Ruang sendiri

2.5K 181 3
                                    

Dokter....

Dokter...

Suara itu kembali samar-samar terperangkap pada indera pendengarannya. Matanya terbuka sedikit sambil mengatur pencahayaan yang masuk.

"Dokter Raja. Dokter gak pulang?"seorang suster berdiri menatapnya bingung.

"Pasien udah habis semua Suster Alin?"tanya Raja heran.

Suster senior itu mengangguk cepat. Lalu terkekeh pelan. "Dokter nyenyak banget tidurnya. Dokter malam ini jaga di Rumah Sakit lagi?"

"Gak, saya langsung pulang ke Apartemen. Suster Alin pulang sama siapa? Saya antar?"

Alin mengeleng cepat "Anak saya sudah tunggu di depan Dok. Dokter pulang ini istirahat terus"

"Baik bos" senyum Raja hangat.

"Tadi istri dokter nelpon kesini. Tapi dokter gak angkat"

Pria itu tersenyum kecut mengingat permasalahan mereka. Pria itu bahkan berusaha bekerja bagai kuda demi melupakan semuanya.

"Ponsel saya ke mode silent. Nanti waktu pulang saya nelpon kembali"

Tanpa memperpanjang lagi Suster Alin mengangguk mengerti ia segera melangkah keluar dari ruangan itu.

Raja menyenderkan tubuhnya di kursi ia duduki. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponsel. Ia hanya mencoba menghindar karena yang diperlukan dirinya sekarang ruang sendiri.

Tokk...tok...

Suara ketukan pintu membuat pria itu terpenjat kaget.

"Hai" sapa perempuan itu dengan senyum manis.

"Mas pasti belum makankan? Aku bawain sushi kesukaan Mas"
😾😾😾😾

Suasana makan malam itu terasa sunyi. Kedua anak manusia itu memilih menikmati makanan mereka dalam diam. Pikiran mereka berdua telah berkelana kemana-mana.

"Mas kok gak kabarin aku kalau udah dua Minggu di Jakarta?"

"Hah?" Raja berusaha mencerna pertanyaan mantan kekasihnya. Otaknya terlalu lambat jika berhadapan dengan Indah.

"Mas dari tadi melamun ya? Gak biasanya Mas gak fokus kek gini"

"Usia kandungan kamu udah berapa bulan? Kamu rutin cek kehamilan kamukan?"

Indah mengerucutkan bibirnya "Jangan ngalihin pertanyaan aku donk Mas. suka kebiasaan ya"

Pria itu tertegun lama, sudah lama ia tidak melihat raut wajah itu. Seandainya mereka masih bertunangan. Ia akan sangat menikmati momen seperti ini.

"Nanti aku lahirannya sama kamu ya Mas. Aku rencana mau melahirkan normal. Mas ntar gak baperan kan?" Canda perempuan itu.

Raja tersenyum kecil "Bukan baper yang ada Mas gagal move on"

"Alah bilang aja takut gagal fokus"

Raja ikut tertawa mendengar guyonan dari Indah. Selama mereka berhubungan. Mereka berdua jarang bisa berbicara selepas ini.

Indah mengedarkan matanya ke seluruh ruangan apartemen. Tempat ini begitu sama seperti waktu ia sering menghabiskan di sini setelah selesai syuting ataupun pemotretan.
Ada rasa senang yang menyelimuti hatinya. Bukankah ini sangat jelas bahwa Raja pun masih menginginkannya?

"Mbak Ayra tidur di rumah Mami ya Mas? Dari tadi gak kelihatan" kata perempuan itu penuh basa-basi.

"Masih di Aceh. Sekarang Ayra kan dah kerja di rumah sakit pemerintah di sana"

"Jadi kalian LDR-an?"Indah terdiam lama. "Seandainya aku gak lakuin hal bodoh sekarang aku pasti udah nemenin Mas disini nyambut pas pulang" kata perempuan itu dengan wajah sedih.

"Kamu gak usah khawatir Minggu depan istri Mas udah di Jakarta. Udah malam kamu harus pulang. Mas udah capek banget,maaf gak bisa antar ya" Raja mengusir halus perempuan yang menatapnya terkejut dengan sikapnya sekarang.

Bukan apa-apa sekarang ia lebih baik sendiri dulu memikirkan semua tanpa siapapun. Biarkan hatinya tenang agar pikirannya bisa tenang.

"Oh ya Mas, maaf ganggu" Indah meraih tasnya lalu berdiri dengan canggung.

Raja ikutan bangkit dari tempat duduknya"Mas beneran lelah. Mas gak antar sampe basement. Maaf ya"

"Iya Mas. Aku pulang dulu" perempuan itu langsung melangkah keluar. Ia harus pergi dari situ sebelum harga dirinya makin terinjak. Air mata sudah berderai kencang.
Pria itu telah menolaknya. lagi.

Setelah kepergian Indah. Raja menyenderkan badannya ke punggung kursi. Ia tidak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Pikirannya berkecamuk dengan sikapnya satu jam yang lalu. Dirinya sadar tindakan tadi hanya cara agar mereka berdua menjaga jarak.

Suara dering telpon membuyarkan lamunannya. Ia tidak langsung mengangkat. Sampai suara dering itu mati dengan sendirinya.

"Maafin aku Ra..."

Tbc

Menjelang ending ya guys. Gak sabaran pingin nyelesaian. Karena ada dua cerita gua yang belum selesai. Sejujurnya gua minta maaf gak bisa menampilkan setiap adegan yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Wkakkaka
Keterbatasan otak buat cerita gituan.
Harapannya sih part selanjutnya lebih asyik lagi. Kalau teman2 banyak yang baca mungkin dalam Minggu ini di tamatin.

Oh ya makasih buat yang baca dan recommend cerita gua ke teman2.
Tanpa edit gua upload guys.

Selamat membaca

Peqiherry


Take on Me (Ending)Where stories live. Discover now