41

16.9K 1.1K 24
                                    

Sudah dua hari Jean belum ditemukan. Keenam Cucu Frankiston itu sangat-sangat merana.

Di rumah, beberapa barang berbahan kaca sudah pecah akibat ulah Gama yang sering mengamuk tak jelas.

Di kamar bernuansa pastel itu juga seperti kapal pecah, Tomi sang pemilik tak lagi memperhatikan kebersihan.

Di SMAWA pun sama, sudah dua hari lelaki yang di kenal dingin nan cuek itu selalu mengamuk tak jelas.

Mode senggol bacok kata Dio.

Bagaimana tidak? Ada yang menyenggol bahunya sedikit saja, Jovan sudah menghajar habis-habisan. Seperti saat ini yang terjadi di kantin SMAWA.

Bugh

Kedua lelaki itu saling memukul satu sama lain, menghiraukan jeritan para pengunjung kantin. Terutama para siswi.

"Gara-gara lo! Laras patah tulang anjing!" Jovan tak menghiraukan umpatan Dani dan kembali memukul Dani.

Tak ada yang bisa menghentikan aksi keduanya. Termasuk kedua sepupu lelaki itu. Yah mereka tahu, mungkin penyebabnya Laras. Selain ditampar Jovan, gadis itu juga ditubruk dengan sengaja oleh Gama. Bahkan, Gama tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya. Gama berpikir itu sudah impas dengan apa yang dilakukan gadis itu terhadap Adiknya.

Bugh

Kembali, Jovan melayangkan bogeman untuk Dani— sang Kakak kelas. Jangan diragukan lagi seberapa sakit pukulan Jovan, Dani yang merasakan saja harus menutupi kesakitannya pada beberapa bagian tubuh agar dia tidak terlihat lemah.

"JOVAN, DANI!" Seruan dari Guru BK menggema di penjuru kantin. Aksi mereka berdua terhenti kala kedua tangan Guru BK itu menjewer telinga mereka.

"Aduh Bu, sakit, lepasin," pinta Dani.

"Gak, ikut ke ruang BK."

"Lepas." Jovan berkata dengan nada dinginnya. Mata elangnya menatap menusuk Guru BK itu membuat sang empu dengan reflek melepaskan tangannya dari telinga Jovan.

"Bu, dia kok dilepas? Saya enggak?" Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Jovan berlalu dari sana.

"Sialan lo anjing!" teriak Dani.

***

"Berisik anjing," teriak Farah tak kuasa menahan keramaian di kelasnya. Semuanya langsung diam. Karena jika Farah sudah seperti itu, tandanya dia akan menjadi singa yang akan memangsa.

"Van, gimana?" Elvan hanya menggeleng lesu.

"Lo yang sabar ya, Van." Beby menatap jijik teman kelasnya yang sok perhatian itu. Padahal, kan, yang bertanya dirinya, kenapa teman kelasnya itu nimbrung.

"Gatel," gumam Billa.

Ria yang memang pendengarannya tajam pun menoleh. "Maksud lo apa?"

"Hah?"

"Jangan pura-pura gak tahu, deh. Lo tadi ngomong gatel itu buat siapa? Buat gue, 'kan?"

Billa terkekeh sinis, "Nyadar rupanya."

"Maksud lo apa?!" Emosi Ria memuncak karena dihina seperti itu.

"Ya maksud gue, lo emang gatel. Ya, 'kan?" dengan intonasi jijik Billa menjawab.

"Heh!" Ria mendorong bahu Billa, membuat sang empu hampir saja terjatuh jika tidak ditangkap Farah.

"Lo ngapain, sih, anjing!"

"Apa, sih, lo. Ikut campur."

Farah menggeram marah. "Heh! Lo itu udah gatel, sok-sokan, terus kalo dikatain ga terima. Bitch!"

Ria menjambak Farah dengan kuat, tapi yang namanya singa betina menahmu tetaplah singa yang harus ditakuti. Farah memelintir tangan Ria ke belakang tubuhnya sendiri, membuat Ria menjerit kesakitan. Mengunci pergerakan Ria.

"Goblok, lepasin!"

"Gue bakal lepasin kalo lo janji gak gatel sama sepupu Jean."

"Kenapa? Lo iri?"

"Gue? Iri? Sorry to say, iri itu buat orang yang lemah. Mata gue cuma panas aja liat lo gatel sama Elvan, pengen melintir tangan lo kaya gini jadinya."

"Sialan lo, lepas!"

Teman sepergatelan Ria hendak maju membantu tetapi urung ketika Farah menatap mereka satu persatu dengan tajam.

"Aw! Iya-iya gue janji gak bakal gatel sama Elvan."

"Janji yang bener!"

"Iya gue janji!" Farah mendorong tubuh Ria sampai jatuh tersungkur. "Bagus, awas lo."

***

Sore ini sepulang sekolah, Beby dan yang lain bersama-sama mencari Jean. Bukan apa-apa, hanya saja mereka berempat juga ingin membantu mencari sahabat mereka yang hilang.

"Nggak ada juga?" tanya Billa pelan. Vanya menatap ketiga sahabatnya lesu, kepalanya menggeleng. 

"Udah, kita cari di tempat lain. Jakarta, kan, luas," ucap Beby mencoba memberi semangat.

"Makan dulu, yuk," ajak Billa yang dibalas anggukkan oleh mereka semua.

Tujuan mereka jatuh pada tempat makan yang berlogo orang tua berjanggut itu. Mereka berempat duduk tak jauh dari pintu masuk. Billa yang bertugas memesankan makanan, dibantu Vanya di sebelahnya.

"Kemarin gue denger dari temen gue, ternyata keluarga Frankiston ada Cucu perempuan loh."

"Hah?"

"Iya, temen gue anak SMAWA. Terus katanya, Cucu perempuan itu kembaran Jovan."

"Yang bener lo?"

"Pesanan datang." Suara Billa membuyarkan lamunan mereka.

"Naon?" tanya Beby dengan suara khas sundanya.

"Teu nanaon." Beby mengerutkan kedua alisnya heran. "Lo bisa sunda?"

Vanya cengengesan, "Sedikit."

"Kenapa?"

"Secepet itu ya kabar Jean menyebar?"

"Yang hilang?" Beby menggelengkan kepalanya, "Bukan. Itu loh, dia Cucu perempuan keluarga Frankiston." Vanya dan Billa hanya ber-oh ria.

"Maybe, secara mereka kolongmerat jadi ya gak menutup kemungkinan berita itu udah kesebar luas." Suara Farah menyentak perhatian mereka bertiga.

"Tapi gue kasihan banget sama dia," sahut Beby lirih.

Billa mengangguk, "Gue juga kok, but kita harus doain yang terbaik buat Jean."

***
TBC

Naon = Apa
Teu Nanaon = Nggak apa-apa

Farah ngeri juga euy😌

JEANHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin