Cintailah cinta

3.1K 185 3
                                    

Seorang perempuan berdiam diri di depan kaca jendela rumah sakit. Matanya memandang ke arah luar tapi pikirannya kosong.

"Kalau gua mati. Apa orang-orang akan bahagia?"

"Gimana menurut Lo Sa?"matanya masih betah menatap keluar sedikitpun tak bergerak.

Pria yang diajak bicara itu hanya bisa menghela napas kasar.

"Kenapa? Lo mau mati? Harusnya gua yang mau mati ngurusin kekacuan yang Lo buat"

"Denger ya Ndah. Lo mati orang-orang pasti gak akan peduli. Karier keartisan Lo bakal diganti dengan artis lain"

Indah tersenyum kecut "Karier gua udah hancur Sa. Mendingan Lo cari artis lain"

Sasa mengusap wajahnya kasar. Pria setengah matang itu berdecak sebal "Lo harus bangkit. Lo gak sayang sama gua? Lo mau bunuh gua perlahan-lahan?"

"Semua kontrak Lo bulan ini sampe tahun kedepan di batalin. Kita harus bayar denda. Lo gak lupakan? Lo mau ninggalin gua dengan hutang berjibun"

"Karier gua udah hancur. Mau apa lagi?"

Sasa memperbaiki rambut wignya yang bergeser. Dengan tangan diletakkan di pinggang ia melancarkan aksi mengumpat.

"Gua gak mau denger. Siap kita keluar rumah sakit Lo ambil liburan kek atau kemana. Hilangin pikiran negatif yang di otak Lo"

Indah mengeleng pelan "Gua pezina Sa. Gua gak bakal di terima masyarakat lagi. Gua_"

"Terus Lo mau kasih makan apa anak Lo? Lo mau nasib anak Lo jadi gembel? Ayolah Indah! Lo harus bangkit. Lo pezina bukan koruptor nanti mereka juga akan lupain"

"Gua benci anak ini"

Sasa menatap Indah dengan emosi " Lo mau bunuh anak Lo sendiri? Sekarang kasih tahu gua bapak anak itu siapa? Ih. Gua sebel banget deh!"

"Denger ya Ndah. Amit-amit deh Lo punya pikiran ngelantarin anak Lo. Di luar sana banyak pasangan yang pingin punya anak. Nah sedangkan Lo! lempar kolor pun langsung jadi" somprot Sasa.

Air mata milik Indah luruh seketika. Ia menangis terisak sambil memukul-mukul dirinya sendiri.

"Gua mau mati...gua mau mati! Gua mau mati!!"gua gak sanggup hidup lagi.

"Ya ampun Ndah Lo jangan pukul diri sendiri" Sasa menahan tangan yang berusaha menyakiti tubuh perempuan itu.

"Beneran mau mati?" Suara bariton mengintruksi mereka.

Sadham!

"Aku bantu" dengan enteng pria itu mengendong Indah lalu membawa pergi.

"Eh Indah!!!" Pekik SaSa panik

Sepanjang jalan Indah menjerit-jerit minta di lepaskan. Sedangkan Sadham masih santai seolah tidak memperdulikan mereka yang menjadi tontonan banyak orang.

Indah memukul dengan keras bahu pria itu. Ia mulai panik ketika mereka menuju ruang kamar mayat. Pria itu meletakkan ia begitu saja di dalam kulkas kosong.

"Ini kulkas mayat. Sebelum Lo mau mati gua tunjukin dulu_"

Plakkk

Sadham mengernyit kesakitan ia menyentuh pipinya yang memerah akibat tamparan.

"Kenapa? Lo mau marah? Harusnya gua yang marah. Brengsek kamu!" Perempuan itu ingin melancarkan aksi bar-barnya namun tangan tertahan di udara. Sadham menahan tangan itu untuk menyentuh wajahnya kembali.

"Gara-gara Lo gua kehilangan Raja. Karna Lo karier gua hancur" Isak Indah.

"Aku ngelakuin sesuai keinginan kamu. Jadi jangan pernah melimpahkan semua kesalahan yang kamu buat sama orang lain"

Take on Me (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang