Berdua saja?

3.4K 234 2
                                    

Hampir dua puluh kali Ayra mengecek layar ponselnya. Namun tidak ada notifikasi apapun. Hari ini dia akan menemani sahabatnya Leya untuk memilih bakal baju seragam  untuk pesta pernikahannya.

Perempuan itu seharusnya paham. Sahabatnya merupakan wanita paling lelet sedunia. Berdebat dengan wanita yang berprofesi dokter spesialis jiwa  itu akan membuatnya ikutan sakit jiwa.

Suara ponsel membuat Ayra terkejut. Dengan penuh emosi dia mengangkat telepon.

"Lo dimana? Gua udah berkerak dan berakar nungguin Lo" somprot Ayra .

"Gua ada pasien mengamuk di bangsal. Lo pergi duluan aja boleh? Nanti mas Raja nunggu di sana"

"Ngapain gua bareng Abang sepupu Lo. Ya udah gua gak ikut kalau gitu"

"Jangan donk Ay, gua belum pilih bakal baju bridesmaidnya. Ntar gua suruh mas traktir Lo"

"Okelah kalo maksa" jawab Ayra datar. Makanan selalu bisa membuat dirinya lupa diri. Dulu banget saat ia intership di daerah yang masih kental dengan aura mistis. Mamanya selalu mewanti-wanti untuk tidak menerima pemberian makanan dari orang tidak jelas.

"Mama takut adek gak bisa lihat makanan. Nanti kalau ada yang jahat nyantet adek gimana" ia mengingat jelas ucapan mamanya.

"Masmu jemput gua atau gimana?"

"Tunggu di tempat butik aja. Mas dari rumah sakit. Makasih banget ya Ayra. Gua tutup dulu. Love you" wanita itu segera mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu persetujuan Ayra.

Nasib..nasib ...., orang yang mau nikah gua yang sibuk.cckk nasib jomblo. Dumbel Ayra dalam hati.

😾😾😾😾

"Jadi mbaknya mau pilih yang warna apa?"seorang pemilik toko kain berwajah oriental menatap Ayra yang dari tadi berusaha menelpon sahabatnya.

"Bentar ya mbak. Ini teman saya gak angkat-angkat. leya kemana sih! Gerutu perempuan itu.

Wah, hari ini benar-benar menguras otaknya.

"Coba Lo hubungin Leya deh" kata Ayra sebal. Sepertinya keberadaan pria yang di depannya tidak mempengaruhi apapun. Dari tadi pria ini diam seperti patung.

Melihat pergerakan pria ini begitu lambat membuat ia harus segera pulang. Belum perutnya yang mulai mules lagi. Tanggal segini waktunya rutin tamu bulanannya.

"Mbak pilih yang warna hitam aja ya"

Pemilik toko itu langsung memotong kain yang dipilih Ayra. Dia tidak memperdulikan kalau sahabatnya ngomel-ngomel. Bodo amat. Warna hitam kesukaannya, konon warna hitam bisa menyamarkan lemak-lemak yang membandel.

Setelah menerima barang belanjaannya, wanita itu memberi instruksi dari tatapan matanya pada Raja untuk membayar.

Raja segera memberikan kartu kreditnya. Tanpa nunggu transaksi selesai Ayra segera melongos pergi.

"Dokter Ayra!!"

Gua gak denger...

"Ayra!!pria itu tidak menyerah kembali memanggil namanya.

Gua tuli...

Hingga cuplikan adegan film India pun terjadi. Raja mencekal tangan Ayra untuk menghentikan langkah perempuan itu.

"Dok, kita makan malam dulu ya. Soalnya saya belum makan dari siang"

Ayra melirik jamnya yang masih menunjukkan pukul 3 sore. Sial baterai jam merek Adidas mati.

Dirinya  berdeham pelan "gua gak lapar dok. Dokter Raja makan aja. Lagian gua ditunggu sama orang rumah"

"Keluarga dokter ada di Jakarta"

Perempuan itu mengangguk kikuk. Oh ya, pria di depannya tahu kalau keluarganya semua ada di Aceh. Dia hanya perempuan perantau di kota orang.

