'Lima belas'

6 0 0
                                    

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh tante Mia dan calon suaminya. Hari yang paling bahagia. Hari yang hanya terjadi sekali dalam seumur hidup mereka berdua. Hari dimana mereka resmi menjadi pasangan suami isteri yang bahagia sampai maut memisahkan.

Aku harus bahagia. Sebagian keluarga besarku akan berkumpul di tempat acara pernikahan outdoor bernuansa pantai dan sebagiannya akan berkumpul di gereja untuk pemberkatan, namun aku masih bersama tante Mia di rumah untuk bersiap-siap. Ada make-up artist yang akan merias wajah tante Mia dan wajahku.

"Ella." Panggil tante ku.

"Kamu masih sedih ya?" Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum kecil.

"Enggak kok, tante." 

"Tante harap, hari ini kamu bisa bahagia. Kamu ga perlu bersedih lagi. Semua akan baik-baik saja." Tante Mia mengusapkan ibu jarinya ke pipi ku.

Sulit untuk pura-pura bahagia disaat yang seperti ini. Rasanya aku masih butuh waktu untuk menyendiri dan bergumul dengan dunia ku sendiri yang sendu. Tante Mia masih menyiapkan dirinya. Dia masih dirias wajahnya. Sebenarnya tante Mia menyuruh ku untuk dirias juga, tapi aku menolaknya. Aku lebih suka dengan make-up ku sendiri.

Aku kembali ke kamarku. Duduk di depan meja belajarku. Aku berkaca dengan diriku sendiri.

Apa aku pantas bahagia? Aku tidak ingin bersedih terus menerus. Aku juga butuh suatu kebahagiaan. Mungkin aku memang tidak pantas untuk merasakan apa arti kebahagiaan itu. Aku hanya bisa merasakan kebahagiaan itu hanya dengan waktu singkat. Sulit untuk menerima kenyataan ini semua. Aku butuh dia. Hanya dia yang bisa membuatku penuh warna lagi.

Aku membuka laci mejaku. Laci meja ini hampir tidak pernah ku buka seumur hidupku. Karena setahuku laci ini dulu sempat di kunci jadi aku tidak bisa membukanya. Tapi ternyata sekarang sudah tidak kunci, entah kenapa harus dikunci lalu dibuka sekarang.

Aku menemukan sebuah buku lusuh. Oh bukan, ini bukan buku, melainkan album foto kecil. Saat aku buka album foto ini, mataku tertuju pada salah satu foto yang terdapat tiga anak kecil sedang bermain bersama di sebuah loteng kecil di atas rumah. Sebentar. Loteng ini..hampir mirip dengan loteng yang ada di villa dimana aku dan Kalan juga teman-temannya menginap.

Entah apa yang terjadi, perlahan kepalaku seperti ada yang melintas sekilas entah itu apa aku tidak tahu.

"Lala! Awas!!"

Lala? Lala siapa? Kenapa tiba-tiba ada suara bocah lelaki yang teriak kepadaku. Aku memutarkan kepalaku ke arah balkon kamar ku. Aku melangkahkan kaki ku ke arah balkon dan membuka pintu balkon kamarku dengan hati-hati. Aku kira, suara itu dari anak-anak kecil yang sedang bermain, tapi nyatanya bukan. Aku tidak melihat ada anak kecil dari atas balkon ini.

Apa jangan-jangan bisikan itu lagi? Tidak. Jangan sampai. Aku tidak ingin hari yang paling bahagia untuk tante Mia malah jadi berantakan. Aku harus tetap tenang dan berusaha berfikir positif. Semua akan baik-baik saja.

Aku kembali ke meja belajarku lalu memakai bedak tipis di wajahku, maskara untuk membuat bulu mataku lebih lentik, eyes shadow  dengan warna yang natural, eye liner  tipis dan mengoleskan liptint berwarna peach ke bibirku. Aku lebih suka seperti ini. Muka ku jadi tidak terasa berat sekali.

"Woy." Aku sedikit terkejut ketika kak Daniel  memanggil ku dari balik pintu.

"Dih, gitu aja kaget. Temen lu tuh dibawah pada nyariin. Kebawah gih. Belum beres juga dandan nya?"

"Udah kok."

"Yaudah langsung turun aja, gue mau ke kamar dulu ambil sepatu." Setelah itu kak Daniel pergi. Aku memakai dress berwarna putih milikku dan memakai flat shoes satu satunya milikku juga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 16, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KALANELLAWhere stories live. Discover now