinya Jeongwoo hanya mengganjalnya. Yaampun, pacarnya itu begitu ceroboh. Bagaimana bisa dia tidak mengunci pintu, bagaimana kalau ada pedofil yang sembarang masuk ke apartemennya dan mengapa-apakan Jeongwoo?

'Dasar bodoh.' Sempat - sempatnya Haruto mengumpat dalam hati sebelum memasuki apartemen Jeongwoo. Langkahnya terhenti saat mendengar alunan suara merdu. Suara khas milik Jeongwoo.

Jeongwoo bisa menyanyi?

"You look like a movie,
You sound like a song,
My God, that reminds me,
Of when we were young~"

Yaampun, apa Haruto baru saja meninggal? Apa seperti ini rasanya surga?

Kaki Haruto melangkah dengan sendirinya ke arah sumber suara. Tempat itu di dapur, ada Jeongwoo yang sedang mengelap meja sambil mengalunkan suara merdunya yang memasuki indra pendengaran Haruto dengan sangat sopan dan lembut.

"Woo..." panggil Haruto dengan suara serak. Matanya menatap lurus ke arah Jeongwoo yang terkaget dan terdiam di tempatnya karena melihat sosok Haruto didalam rumahnya.

"Kak Haru... Kakak denger aku nyanyi...? Sejak kapan?" Tanya Jeongwoo dengan wajah cemas. Dia menggigit bibirnya, kebiasaannya setiap kali merasa gugup. Jeongwoo merasa ditangkap basah, pasti Haruto bengong mendengar suaranya karena suara Jeongwoo jelek dan fals.

'Yaampun, Park Jeongwoo! Apa sih yang kamu lakukan!' Batin Jeongwoo memaki - maki dirinya.

Haruto berjalan mendekati Jeongwoo dan menangkup kedua pipi Jeongwoo yang cerah dan bersinar. Cowok itu kemudian merengkuh tubuh mungil Jeongwoo ke dalam pelukannya.

Jeongwoo terdiam. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Apa dia harus membalasnya? Atau membiarkan Haruto sampai dilepas? Tapi, apakah nanti Haruto akan marah kalau dia tidak membalas pelukannya?

Jeongwoo merasa tergelitik dengan nafas Haruto yang berhembus di lehernya. Pacarnya itu sedang menyembunyikan wajah di lehernya ternyata. Jeongwoo pun jadinya mencium aroma alami tubuh Haruto karena dipeluk sangat erat.

Haruto wangi sekali. Tinggi. Badannya besar. Detak jantungnya membuat Jeongwoo nyaman. Tanpa sadar Jeongwoo juga memeluk Haruto tidak kalah erat. Ternyata begini rasanya memeluk dan dipeluk.

'Nyaman banget.'

A/N:
Hai, guys. I'm back again, haha. Maaf lama hiatus karena sibuk sekolah. Anak SMA kenapa tugasnya banyak sekali sih. Huft.
Tapi itulah kehidupan, ya.

Hari ini Album Chapter 2 : I Love You sudah rilis! Ayo streaming dan berikan Treasure first win yang seharusnya sudah pantas buat mereka! :)

Fighting, Treasure Maker

See you in the next part ^^

Xihua Cafe; HajeongwooWhere stories live. Discover now