BAB 40

170 22 0
                                    

"Harus jadi pelampiasan dulu ya biar bisa deket sama kamu."

***

Tristan menatap jalanan sambil meminum kopi pesanannya. Ia tengah menunggu seseorang yang belum juga datang. Tristan meletakan kopinya.

Kemudian ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Namun, belum sempat membuka layar kunci ponselnya, orang yang ditunggu Tristan sudah datang.

"Sorry, ya, pasti nunggu lama," ucap orang itu dengan tidak enak.

"Gak papah."

Hening sejenak membuat keduanya canggung. Tristan berdehem menghilangkan kecanggungan.

"Tumben ngajak ketemu, ada apa?" Perempuan yang tengah bersama Tristan hanya tersenyum tipis.

"Hm, ada yang mau diomongin," jawab perempuan itu.

"Apa?"

Perempuan itu berdehem. "Gue denger, lo yang nyebarin rumor soal nyokapnya Kak Sam. Gue harap sih bukan," ujarnya.

"Iya, gue yang nyebarin," kilah Tristan.

Perempuan itu terkejut mendengarnya. Ia sama sekali tidak menyangka dengan jawaban dari mulut Tristan. Perempuan itu menghela napas.

"Dengan nyebarin rumor seperti itu apa yang lo dapetin?" tanya Perempuan itu dengan nada kesal.

"Gue pikir dengan menyebarnya rumor soal nyokapnya Samuel, gue bisa deket lagi sama Kanna." Tristan mengedikan bahunya. "Ternyata enggak."

Perempuan itu mendengus sinis. "Sebegitu cintanya lo sama Kanna?"

"Iya," jawab Tristan cepat.

"Lo sama sekali gak liat perjuangan gue?" Mata perempuan itu berkaca-kaca. "Gue yang selama ini cinta sama lo, gue yang selama ini ada di samping lo. Kenapa lo gak bisa bales perasaan gue, Tris?"

Tristan sedikit mencondongkan badannya ke depan. "Apa selama ini gue minta lo buat suka sama gue? Enggak, kan. Gue gak pernah maksa lo suka sama gue. Jangan pernah ngarep gue bales perasaan lo," balas Tristan tajam.

Hati siapa yang terluka ketika mendengarnya. Mila, perempuan yang tengah bersama dengan Tristan saat ini berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Mila menarik napas dalam-dalam.

Senyum terpaksa ia tampilkan agar terlihat kuat. "Harusnya lo sadar diri, siapa yang Kanna suka. Lo gak bisa maksa dia buat balas perasaan lo." Mila menatap Tristan serius. "Keadaan kita sama. Gue suka lo, sementar lo suka Kanna. Kanna suka Kak Sam, sementara lo ngejar dia yang bahkan benci lo."

Tristan mendengus kesal. "Lo pikir dengan nyamain diri lo sama gue akan membuat semuanya benar-benar sama?" Tristan tersenyum miring. "Enggak."

"Sayang banget, ya." Mila mencondongkan badanya ke depan. "Kisah lo lebih miris daripada gue."

"Maksud lo apa?" Tristan tersulut emosi.

Mila berdiri, diikuti Tristan. "Perlu gue jelasin lagi." Setelah mengatakan hal tersebut, Mila pergi dari hadapan Tristan.

Tristan mengepalkan tangannya kuat, Mila sudah memancing emosinya. Tristan berjalan keluar mengikuti Mila. "Gue bakal pastiin Kanna dan Samuel gak bakalan bersatu!" teriak Tristan dari jauh.

Mila tentu mendengar teriakan Tristan. Mila kembali membalikan badannya, lalu berjalan menghampiri Tristan. Tidak ada kekesalan pada dirinya akan obsesi Tristan untuk mendapatkan Kanna.

Mila menghela napas. "Tris, ini bukan cinta, tapi obsesi," kata Mila sesampainya di hadapan Tristan. "Lo dibutakan dengan kenyataan bahwa Kanna cuman nganggap lo sahabat doang. Sadar." Mila menepuk pundak Tristan.

TENEBRIS Where stories live. Discover now