"Kura-kura gua dah nunggu di rumah maksudnya"ralat perempuan itu lagi.

Raja tertawa pelan "Gak lama kok, ada nasi goreng didekat sini. Saya harus pastiin dokter Ayra makan nanti Leya ngamuk"

"Boleh deh jangan lama ya. Soalnya James suka rewel kalau pulang telat di hari libur"

"James?"

Ayra berdecak sebal "Kura-kura saya namanya James. Kita jadi makan gak nih?"
😾😾😾😾

"Enak?"pria itu menatap piring yang sudah kosong.

"Gua lapar banget malam ini. Karena adek  Lo. Biasanya gua gak pernah makan malam" celoteh Ayra semangat.

Gak makan malam apanya? Ini udah piring ketiga. Pria itu tersenyum dalam hati. Sahabat Alyesa benar-benar ajaib.

Ayra mengelap minyak yang menempel di bibirnya. Malam ini sungguh panas. Dengan tangannya dikibaskan rambut panjang yang tergerai berantakan.

"Dokter gerah? Gak diikat aja rambutnya?"

"Gua lupa di taruk kemana ikat rambutnya. Tadi juga buru-buru ke toko kain. Ah, sebel banget gua hari ini"

"Jadi mau pulang? Ya udah saya mau bayar dulu. Kalau dokter capek duluan aja"Raja bangkit dari tempat duduknya untuk membayar makan malam.

Ayra tidak beranjak dari tempat duduknya. Matanya masih setia melihat pengunjung yang menikmati hidangan.

Dari segi gedung tempat ini terlalu sederhana untuk seorang Rajata. Tapi soal rasa perempuan itu bisa memasukkan list tempat makanan favoritnya.

Untung gengsinya tadi tidak terlalu tinggi. Bayangkan dia ajak makan di warteg. Pikiran jahanamnya langsung menjudge nih cowok pasti pelit.

Hah salahkan sifatnya yang suka berpikiran buruk.

"Dokter Ayra gak duluan?" Raja menatap bingung.

"Gua tungguin Lo. Biar keparkiran bareng-bareng"

"Saya tadi naik taksi ke mari. Dokter duluan aja. Saya udah pesan ojek online kok"

"Gak usah! Gua antar aja ke rumah Lo"

"Gak usah nanti ngerepotin dokter lagi"

Ayra mengibaskan tangannya tanda tidak keberatan "Gua juga bosan di kos sendrian"

"Nanti James gak nunggu?" Goda Raja.

Ayra masih menatap jam tangannya yang mati. Dengan wajah sok berpikir keras ia membalas ucapan pria itu " Jam segini James udah tidur. Jadi gak masalah. Yuk nanti makin malam gua gak berani balik ke kos.

Sungguh pencitraan luar biasa wahai jiwa jomblo. Di gangnya Ayra dikenal wanita malam alias sering berlalu lalang karena pekerjaan sebagai dokter yang tidak kenal jam kerja. Jika ada panggilan darurat dia harus siap.

Mereka berdua berjalan bersisian. Ntah berapa kali air ludah yang di coba telan oleh perempuan itu.

Perempuan itu menghentikan langkah kakinya. Raja yang tidak mendengar derap kaki memutar tubuhnya ke belakang.

"Dokter beneran udah putus dengan tunangan dokter?" Tanya Ayra spontan.

Raja mengernyit tanda tidak suka. Walaupun begitu ia tetap berusaha memberi jawaban yang sopan.

"Maaf dokter, itu terlalu pribadi untuk saya"

Ayra menghela napas panjang "Dokter Rajata maukah kau menikah denganku?"

Tbc

Hai balik lagi, sekedar informasi gua bakalan rajin update untuk cerita ini minimal seminggu sekali tiap hari Sabtu atau Minggu. Kalau gak bisa update berarti ada keperluan.(ketawa setan)

Love u
Peqi
Sorry tulisannya gak di edit lagi mager soalnya




Take on Me (Ending)Where stories live. Discover now