08

20.2K 1.3K 7
                                    

Berlin, Jerman 20.15pm

"Kamu masih mikirin dia?" Kira yang mendengar suara berat dari arah belakang pun menoleh, kemudian tersenyum sendu menatap Smith.

"Jangan sedih terus dong Sayang, kamu harus fokus sama kesehatan kamu dulu."

Kira menggeleng, "Aku pengen ketemu sama dia. Aku takut kalo aku nggak bisa ketemu dia."

Kira menangis di dalam pelukan sang Suami, "Shutt ... Sayang ... kamu yang tenang yah.  Kamu nggak boleh ngomong gitu. Kamu pasti ketemu kok! Yakin sama aku. Yang penting sekarang, kamu harus sembuh dulu." Smith merasakan gelengan kepala Kira didepan dadanya.

Tanpa mereka sadari, di balik pintu kamar itu terlihat seseorang yang tak sengaja menguping pembicaraan mereka.

Seseorang itu menatap mereka dengan pandangan bingung. Apa ada yang disembunyikan? Pikirnya.

Sekarang yang ia dengar adalah isak tangis milik Bunda dan suara Daddy yang menenangkannya. Ia pun beranjak dari sana dan segera masuk ke dalam kamarnya.

***

Sekarang hari Sabtu, di mana dirinya libur bekerja. Salah, bukan libur, hanya saja untuk dia sendiri yang libur. Kan, Bossnya dia, suka-suka dia.

Jam menunjukkan pukul 10.15 am.

Gama mendudukkan tubuhnya dan bersandar di kepala ranjang. Mengingat dan memikirkan perbincangan Bunda dan Daddynya semalam.

Iya, kemarin yang menguping adalah Gama. Gama tak sengaja lewat di depan kamar orangtuanya, lalu mendengar suara sedih milik Kira yang membuatnya penasaran akan hal itu.

Walau dirinya terkesan tidak peduli pada keluarganya. Namun, di dalam lubuk hatinya. Gama sangat memperdulikan mereka. Hanya saja, dia enggan untuk menunjukkannya.

"Bunda sama Daddy nyembunyiin sesuatu? Apa?"

Setelah berdiam diri, Gama memutuskan untuk keluar dari kamar menuju ruang makan untuk sarapan pagi.

Setelah duduk, matanya menatap sekeliling. Sepi. Mungkin Jovan masih masuk sekolah, mengurus kelas bahasa Indonesia di sekolah milik keluarganya. Dan itu aktif di hari Sabtu.

Sedangkan Tomi, mungkin Adiknya itu sibuk mengurusi laporan KKN-nya. Kalau Daddy dan Bundanya? Ia tak tahu, mungkin menghabiskan waktu berdua di luar rumah. Mungkin.

"Bian," panggilnya saat melihat Bian yang baru saja keluar dari toilet.

Mendengar namanya disebut, ia pun menoleh. "Ada yang bisa dibantu?"

"Kemarin aku melihatmu memasuki kantor milik Daddy, memangnya ada apa?" tanya Gama penuh curiga.

Bian pun sedikit kaget, tetapi ia harus menormalkan mimik wajahnya agar Gama tak curiga.

"Kemarin ... emm ... kemarin ..." Bian sedikit bingung mencari alasan yang tepat. "Kemarin kenapa?"

Bian pun memutar otaknya. Ah! Dia punya ide!

"Aduh begini ... saya sedikit sungkan mengatakannya," ucapnya sambil menunduk sungkan.

Kenyataannya adalah menunduk takut! Takut jika semua terbongkar gegara dirinya.

"Kenapa sungkan?"

"Em ... anu ... saya mau pinjam uang sama Mr. Smith. Waktu itu, Mama saya mencari pinjaman. Saya pun belum ada uang untuk meminjamkan. Jadi, tidak ada pilihan lain selain meminjam uang pada Mr. Smith," jelas Bian sambil terus menerus meminta maaf pada Smith dan Zaline yang membawa nama mereka, dalam hati.

"Bener?" Bian mengangguk yakin. "Oke."

Bian pun mengangguk lagi dan langsung pergi meninggalkan Gama yang kembali melanjutkan acara sarapan paginya.

"Mbak." Pembantu yang sedang melewati Gama itu pun menoleh kearahnya. "Saya Tuan?" Gama mengangguk.

Pembantu itu berlari kecil menuju Gama. "Daddy sama Bunda kemana? Jalan-jalan?"

Pembantu yang bernama Sari itu pun sedikit gelagapan ingin menjawab apa dan Gama menangkap hal itu. "Kamu nyembunyiin sesuatu?"

Sari menggeleng takut, ia bingung harus berbohong atau berkata jujur. Pasalnya tadi, dirinya sudah disuruh tutup mulut oleh Tuan besarnya. "Em ... iya, Tuan sama Nyonya jalan-jalan keluar," jawabnya sambil menundukkan kepalanya takut.

Gama menangkap raut gugup dari wajah Sari, "Kamu berbohong Sari."

"Jawab!" Bentaknya pada Sari.

"I–itu, Tua–an sama Nyonya pergi ke–ke rumah sakit."

Gama menautkan kedua alisnya heran, "Siapa yang sakit?" Sari pun menggelengkan kepalanya, pertanda ia tak tahu soal itu.

"Ya sudah." Selepas itu, Sari pergi dari hadapan Gama.

Gama teringat perbincangan kedua orang tuanya semalam, ia pun dengan cekatan masuk ke dalam kamar kedua orang tuanya secara diam-diam.

Iya, takutnya ada yang melapor. Karena kamar paling privasi di rumah ini selain kamarnya sendiri adalah kamar kedua orang tuanya.

***
TBC

JEANWhere stories live. Discover now