BAB 9

387 146 37
                                    

"Rapuh, itulah aku yang sebenarnya."

***

"K, lo denger gue ngomong gak sih?" gerutu Raya.

Kanna menoleh ke arah Raya. "Emang lo daritadi ngomong?" tanyanya polos.

Raya mengeram kesal. "Lo kenapa sih? Daritadi kayaknya masalah?" tanya Raya.

Saat ini keduanya tengah berada di kantin. Kanna tidak memesan makanan kesukaannya, Bakso. Ia hanya memesan jus jeruk saja. Hal itu membuat Raya heran.

Raya selalu memergoki Kanna tengah melamun. Kanna tidak biasanya. Sejak tadi Kanna tidak banyak berbicara. Hanya menanggapi omongan Raya dengan gumaman saja.

Kanna menghembuskan napasnya. "Orang tua gue mau cerai," jawab Kanna lirih.

"Apa?"

Raya menatap tidak percaya Kanna. Ia berpikir Kanna mungkin saja berbohong atau sedang bercanda. Tapi, melihat wajah Kanna yang menampilkan keseriusan ia menpercayainya.

Raya memindahkan diri duduk di samping Kanna. Ia mengusap punggung Kanna. "Gue gak tahu harus bilang apa," jeda Raya.

Raya menghela napas. "Ini pasti berat banget buat lo nerima keputusan mereka. K, jangan terlalu dipikirin. Mereka lebih milih berjalan masing-masing."

Kanna memeluk tubuh Raya dari samping. Ia tidak perduli orang lain mau bilang apa padanya. Kanna memang rapuh. Dia kuat dari luar saja.

"K, kalau mau nangis, nangis aja."

Kanna kembali menumpahkan air matanya. Ia mengigit bibir bawahnya agar tidak terisak. Perasaannya kali ini sensitif. Mudah sekali menangis.

Di pojok kantin, Samuel memperhatikan keduanya diam-diam. Ia bisa melihat dengan jelas Kanna tengah menangis. Hatinya berdesir melihat Kanna menangis.

"Eh, si Stevanie masih suka ngejar-ngejar lo, Sam?" tanya Tio, teman sekelas Samuel.

Samuel tidak menjawab. Ia masih memperhatikan Kanna dan Raya. Matanya masih terpaku pada Kanna. Berbagai pertanyaan berkecambu dalam pikirannya.

Tio berdecak, "Woy!"

Samuel tersentak kaget. Ia kembali menormalkan ekspresi wajahnya. "Daritadi gue nanya lo gak jawab. Liat apaan sih?" Tio menolehkan kepalanya ke belakang.

"Nanya apa?" Samuel bertanya agar Tio tidak mengetahui bahwa ia sedang memperhatikan Kanna sejak tadi.

Tio kembali menoleh ke arah Samuel. "Stevanie masih ngejar-ngejar lo?" tanyanya lagi.

"Gak," jawab singkat Samuel.

"Bagus! Gue mau deketin dia," seru Tio. "Dukung gue ya, Bro."

Samuel kembali menoleh ke arah meja Kanna. Samuel menghela napas. Ia merasa ada yang hilang. Tapi, ia sendiri tidak tahu.

Kanna tengah tertawa bersama teman lelakinya dan Raya. Kanna nampak memperlihatkan bahwa dia baik-baik saja. Samuel bisa merasakan jika Kanna hanya berpura-pura tertawa.

Hari ini, hidup Samuel sedikit tenang lantaran Kanna sudah tidak menganggunya lagi. Ia senang. Hidupnya damai.

Namun, Samuel juga merasa ada yang hilang.

Samuel beranjak. Ia berjalan ke arah meja Kanna. Bukan bermaksud untuk menarik perhatian Kanna, ia hanya ingin melihat dengan jelas apa yang tengah Kanna alami. Hanya sekeder memastikan saja.

Samuel tidak tahu apa yang tengah ia lakukan. Ia seolah penasaran dengan sisi hidup seorang Kanna. Samuel tidak tahu mengapa ia jadi penasaran dengan sosok Kanna.

TENEBRIS Where stories live. Discover now