1.5

1K 172 19
                                    

Haruto keluar rumah dengan langkah enggan. Baru aja tadi dia pamit sama Jihoon dan Yedam karena dia harus selesaiin urusannya. Cowok itu mengesampingkan Jeongwoo yang mungkin sedang bosen, mungkin aja dia lagi kerja sukarela di kafe sih sekarang.

Enggak taunya, ya emang bener Jeongwoo lagi di Xihua. Kenapa sih, Haruto tuh bener terus? Heran.

Cowok bersurai hitam itu lalu masuk ke dalem mobil punyanya. Dihidupin dulu pake kunci yang dia bawa di tangannya daritadi kemudian dijalanin dengan kecepatan sedang. Haruto enggak mau cepat - cepat, sebenernya hati kecilnya belum siap hadepin orang itu.

Btw nih, tadi Haruto juga udah kontak Junkyu buat minta nomor telepon Yuriko, yang sebelumnya udah nelpon sahabatnya itu sebagai penyampai berita kedatangannya ke Haruto. Hah, semoga Yuriko enggak kayak dulu lagi.

Pikiran Haruto kemudian merambat ke Jeongwoo. Gatau aja setiap mikirin tentang Jeongwoo pasti cowok itu langsung senyum - senyum gajelas. Haruto itu kayaknya udah kelepasan bucin sama pacarnya, buktinya sekarang Jeongwoo adalah moodbooster terbarunya di setiap suasana.

"Jeongwoo, gue beneran sayang sama elo. Jangan coba - coba lepas dari gue, ya. Ada badai yang akan hantam kita setelah ini." Gumam Haruto dengan senyum yang bikin kadar gantengnya meroket maksimal.

Dilain tempat, ada seorang cewek berambut coklat yang sedang berdiri di depan pintu masuk bandara, tepat di depan tempat drop off dan penjemputan. Senyum di wajahnya enggak beranjak sedari beberapa jam lalu.

"Haruto..."

***

"Jeongwoo, kenapa sih ribut - ribut?" Tanya Yoonbin yang dari tadi berada di belakang. Suara kesal dan nyaring cewek yang berada di depan kasir bersama dengan Jeongwoo sedikit mengusik telinganya, makanya dia berinisiatif membantu.

Yoonbin tahu Jeongwoo itu tipe yang gampang nervous dan bingung. Apalagi dihadapan cewek - cewek barbar kek tiga orang itu. Yoonbin kemudian menatap tiga orang cewek yang keliatan lagi bayar makanan mereka dengan tatapan meneliti.

"Hai cewek - cewek berambut pelangi. Kenapa naikin suara gitu sama karyawan kafe? Sopan santunnya lagi mudik ke angkasa?" Sarkas Yoonbin tapi dengan nada halus. Dia itu enggak suka kalau Jeongwoo ataupun karyawan lainnya kena semprot. Belum lagi, selama kerja disini Jeongwoo emang selalu teliti dan berhati - hati dengan yang dia lakuin. Jeongwoo itu tipe yang genius dan perfeksionis dengan pekerjaannya.

Cewek - cewek itu langsung kicep. Suaranya yang rada berat ditambah dengan wajah ganteng Yoonbin bikin mereka speechless. Emang sih, Yoonbin ganteng pake banget tapi mukanya yang dingin itu mengintimidasi banget bagi orang yang belum kenal deket sama dia.

Itulah kenapa juga, Yoonbin jadi pawang bagi Jeongwoo di kafe karena cowok itu keseringan kena perlakuan yang gak sedep dari pelanggan kafe. Ada yang godain, ngomelin tapi sebenernya bukan salahnya dia melainkan salah yang lain, cuman ya gilirannya Jeongwoo aja yang kena apes sih kalau momen itu terjadi.

"Ini Kak Ben, aku ngitung nominalnya salah," ujar Jeongwoo menggantung karena dia ragu, dimananya yang salah ya? Jeongwoo niatnya mau membela diri tapi diurungin, bagaimanapun enggak boleh salahin pelanggan sih.

Ben adalah panggilan gaulnya Yoonbin. Cowok tersebut segera sinyalin Jeongwoo buat mundur dan dia sendiri yang turun tangan ngecek monitor. Alisnya terangkat sebelah, "Engga ada yang salah, mba. Kalian pesan menu eksklusif, jadi wajar totalnya segitu." lalu dia balikin layar monitornya untuk ngebiarin cewek - cewek itu ngeliat sendiri.

