BAB 48

151 18 2
                                    

"Awal tanpa permulaan."

***

"Gue udah gak ada urusan lagi sama Kak Uel, jadi jangan omongin dia lagi," balas Kanna kepada Adrian.

"Gue tau lo kecewa sama Samuel, tapi ada hal yang gak lo tau tentang Samuel."

Kanna menatap Raya dan Mila untuk meminta persetujuan. Mila menganggukan kepala sebagai tanda bahwa ia mengizinkan, lain halnya dengan Raya.

Mila mencubit lengan Raya agar mengizinkan Kanna pergi. Namun, Raya tetap pada pendiriannya. Dia tidak mengizinkan Kanna pergi bertemu dengan Adrian.

"Ray, biarin Kanna ngelesain masalahnya," bisik Mila.

"Tapi—"

Mila memotong ucapan Raya, Mila mengisyaratkan kepada Kanna agar mengsetujui ajakan Adrian. Melihatnya Kanna tersenyum senang.

"Oke," jawab Kanna kepada Adrian.

"Hah? Beneran lo bakalan dateng?"

"Iya."

***

Kanna sudah sampai ke tempat yang ditunjukan oleh Adrian yaitu kafe dekat sekolah keduanya. Kanna menjelajahi isi kafe, mencari keberadaan Adrian.

Seseorang menepuk pundak Kanna, Kanna menolehkan kepalanya. Adrian rupanya yang menepuk pundaknya.

"Kok belum duduk?" tanya Adrian.

"Gue kira lo gak jadi ngajak ketemu." Adrian tertawa mendengarnya.

"Ya enggaklah, ngapain coba gue gak jadi dateng." Adrian mulai mencari tempat duduk yang pas untuknya dan Kanna. "Di sana aja yuk." Kanna mengangguk.

Namun, baru beberapa langkah Adrian menghentikan langkahnya. Ia menghalangi Kanna agar tidak melangkah. Hal itu membuat Kanna binggung dengan tindakan Adrian.

"Ada apa, Kak?" tanya Kanna.

Adrian membalikan badannya menghadap Kanna. "Hm, itu ... gimana kalau kita cari kafe yang lain aja."

Kanna mengerutkan alisnya binggung. "Loh emangnya kenapa?"

Adrian berusaha mencari jawaban yang pas agar Kanna tidak mencurigai dirinya. "Kafe di sini rame, gak ada tempat kosong."

Kanna melihat-lihat sisi kafe yang kebanyakan terdapat banyak kursi kosong. Adrian langsung mengalihkan pandangan Kanna agar tidak melihat apa yang barusan ia lihat.

"Ayo, nanti keburu malem." Adrian mendorong badan Kanna agar keluar dari kafe.

"Eh, bentar dulu." Kanna menghentikan gerakan Adrian.

Adrian berdecak, "Apa lagi sih!"

Kanna membalikan badannya dengan cepat. Adrian yang berusaha menghalangi Kanna, gagal karena Kanna sudah terlanjur melihatnya. Dalam hati ia mengerutu kesal.

"Jadi, ini yang mau lo bicarain," ucap Kanna dengan nada kecewa.

"Bukan," elak Adrian. "Lo harus denger penjelasan gue dulu."

Kanna berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ia menahan rasa sesak dalam dadanya. Saat ini hatinya hancur.

Di depan matanya kini, Samuel tengah memegang lengan Stevanie dengan mesra. Sesekali dua insan itu tertawa seolah dunia milik berdua.

TENEBRIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang