seriusan?

3K 226 4
                                    

Mari kita menikah

Mari kita menikah

Mari kita menikah

Ayra memukul meja kantin dengan sebal. Dalam mulutnya ia mau memaki pria yang berani melamarnya di ruang OKA. Sekejap mata ia telah menjadi topik panas di rumah sakit ini.

Jangan pernah tanyakan.
Kok bisa???

Dinding rumah sakit bisa berbicara cuy. Kejadian beberapa jam lalu bisa menyebar dari mulut ke mulut.

Oh ya, jangan lupakan kepopuleran seorang Rajata. Seluruh sosial media ikut memberitakannya. Dari rakyat jelata naik tingkat menjadi selebriti dadakan.
Orang ketiga dalam hubungan percintaan couple paling teromantis di jagat Raya ini.

Bahkan komentar -komentar miring tak terelakan lagi. Ia sangat bersyukur ia jarang meng-upload foto-foto dirinya. Jadi setiap pemberitaan dirinya tidak ada satu pun terpampang fotonya.

"Cie yang lagi galau" suara cempreng membuat konsentrasinya seketika pecah. Siapa lagi bukan temannya yang paling menjijikan Sadham.

"Lo ngapain kemari? Bukannya ambil cuti? Tanya Ayra ketus.

"Gua gak jadi ambil cuti. Denger Lo jadi pembicaraan satu Indonesia buat gua geger"

"Otak Lo ya geger"

Sadham terkekeh melihat bentuk wajah sahabatnya yang berubah bentuk. Tapi jangan panggil Sadham kalau tidak bisa membuat perempuan di depannya mengamuk.

"Santai sis. Lo ngomong sama gua selalu dalam keadaan tarik urat. Jadi beneran di lamar? Lo jawab apa?"

"Menurut ngana? Temen Lo beneran gak ada akhlak ya. Abis muntahin kata-kata laknat itu terus santai gitu aja. Melempeng banget"

"Kok kata-kata laknat sih? Harusnya lo bersyukur ada yang ngajak kawin"

"Kalau dia beneran mau nikahin gua tuh kenapa semua sosmednya penuh dengan mantannya? Kan gini citra gua yang jelek"

"Lo tahu kan Dham, gua jomblo dari lahir gak hobi nikung milik orang. Gua jomblo elegan"

"Yakin"

Ayra tampak gelagapan "Ya--yakin lah"

"Sekarang Raja mana?"

Ayra menghela napas sebal "Masih ada operasi cito diatas. Gua disuruh tunggu. Mana gua belum packing lagi buat besok"

"Ciee yang nunggu yayang tersayang"

"Kampret Lo ya" bentak Ayra.

"Lo bawa mobilkan? Antarin gua ke kos" dengan entengnya ia menarik lengan Sadham.

"Memank kawan sialan " gerutu Sadham.

              😾😾😾😾😾

Suara nada dering bergema nyaring seluruh  ruangan. Dengan mata masih terpejam perempuan itu mencoba meraih sumber suara yang menganggu tidur.

"Halo" kata Ayra dengan suara parau.

"Dokter Ayra, saya sudah di depan kamar kos"

"Siapa nih?" Tanya heran arwahnya belum masuk seluruhnya dalam tubuh.

"Raja"

Ayra memaki pelan dengan gerakan cepat ia segera membuka pintu kamarnya. Ia tidak sadar rambut panjangnya yang kusut macam singa betina. Bahkan belekan di matanya pun masih terlihat jelas.

Ia harus memberi nilai untuk penampilannya yang mengerikan.  sosoknya bagai wanita yang dibangkitkan dari kubur.

Tatapan Raja jatuh pada koper dan beberapa tas kecil yang tergeletak di dekat kasur "Mandi sana. Biar saya masukin barangdi bagasi"

"Kok melamun bukannya hari ini mau pulang ke Aceh? Ntar di tinggal pesawat loh"

Tanpa mencerna apapun. Ayra segera menghilang ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

"Ya Tuhan" teriak Ayra kencang.

Sepanjang perjalan mereka menuju bandara tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut pria itu. Ia tampak tenang mengendarai mobil. Sesekali ia bersenandung mengikuti musik yang dari tadi mengisi kekosongan antara mereka.

Ayra melirik jam tangannya. Pukul 4 pagi. Ia ingin mencekik pria yang tidak tahu malu menganggu dirinya sedang bermimpi indah.

Pesawat keberangkatannya ke Aceh pukul 10 pagi. Bukankah pria ini terlalu semangat. Dan, hei dirinya tidak pernah merasa meminta Raja untuk mengantarkan ke bandara.

"Nanti di Aceh rencana berapa lama?"

"Belum tahu"

"Gak balik lagi ke kesini?"

"Belum tahu"

"Kasih tahu alamat kamu yang lengkap ya. Nanti wa saya aja"

"Ngapain?"

"Kan keluarga aku harus jumpa keluarga kamu"

Ayra menarik napas dalam. Sepertinya pria ini harus di bumi hanguskan. Sejak kapan ia mengiyakan ajakan pria ini.

"Lo serius? Lo gak main-main? Kalau Lo cuma niat balas dendam dengan mantan tunangan Lo mendingan cari orang lain"

Raja mengarahkan pandangan matanya sekilas kearah Ayra. Lalu tersenyum kecil

"Saya serius loh"

"Kok bisa"

"Bukannya kamu yang dulu tanya mau nikah sama kamu? Kamu yang ngajak saya duluan"

"Kan bercanda"

Ayra seketika terhuyung tubuhnya ke arah dasbor mobil. Kendaraan mereka berhenti di badan jalan. Pria itu menghidupkan lampu tanda hari-hati.

Suasana mulai mencekam. Raja bahkan memusatkan perhatian pada perempuan di sampingnya.

"Saya gak sedang bercanda Ayra. Saya serius ngajak kamu nikah. Sekarang kamu pulang ke Aceh terus bilang ke orang tua kamu kalau kamu udah di lamar"

"Kok tiba-tiba gini? Kita bahkan jarang ngomong. Terus kamu pikir aku percaya? Kamu manfaatin aku doank? Kamu mau buat tunangan kamu cemburu? Kamu--" amarah Ayra sudah di ubun-ubun ia bahkan lupa saat bicara tadi ia telah mengantikan aku kamu"

"Indah hamil"

Tanpa sadar mulutnya terbuka lebar. Dia berdeham pelan "Anak kamu?"

Hampir terjeda lama diantara mereka hingga sebuah kata membuat Ayra mengerutkan dahinya
"Maaf" kata pria itu sambil mengusap wajahnya kasar

Tbc....

Haiii gua lagi jaga nih. Kayaknya tiap gua update ini cerita gua selalu dalam keadaan jaga. Ada yg nungguin gak? Serius gua mau nanya cerita ini menurut kalian gimana? Sempat gak pede dengan cerita ini.

Pertama dalam sejarah gua bikin cerita yang gua sendiri gak tahu bakal di bawa kemana. Jadi kadang suka aneh sendiri dengan tulisannya.

Gua harap kalian masih mau baca. Udah di baca aja dah seneng kok..
Gua gak edit lagi ya atau baca ulang. Gua langsung upload dari hp.

Semoga kalian terhibur

Love peqi


Take on Me (Ending)Where stories live. Discover now