Semua tak sama

2.7K 184 3
                                    

Seorang pria sibuk menikmati alunan musik dari ponselnya. Sesekali ikut menyanyikan lagu band dari padi. Sepertinya ia butuh karoke untuk menghilangkan kepenatan. Seandainya Ayra ada disini sudah di pastikan nasibnya tidak akan terlalu mengenaskan.

Malam minggu hanya dihabiskan di kamar mayat. Nasib..nasib menjadi dokter forensik satu-satunya di rumah sakit tempatnya bekerja. Membuat dirinya harus ketar-ketir menghadapi visum yang tidak mengenal waktu.

Seperti beberapa saat lalu ia baru saja mendapatkan telepon dari kepolisian.
Kali ini ditemukan bayi yang di buang dipinggir sungai. Tanpa membuang waktu pria itu segera keluar dari apartemennya menuju rumah sakit.

Baru kaki kanannya menginjakkan ruang forensik pria itu langsung di datangi Pak Bejo asistennya "Dokter Sadham kardusnya udah di dalam kamar mayat"

"Kardus?"tanya Sadham bingung.

Seorang anggota kepolisian mendekati dirinya dan memberi hormat"Selamat malam dokter Sadham. Bayinya di dalam kardus dok"

Sadham mengangguk tanda mengerti lalu menuju ruangan biasa. Ia langsung memakai baju siap tempur. Gaun, kacamata, sepatu boots, masker dan sarung tangan.

Lalu dengan telaten ia membuka bungkusan kardus yang di ikat dengan tali rafia. Ketika bungkusan dibuka tampak bungkusan kain kafan.

"Wah tega bener bayi gak berdosa di buang" komentar pak Bejo yang ikutan membantu Sadham.

Sadham hanya diam tidak menyahut apapun. Ia membuka tali di bungkusan kafan itu. Sontak saja aroma melati dan jeruk perut menguar di seluruh ruangan . Dengan perlahan ia memeriksa isi kafan tersebut apa tampak bagian-bagian bayi. Namun nihil. Hanya pecahan sabun, bunga-bungaan.

"Bapak polisi ada cek dulu ini beneran bayi dibuang? Ini sesajen bukan bayi"sindir Sadham.

Polisi itu hanya nyengir kuda "Maaf dokter begitu ada warga yang nemuin kardus katanya berisi bayi.
Ya...langsung aja kita bawa kemari. Mungkin ini ritual buang sial"kata bapak polisi itu dengan mengebu-gebu.

"Dan yang kenak sialnya kami gitu? Malam Minggu gini amat sih kasusnya" ngomel Sadham.

Pak Bejo menahan tawa melihat wajah dokter Sadham yang bete "Udah dokter, dari pada sendrian di apartemen mending disinikan. Kan dokter jomblo"

"Memangnya orang jomblo gak boleh nyantai-nyantai? Besok bapak polisi pastiin dulu yang bener. Kalau gini kan saya yang repot. Kerjaan saya banyak. Gak cuma ngurusin sesajen atau apa namanya"semprot Sadham.

Pria itu segera menghela napas mengingat kejadian yang membuat urat sarafnya tegang. Musik di ponselnya kembali mengalun. Kalau dalam keadaan seperti ini pasti Ayra akan menemaninya. Mereka akan menghabiskan mengobrol hal yang tidak penting di temeni secangkir kopi dan susu.

Yap, ia sangat mengenal perempuan itu luar dalam. Bahkan tidak ada rahasia lagi di antara mereka berdua.
Terkadang banyak orang yang melihat hubungan mereka adalah bukan hubungan biasa.

Apa benar ia telah jatuh cinta dengan Ayra? Apa perasaan ini ada karena ia kesepian saja. Sadham mematikan musik dari ponselnya lalu segera menekan panggilan pada satu nama yang menganggunya.

Ia tidak memperdulikan apa perempuan itu sudah tidur atau _
Ia bahkan tidak sanggup membayangkannya. Ayolah kenapa hatinya bisa egois seperti ini.

"Kenapa Dham?"

Suara itu...
Kenapa hatinya seolah senang mendengarnya.

Dia berdeham pelan "Ra Lo sekarang dimana? Ada hadiah dari gua rasa kesukaan Lo. Rasa durian" Ia terkekeh pelan di ujung kalimatnya. Padahal ia berusaha menahan rasa kecewa.

Take on Me (Ending)Where stories live. Discover now