32

18.4K 1.3K 9
                                    

"Kamu jaga dia, jangan sampai dia terluka," lirih Kira.

Smith menggeleng, "Kita, kita jaga dia bareng-bareng ya." Wanita yang masih terbaring di atas brankar rumah sakit itu menggeleng dan tersenyum sedih.

"Kamu harus kuat, Sayang. Kalau kamu nggak kuat nanti siapa yang nguatin mereka? Apalagi Jean, aku kasihan sama dia." Smith menenggelamkan kepalanya di pundak Kira seraya mengeleng.

"Sayang ... jaga dia, yah."

Titttt ....

Smith yang mendengar itu menangis sambil memeluk Kira yang sudah menutup matanya.

Punggung kokoh itu bergetar hebat. "Ak–ku ... bak–ka-l ... jaga mereka, Sa–sayang, a–ku janj–ji."

Flashback off

Smith masih menundukkan kepalanya sedih saat mengingat waktu itu. Sedangkan di hadapannya, pria paruh baya itu menatap tajam dirinya.

"Maksud kamu apa?!"

Di sebelahnya, wanita paruh baya itu juga bersedih tak menyangka akan berita yang ia dan Suaminya dapat dari Anak sulungnya.

"Iya Pi, dia Anakku. Dia yang aku dan Kira nyatakan meninggal. Tapi sejujurnya, dia masih hidup," jelas Smith yang masih menundukkan kepalanya.

Mr. Frankiston dan Istrinya menatap Smith dengan pandangan yang tak bisa diartikan. Setelah mengetahui jika Kira meninggal karena penyakit yang dideritanya dengan tiba-tiba, kini mengetahui fakta besar yang disembunyikan Suami-Istri itu.

Frankiston tak menyangka jika anaknya berbuat senekat itu. Sedangkan Laila juga tak kalah kaget mendengar itu semua. Dari cerita awal sampai akhir beserta alasannya.

"Kamu, kan, bisa meminta bantuan 'ku! Tapi kenapa seperti ini, Smith!"

Smith menunduk merasa bersalah. "Iya Pi, tapi aku juga tak bisa menjamin kalau Louis akan nekat." Frankiston dan Laila mencoba bersabar menghadapi Anak pertama mereka.

Sedangkan di lain sisi, kedua Adik dari Daddynya itu menatap tajam Gama untuk meminta penjelasan.

Gama membalas mereka tak kalah tajam. "Apa?!" ketusnya.

"Bisa jelaskan?" pinta Gunawan, Anak kedua dari pasangan Mr. Frankiston dan Mrs. Frankiston.

"Kalian menyembunyikan sesuatu?" Kali ini Danish yang bersuara, si Bungsu dari pasangan Mr. Frankiston dan Mrs. Frankiston.

Gama menghela nafasnya sabar menghadapi pertanyaan dari kedua Adik Daddynya itu, kemudian mulai menceritakannya.

***

Jovan menghadang ketiga sepupunya yang ingin masuk ke dalam kamar kembarannya.

"Minggir Jo," pinta Sean.

Jovan menggeleng. "Aku ingin lihat dia," mohon Elvan, Adik dari Sean.

"Pelit banget sih Jo," dumel Joy.

"Kalian nggak bisa lihat? Dia lagi sedih dan jangan diganggu, dia lagi pingin sendiri."

Selanjutnya, kedua tangannya mendorong ketiga lelaki di depannya hingga tersungkur di atas lantai rumah. Mereka bertiga mengumpati Jovan tak terima. Lalu beranjak menuju lantai satu.

***

Kini mereka semua berada di ruang keluarga rumah Smith. Setelah dua hari selepas pemakaman Kira, kondisi keluarga Smith sudah membaik untuk diajak bicara. Kecuali satu, Jean.

Mereka semua menatap Smith tak percaya akan hal itu. Sedangkan Smith hanya mengembuskan nafasnya sabar.

"Kan, sudah 'ku bilang maaf, ini sudah lama dan jangan diungkit lagi."

"Apanya yang lama, heh?!" sinis Danish.

"Mungkin dia ngerasa miskin jadi kaya gitu," cibir Gunawan yang langsung mendapat tatapan tajam dari Smith.

"Sudah! Sekarang sudah jelas jika Cucu perempuan 'ku masih ada! Dan kalian harus pastikan jika dia tidak dalam bahaya!" tukas Frankiston tak ingin ada bantahan.

Perlu diketahui, Smith dan Gama tidak menceritakan siapa pelaku yang membuat mereka menyembunyikan Jean. Karena Kira berpesan, jangan sampai ada yang tahu. Biar Smith sendiri yang menyelesaikannya.

Ketiga Anak Frankiston mengangguk siap. "Aku mau tinggal disini, deh," celetuk Elvan yang membuat perhatian mereka beralih padanya.

"Ngapain?" heran Danish.

"Pengen sama dia. Kan, Elvan pengen sama Kakak perempuan." Joy dan Sean mengangguk setuju. "Me too," balas mereka bersamaan.

"Kalian pergi aja dari sini!" sinis Gama.

"Tau," lanjut Tomi.

Sedangkan mereka semua melihat Cucu-Cucu Frankiston aneh.

"Kenapa? Bagus dong kalau kita tinggal di sini," usul Sandra, istri Gunawan.

Noula menepuk kedua tangannya tiba-tiba, "Kita juga bisa jadi Ibu buat dia."

Gama dan Tomi menatap sinis kedua Ounty mereka.

"Kenapa, sih?" heran Smith dengan kedua Anaknya.

Tanpa menjawab, Gama beranjak meninggalkan mereka semua dan memasuki kamarnya.

"Bodo," ketus Tomi dan ikut beranjak seperti Gama.

Sean yang menyadari sikap mereka berdua pun terkekeh geli. "Ini juga kenapa?" tanya Noula sambil memukul paha Sean kencang.

"Aduh Mom, sakit tahu ...," ringis Sean sambil mengusap pahanya.

"Mereka tuh nggak mau karena mereka nggak pingin kalau dia dibagi-bagi. Posesif," jelas Sean yang membuat mereka semua menepuk kening mereka masing-masing.

"Aneh," celetuk Frankiston.

"Udah, kalau gitu mulai diurus kepindahannya. Buat Papi sama Mami gimana? Mau meninggalkan kota tercinta?" tanya Gunawan sambil menaik turunkan alisnya menggoda.

Laila menoyor kening Gunawan pelan. "Apa naik turun alisnya itu apa?!"

Gunawan menampilkan deretan giginya seraya menggelengkan kepalanya acuh. "Fine! Kita juga pindah."

Mendengar itu, Gunawan dan Danish pun bertos ria. Kedua orang tuanya itu sangat sayang sekali dengan negara Menara Eiffel itu. Tapi sekarang? Mereka rela meninggalkan kota Paris hanya untuk Cucu perempuan mereka.

"Yes!" Elvan dan Joy bersorak senang bersamaan dengan tangan kanan mereka yang mengepal kuat di atas angin.

"Indonesia, i'm coming!" seru Sean.

Mereka yang berada diruang keluarga pun tertawa bersama.

***
TBC

JEANWhere stories live. Discover now