06

22.6K 1.3K 10
                                    

Drt drt ...

Diangkatnya ponsel itu setelah melihat nama sang pemanggil. "Assalamualaikum," salam seseorang di sebrang sana.

"Waalaikumsalam, Bian," balas Zaline.

"Maafin ya Ma, tadi Bian sibuk jadi nggak sempet jawab telfon dari Mama."

"Nggak apa-apa, maafin Mama juga yah Bian kalo jarang telfon kamu. Mama cuma ngabarin kalo perusahaan lagi ngalamin kerugian," balasnya dengan nada sedih.

"Maafin Bian yah Ma, Bian belum bisa balik kesana. Besok, deh, Bian kirim uang untuk kebutuhan Mama," jawab Bian. Anak sulungnya.

"Iya Bian nggak apa-apa, tapi nanti kamu bisa bantu Mama sedikit, 'kan, dari sana?" Mengingat tentang Anak sulungnya yang mengabdi pada keluarga kolongmerat di Jerman itu, membuatnya mau tak mau melanjutkan bisnis mendiang Suaminya.

"Iya Ma nanti Bian bantu. Besok Bian kirim uang, kasian Zillo sama Rani pasti uang jajannya dipotong sama Mama," jawabnya seraya terkekeh diakhir kalimatnya.

"Ah, kalo Zillo emang Mama potong untuk hukuman. Tapi kalo Rani, dia nggak pingin ngebebanin Mama. Beberapa hari yang lalu, Rani bilang dia kerja sampingan di cafe."

Bian mengangguk paham, walau ia yakin jika Mamanya tak bisa melihatnya.

"Ya udah ya, Bian. Mama cuma curhat sekalian minta tolong. Assalamualaikum," lanjut Zaline.

"Iya Ma, Bian akan bantuin. Waalaikumsalam." Kemudian menutup sambungan teleponennya.

***

Pagi ini kelas XI IPA 2 sedang melaksanakan kegiatan olahraga. Praktik basket.

Tapi kenyataannya adalah mereka seperti enggan, karena guru olahraga mereka sedang izin. Jadilah hanya beberapa dari mereka yang niat melakukan olahraga basket.

Prank ...

Salah satu kaca jendela kelas XI IPS 3 pecah seketika, murid-murid yang duduk di dekat jendela itu langsung saja berlari menjauh agar tak terkena pecahan kaca.

Kelas yang tadinya jamkos dan ramai di dalam, kini mereka semua keluar kelas guna melihat apa yang sedang terjadi.

Bu Diah yang tak jauh dari sana segera menghampiri salah satu murid yang ada di lapangan. "Kamu kenapa lempar bola sampai mecahin jendela itu?"

Jean yang tiba-tiba dituduh seperti itu pun bertambah kaget. "Nggak Bu, saya nggak mecahin kok," jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Bohong Bu, tuh liat. Dia yang bawa bolanya, 'kan. Itu udah jelas kalo dia yang lempar bola sampai kena kaca jendela," sahut Reni mengompori.

Beby menggeram kesal karna lagi-lagi sahabatnya itu terkena fitnah. "Nggak Bu, saya lihat sendiri kalo yang lempar itu Reni bukan Jean," belanya sambil memandang sinis Reni.

Kelas XI IPA 2 yang tadinya melaksanakan jam olahraga di lapangan, kini mulai ricuh menuduh Jean. Jangan lupakan warga murid XI IPS 3 yang mulai ikut berasumsi itu semua ulah Jean.

Bu Diah semakin bingung. "UDAH STOP!!" teriaknya membuat mereka semua diam.

"Kamu yang megang bolanya Jeana, sekarang, ikut saya," ucapnya sambil menarik paksa tangan kanan murid didiknya itu ke arah ruang kepala sekolah.

Jean hanya pasrah. Beby melayangkan tatapan tajamnya untuk Reni. "Dasar cewek sukanya fitnah orang!" Lalu melenggang pergi mengarah ke kantin sekolah.

***

"Anak-anak, kita belajar di aula dulu. Nggak mungkin juga kalo belajar di sini. Kacanya masih berserakan dan harus dibersihkan dulu sama Jeana."

Mereka semua memandang sinis ke arah Jean. "Yah Bu ... kalo kita belajar di aula, terus yang jaga tas kita siapa? Ntar ada yang maling, kan, repot," celetuk salah satu siswi di sana.

Bu Diah menatap heran kearah siswi itu. "Kalian bawa saja tasnya sekalian kalau begitu. Ayo cepetan. Kalo kalian telat, saya anggap kalian Alpha." Kemudian melangkahkan kakinya pergi mendahului anak didiknya.

"Gara-gara lo, kita semua belajar di aula."

"Aula lebih panas daripada kelas, dasar cewek sialan."

"Untung tadi Bella ngingetin gurunya biar bawa tas. Kalo nggak, pasti dia bakalan maling isi tas kita."

"Iya yah, dia, kan, miskin. Terus mungkin Kepsek hukum dia buat beli kaca baru, deh."

"Nah iya, mungkin kaya gitu. Dasar cewek miskin."

"Besok-besok nggak usah sok-sokan main basket! Biar nggak mecahin jendela kelas orang!"

"Bikin susah aja lo."

Jean berusaha sabar dengan makian teman seangkatannya itu, lalu mulai membersihkan pecahan kaca yang berserakan.

Seusai membuang pecahan beling ke dalam tong sampah di depan kelas, Jean langsung mengambil sapu untuk membersihkan sisanya.

Kelas ini sepi sekali, hanya ada dirinya.

Eh tapi tunggu!

Matanya menangkap sepasang kaki yang menggantung bersejajar dengan kursi, seperti orang tertidur dengan keaadan melumah.

Matanya menyipit melihat sepasang kaki itu yang tak bergerak sama sekali, Jean sedikit takut melihatnya.

Pikirannya berkelana, apakah siswa atau siswi itu mati? Atau pingsan?

Ngaco semua.

Perasaan juga satu kelas ini sudah menuju ke aula. Bahkan waktu kejadian pecahnya kaca jendela itu membuat mereka semua berbondong-bondong keluar kelas.

Sedikit lagi ia sampai dimana sepasang kaki itu bertengger dipojok sana, sedikit grogi memang. Dan—

"AAAAA!!!!" teriaknya sambil berlari keluar kelas.

***
TBC

Tim takut sama hal berbau horor angkat kepala🙋🏻‍♀️ Satu server sama daku🙂✨

Beby

JEANOù les histoires vivent. Découvrez maintenant