"Hah? Kak, aku kira diskon loh, 30%. Di menu ada kok tandanya." Sanggah cewek yang disebelah kanan dengan nada yang diimut - imutin. Yoonbin ngehela nafas dan jawab lagi dengan berat hati. "Diskonnya untuk weekend dan hari libur nasional aja, mbak. Makanya punya mata dipake, biar enggak bego." Cerca Yoonbin dengan nada tajam. Dasar cewek - cewek goblog. Gitu Yoonbin dalem hati.

Akhirnya masalah terselesaikan. Cewek - cewek itu pergi dengan muka memerah karena malu, apalagi diciduknya enggak main - main, langsung sama karyawan cogan. Aduh, malu hidup ini.

Yoonbin menatap ketiga cewek curut itu sampai mereka keluar dari kafe. Kemudian dia balikin badan dan sekarang berhadapan sama Jeongwoo yang lagi sedikit salah tingkah. Aduh polosnya. "Udah, Woo. Kalau ada yang aneh begitu lagi, jangan sungkan manggil gue, oke? Gue tau kok, lo enggak mungkin salah."

Jeongwoo ngangguk pelan. Dia ngedongak dan natap Yoonbin yang sudah natap matanya terlebih dahulu. "Iya, kak. Makasih banyak..." ujarnya dengan seulas senyum manis terpatri di wajahnya. Yaampun, Ben bisa mati karena diabetes dadakan.

Ben bales dengan kekehan dan enggak sengaja rapetin jarak badan mereka untuk ngasak rambut Jeongwoo. Jantungnya yang tadi normal langsung berdetak kencang ketika sadar mereka deketan.

"Lo manis banget, Woo. Gue akan ada disamping lo, kok." Kemudian Yoonbin berjalan kembali ke belakang ninggalin Jeongwoo yang mematung.

Jeongwoo? Manis? Kata Yoonbin?

***

Haruto markirin mobilnya di pinggir jalur drop off di depan pintu masuk bandara. Manik hitamnya nyisir lingkungan sekitar untuk mencari sosok yang dia jemput hari ini. Haruto berdecak, padahal tadi dia udah bilang jangan kemana - mana tapi kayaknya enggak didengerin.

Haruto memijit pelipisnya. Males banget kalau harus mencari orang itu. Bikin Haruto capek fisik aja, kalau ketemu ya bikin capek batin juga.

Intinya Haruto enggan buat ketemu lagi sama orang tersebut.

"Dor!" Dua tangan yang berada di bahu Haruto spontan membuatnya berbalik badan. Dilihatnya cewek berpakaian serba hitam dengan koper yang berada di sampingnya. Setelah otaknya memroses siapa cewek tersebut, langsung saja dilepasnya pegangan cewek tersebut pada bahunya.

"Ah, lama lo. Pake ngagetin gue segala. Lo kira gue suka, apa?" Haruto nanya dengan nada jengkel. Dia natap cewek itu selama beberapa saat sebelum berjalan duluan ke mobil yang dia parkirin. Untung aja dia jalan belum jauh.

Cewek itu cuma diem aja. Dia buka bagasi dan ngeletakin kopernya disana. Kemudian dia nyusul Haruto duduk di samping kursi kemudi. "Ngapain lo duduk di depan? Belakang sana." Usir Haruto yang bikin cewek itu makin kicep aja, tapi enggak beranjak juga dari duduknya setelah Haruto kasih kesempatan pindah duduk.

Cowok bersurai hitam itu ngehela nafasnya. "Yaudah terserah lo aja. Dari dulu juga semua terserah lo." Ucapnya kembali, semakin nyelekit dan bikin cewek itu semakin enggak berani ngomong.



"Haru... Aku kangen kamu yang dulu..."




***


A/N:
Hai guys. Akhirnya hari minggu. Besok sekolah sih, tapi aku usahain cerita ini tetep jalan. Aku sekarang lagi ongoing-in dua cerita, Hajeongwoo dan Dodam nih jadi maaf ya kalau agak lama updatenya.

Perihal kemarin ending fairy stage ILY Doyoung dan Haruto, yaampun ga kuat banget liat mereka. Apalagi ult biasku Doyoung, kemarin aku wafat sejenak karena kaget sekaligus terpesona🤣❤️

Haruto juga sama gerakan love arrow nya, gilaaaa. Setelah Doyoung disuguhin Haruto, terus kemarin tuh mereka semua keren bangetttt pake outfit hitam putih. Makin ganteng dan makin bikin haluku memanjang😭😭😭

Udah itu aja. Gak kuat lagi. Masih keinget sampe sekarang. Bye😭

See you in the next part ^_^

Xihua Cafe; HajeongwooOnde as histórias ganham vida. Descobre agora