1.8

978 155 31
                                    

Ps: 16+


**









Jeongwoo sekarang lagi siap - siap buat tidur. Senyum di wajahnya ga memudar sedikitpun sepulang dari kafe sama Haruto. Sekarang cowok itu mau nongkrong di rumah pacarnya, katanya biar aman.

Lah emangnya Jeongwoo barang gitu harus diamanin?!

Tapi dia seneng sih dikasih perhatian lebih sama pacarnya. Ga tau kenapa gitu, seneng aja. Belum lagi Haruto hari ini demen banget ke rumahnya, kayak excited begitu tingkahnya.

Cowok manis itu keluar kamar dan mendapati Haruto lagi duduk anteng di sofa dengan mata yang terarah ke layar televisi di ruang tamu. Di tangannya udah ada handuk putih baru yang Jeongwoo ambil dari lemari. Kemudian cowok yang memakai celana pendek putih itu dudukin diri di samping Haruto.

Haruto yang ngeh karena sofa yang didudukin bergetar dikit langsung noleh ke oknum Jeongwoo yang bikin dia spontan engap.

Jeongwoo habis mandi, pake kaos biru muda dan celana pendek rumahan warna putih yang bikin Haruto makin jatuh cinta. Manis banget, pacarnya.

"J-Jeongwoo..." Haruto bergumam dengan mata yang masih menyusuri wajah hingga leher putih Jeongwoo. Tulang belikatnya juga agak kelihatan karena baju Jeongwoo berkerah V-Neck.

Jeongwoo miringin kepala, bingung sama kelakuan sang pacar yang malah sibuk ngecek keadaannya. "Kenapa, kak? Aku... jelek ya pake ginian? Maaf ya, kak. Hehehe, aku ganti bentar ya pake sweater." Jeongwoo berujar dengan malu dan niatnya mau bangun untuk balik ke kamar namun ditahan sama tangan kekar Haruto.

"Woo... Lo manis." Puji Haruto singkat dan narik Jeongwoo pelan hingga duduk lagi. Jeongwoo bersemu, ga nyangka bakalan dipuji sama pacar gantengnya.

Haruto perlahan mepetin diri dengan Jeongwoo yang sekarang asik nontonin acara di televisi. Hari ini tuh ada acara Talkshow, kesukaan Jeongwoo karena bikin dia ketawa terus selama nonton.

Tangan Haruto ditumpuin ke punggung sofa untuk nyangga kepalanya. Cowok itu terpesona dengan Jeongwoo yang entah kenapa manis walaupun cuma pake baju rumahan. Walaupun udah beberapa kali sih dia liatnya, tapi kali ini ada getaran yang berbeda aja.

"Woo, kalau kita tinggal serumah berdua, lo mau?" Tanya Haruto tiba - tiba yang bikin Jeongwoo kaget bukan main.

Jeongwoo natap Haruto dengan mata yang dibuletin lucu. "Kak aku belum siap nikah!" Jeongwoo berseru dengan nada panik dan bersiap jauhin diri dari Haruto tapi lagi - lagi tangannya ditahan sama yang lebih tua.

Haruto ketawa dan mepetin badan mereka, narik Jeongwoo ke belakang hingga punggung pacarnya ngebentur dada Haruto. "Engga sayang, tinggal berdua ga harus nikah kok." Haruto bilang dengan nada lembut.

Gemes dia soalnya sama Jeongwoo.

Jeongwoo mutar kepala dan ketemu dengan manik hitam indahnya Haruto, yang baginya mengagumkan. "T-tapi kan... tetep aja..."

Haruto lalu ngasak rambut Jeongwoo yang halus banget. "Gue tunggu ya di hari saat lo bilang iya kepada tawaran gue buat tinggal serumah." Jeongwoo senyum dengernya, artinya Haruto bakalan sabar nungguin dia untuk siapin diri dulu.

"Ohya, kapan - kapan gue anterin lo kalo pulang ke rumah orangtua lo ya, Woo." Tawar Haruto yang kali ini bikin Jeongwoo keselek ludahnya sendiri. Dia yang maunya nafas malah jadi batuk - batuk. Haruto cuma senyum tipis dan tepukin punggungnya biar batuknya reda.

Haruto artiin respon Jeongwoo sebagai persetujuan, makanya dia lagi berusaha ga keliatan seneng banget.

"Kak Haruto, ngagetin aja!" Jeongwoo marahin cowok jangkung itu yang cuma ngeliatin mukanya dari belakang. Haruto lingkarin tangan di pinggang kecilnya Jeongwoo, sesuai dengan permintaan pacarnya di kafe tadi.

"Biar gak batuk aku peluk aja." 'Tumben pake aku-kamu...' Batin Jeongwoo yang peka pake banget.

