0.4

2.7K 408 55
                                    

Jeongwoo balik tiga hari kemudian.

Bayangkan betapa merana hati dan jiwa Haruto engga liat beb *eh maksudnya calon bebebnya selama tiga hari penuh. Haruto ngeliatin sosok Jeongwoo yang lagi bicara serius sama manajer kafe, Minhyun di belakang konter kasir. Kebetulan hari ini Haruto agak badmood karena tidurnya yang kepotong sama papanya yang nelpon dia agar pulang ke rumah utama jam satu dini hari.




Gila lah ayahnya, engga khawatir samsek anaknya diculik keluar jam segitu.




Emang anak TK apa diculik malem - malem.




Doyoung masuk ke kafe setelah kelar beresin barang - barangnya di dalem mobil. Hari ini Haruto sama Doyoung berangkat pake mobilnya Doyoung karena punyanya Haruto capek katanya.

"Alesan doang lo anjir bilang aja biar bensin kaga abis. Ah elah." omel Doyoung yang duduk di samping Haruto dengan tas selempang hitam tersampir di bahunya. Haruto cuman berdecak dan ngendikkin bahu, mengindikasikan dia bodo amat.

Bodo amat sama semuanya selain Park Jeongwoo seorang.

"Hai, ini pesanannya, kakak." ujar sebuah suara merdu yang spontan bikin Haruto terpaku. Cowok jangkung itu langsung noleh dan bertatapan dengan mata hazel Jeongwoo yang terlihat makin indah karena sinar matahari pagi yang kebetulan nyorot dia.

"Wih, dedek gemes dateng. Taruh aja di sana, makasih ya." yang jawab Doyoung karena Haruto lagi sibuk mengagumi titisan malaikat yang berdiri di hadapan mereka.

Jeongwoo ngangguk dan ngeletakkin pesanan mereka di atas meja. "Ada perlu apa lagi, kak?" tanya Jeongwoo siap denger keluh kesah dan yang mereka butuhkan.

"Gue butuh lo. Gue kangen lo. Lama banget lo izinnya! Jamuran gue nunggu lo, Park Jeongwoo!" sahut Haruto ngegas parah. Dia natap tepat ke manik mata Jeongwoo yang nyiratin keterkejutan.

"A-apa?" Jeongwoo bilang dengan tergagap. Haruto berdiri lalu ngedeketin sosok Jeongwoo yang masih membeku di tempat karena kaget banget.

"Entah lo mau nolak gue atau pura - pura engga peka kayak gini, gue engga akan mundur. Gue bakal dapetin lo, Woo." ucap Haruto penuh keyakinan. Jeongwoo buka mulut tapi kemudian ditutup kembali, dia engga tau harus ngomong apa di situasi yang kayak gini.

Jeongwoo buang muka ketika ngerasain kedua sisi pipinya menghangat. Cowok itu meluk nampan kayu di tangannya dengan erat dan mundur perlahan lalu lari ke belakang kafe tanpa noleh sekalipun.

Haruto nyunggingin senyum tipis. Ternyata semudah itu bikin seorang Park Jeongwoo baper dan peka.


***


"Parah sih lo. Kasian tuh anak orang dikasi shock therapy. Mentang - mentang lo ganteng, engga boleh ngegas gitu juga dong." celoteh Jihoon yang dengerin kejadian di kafe tadi pagi dari mulut Doyoung.

Haruto yang lagi sibuk ngayal langsung balik dari dunia lain. "Ya suka - suka gue. Dia baliknya lama amat, kan gue engga sabar anjir. Lo tau kan gue anaknya engga sabaran dan blak - blakan." Haruto bela diri.

Jihoon muter bola mata denger alasan murahan Haruto. "Alah terserah lo. Kalau dia lari dari lo engga nanggung ya gue." jawab Jihoon pasrah. Dia udah beberapa hari ini sejak tahu Haruto ngebet pelayan di Kafe Xihua ngasi tau biar engga ngegas amat.

"Sebaiknya lo pikirin tuh kata - katanya Jihoon. Dia emang gesrek tapi kalau udah kayak gini ya bener. Demi kebaikan lo juga, masa engga mau dengerin nasehat sobat lo." timpal Doyoung dengan nada serius.

Haruto hembusin nafas pelan dan ngangguk pelan. Engga bisa dipungkiri sih kata - kata Jihoon pantes buat dipikirkan dua kali. Dia tiba - tiba panik.

Apa bener Haruto terlalu ngegas? Apa itu sebabnya Jeongwoo lari tadi pagi? Dan karena itu juga, dia engga mau ngomong apa pun?

Ah, Haruto pusing.

"Kak Haru!" panggil cewek berambut pirang dari arah bangunan barat. Ketiga sobatan yang lagi nongkrong ganteng di taman kampus itu spontan noleh.

Haruto merotasi bola matanya yang nyaris keluar setelah lihat sosok cewek semampai itu. Tangannya perlahan mengepal. "Ini aku bawain buku kakak, tadi aku liat jatoh hehe. Beruntung aku liat, kak!" cerocos cewek itu tanpa sadar eskpresi Haruto yang makin asem setiap detiknya.

Haruto yang disodorin bukunya cuma diem aja, engga menganggap cewek itu ada sama sekali. Akhirnya Doyoung yang turun tangan ngambil buku warna biru itu lalu dikasi Haruto.

"Makasih ya, dek. Sekarang kamu bisa balik." ujar Doyoung ngewakilin Haruto yang tiba - tiba jadi pendiem. Cowok itu lalu beranjak dan berjalan pergi menjauhi ketiga orang di belakangnya.

Langkah Haruto terhenti. "Lain kali mau pedekate jangan nyolong buku orang, gue udah bilang kan, engga tertarik sama cewek?"




***




"Woo, ayo makan." ajak Minhyun yang nyamperin Jeongwoo di belakang dapur. Angin malam yang sepoi - sepoi nerbangin helai rambut Jeongwoo yang berantakan, menambah kesan indah dari penampilam Jeongwoo.

Jeongwoo noleh dan ngangguk samar. "Nantian aja, kak. Kakak makan duluan aja." jawabnya seadanya. Minhyun ngehela nafas dan ngambil posisi duduk di sisi Jeongwoo.

"Kamu masih mikirin perkataan si cowok Haruto itu, ya?" tanya Minhyun yang tepat sasaran. Jeongwoo natap Minhyun dengan tatapan super kaget karena bisa tahu isi pikirannya.

"Udahlah, engga usah heran. Semua orang yang kenal kamu pasti bisa nebak isi pikiran kamu lewat wajah kamu." lanjut Minhyun sambil terkekeh pelan.

Jeongwoo nunduk karena malu. Apa sejelas itu? "Kak Haruto itu ganteng banget... dan keren juga... Aku ngerasa engga pantes buat dia, kak."







A/N: double up hehe

Xihua Cafe; HajeongwooWhere stories live. Discover now