Jeongwoo mau jawab cuman nafas Haruto yang gelitkin kulit lehernya bikin dia merinding. Tanpa sadar Jeongwoo miringin kepalanya hingga Haruto lebih leluasa endusin leher putih pacarnya. "Jeongwoo jangan ngadain ulangan malem - malem kenapa sih." Haruto berdecak namun ga nyia - nyiain kesempatan dalam kesempitan.

Jeongwoo berusaha lepasin diri dari kungkungan Haruto tapi hasilnya nihil. "Ulangan apasih, ngaco aja ngomongnya." Jeongwoo berujar gitu karena dia ga ngerti sama perkataan si Ruto.

"Ini, ulangan untuk menghalalkan dirimu, Park Jeongwoo." Jeongwoo nutupin mukanya yang mulai memerah karena perkataan frontal dari Haruto. Yaampun, Haruto emang dasarnya ga tau malu.

Haruto yang nyadar sama hal itu terkekeh pelan dan ga sengaja gesekin permukaan bibirnya dengan kulit Jeongwoo yang lembut kek pantat bayi baru lahir.

'LEMBUT BANGET ANJIR!' Teriak Haruto dalem hati, perlahan semakin berani dan gencar mulai ngasih kiss ke leher Jeongwoo. Sementara pemiliknya kegelian, Haruto nyamanin posisi duduknya di sofa sama Jeongwoo, mereka sekarang nempel dengan benar, bukan nempel asal kek tadi yang bikin badan pegel kalo lama - lama.

"Park Jeongwoo, why am I so addicted to you...?" Gumam Haruto di sela kegiatannya yang ga didenger sama Jeongwoo karena cowok itu sibuk nahan geli karena bibir merah Haruto.

Haruto ngulas seringai ketika bibirnya menyusuri telinga Jeongwoo. "Jangan coba - coba kabur dari aku ya, Woo."





***


"Mama, kenapa nelpon Yuriko jam segini?" Seorang cewek berpakaian piyama beruang dengerin perkataan orang di seberang telepon sambil ngucek matanya yang berembun karena habis bangun dari tidur nyenyaknya.

Beberapa saat kemudian, tiba - tiba cewek tersebut bulatin matanya dengan sempurna. Diraihnya kenop pintu kamar tidurnya dan kakinya melangkah turun menuju ruang tamu.

Yuriko ambil kunci pintu utama rumah yang disewakan orangtuanya buat dia tinggali selama berada di Indonesia. Enggak pake lama, muncullah sosok mama nya yang ngulas senyum pada anak perempuan kesayangannya itu.

Keduanya masuk dan duduk di sofa. Yuriko langsung nyenderin badan ke bahu mamanya. Enak rasanya, ada teman di rumah sewaan yang cukup besar ini.

"Ma, kenapa tiba - tiba dateng ke Indonesia? Kan Yuriko bakalan balik beberapa hari lagi." Tanya Yuriko, memotong pembicaraan mamanya mengenai seputaran dirinya udah makan dan mandi dsb.

Mama Yuriko, Hana ngelus kepala putrinya dengan sayang. "Mama ditelpon sama Keluarga Watanabe beberapa jam lalu."

Yuriko spontan tegakin duduknya ketika denger nama keluarga Haruto. Dia natap sang mama untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Kali ini Yuriko beneran kepo.

"Mama mau ngajuin perjodohan antar keluarga dengan Keluarga Watanabe. Besok malam kita ketemu sama mereka untuk diskusiin masalah ini. Kamu juga bakalan ketemu lagi sama Haruto, seneng kan?" Hana berujar dengan nada mengejek kepada anaknya yang diketahui emang suka sama Haruto, anak sulung Keluarga Watanabe sejak dulu.

Yuriko cuma nunduk dan gigit bibir, berusaha keras nahan senyum yang hendak terpatri di wajah imutnya. Pikirannya seketika melayang ke saat siang itu, Haruto berlaku kasar ke dia.

Ekspresi Yuriko langsung berubah muram. Dia ga mungkin dapet kesempatan kedua dari Haruto lagi. Haruto-nya... udah gatau dimana lagi sekarang.

"Tapi ma, kita lagi enggak dalam hubungan yang baik..." ujar Yuriko dengan suara kecil. Hana ngernyitin dahi, "Kenapa bisa? Kan kalian deket banget dulu,"

Yuriko ngendikkin bahu dan malingin muka, tanda dia males ngomongin hal itu lebih jauh lagi. "Oke, aku siap ketemu sama Kak Haru lagi buat perbaikin hubungan kita." Dengan senyum manis putrinya, Hana akhirnya bisa tersenyum simpul.





***





A/N:
Hai, extapelline back. Yuk lanjut ke konfliknya, hehe.

Xihua Cafe; HajeongwooWhere stories live. Discover now