Sayonara

3.7K 139 20
                                    

"Alur sungai di pipi itu kini mengering. Ku harap bekasnya hilang tergantikan rekahan mawar yang bersemu merah. Dan kini tiba saatnya bagiku, untuk sekadar mengucap  Selamat Tinggal"
-Mira-

Mira tengah menenteng kantong belanjanya yang penuh dengan berbagai macam sayur dan buah. Ia berjalan menyusuri trotoar sembari melihat-lihat pajangan di tiap toko yang ia lewati. Terkadang ia berhenti, menatap pajangan di balik kaca yang menarik perhatiannya. Topi dengan syal yang sepertinya cocok dipakai Nusa, hingga sepatu dan jaket untuk Rezel. Begitu banyak benda yang membuat Mira selalu ingin menghabiskan uangnya di sini.

"Aduh!!" Tiba-tiba seseorang menabraknya dari depan, membuat Mira harus berjongkok untuk memunguti beberapa barang dari kantong belanjanya yang berhambur jatuh ke tanah beraspal.

"Sorry," ucap lelaki bermantel tebal yang kini ikut berjongkok memunguti barang belanja Mira.

Mira tercekat, suara itu seolah begitu akrab di telinganya, hingga memaksa Mira perlahan mendongak untuk melihat wajah laki-laki yang kini membantunya. Namun, belum selesai memungut semua barang Mira, lelaki itu merapatkan mantelnya dan bergegas berdiri, berlari menjauh dari Mira.

Mira menatap punggung laki-laki bermantel hitam itu, hatinya masih berdebar keras. Entahlah, padahal ia selalu berusaha mengubur dalam-dalam. Tapi kenapa suaranya mengingatkannya kembali akan sosok Ryan. Mungkinkah itu Ryan? Tapi bagaimana mungkin dia ada di Australia? Mira mendesah pelan, menenangkan hatinya. Dia bukan siapa-siapa! Hanya orang lewat yang tak sengaja menabraknya. Berkali-kali ia menyakinkan dirinya akan hal itu.

***

Rezel berlari sembari menarik tangan Nusa, penuh semangat mengajak Nusa untuk segera keluar berjalan-jalan ke taman. Nusa mengangkat tubuh Rezel, menggendongnya sembari menyusuri selasar apartemen mereka. Rezel tak henti menaik turunkan layang-layang kecil yang ia genggam erat di tangannya, layang-layang segi empat yang ia buat sendiri bersama Nusa sejak 3 hari yang lalu.

Mira menutup pintu apartemen, menjinjing tas piknik mungil yang berisi roti sandwich dan juga sebotol besar jus jeruk. Ia berjalan mengekor di belakang Nusa dan Rezel yang tengah tertawa riuh, saling bercakap untuk merencanakan apa saja yang akan mereka lakukan nanti.

Akhir pekan di musim gugur tampaknya membuat sebagian orang mulai keluar rumah, walaupun hanya untuk sekadar berjalan santai mencari hangatnya matahari pagi. Mira merapatkan sweaternya, tampaknya 2 tahun lebih di Australia masih membuat Mira tak bisa terbiasa dengan 4 musim di Benua Kangguru ini. Ia sering merindukan panasnya sinar mentari Surabaya, merindukan nikmatnya Lontong Balap yang dulu pernah ia nikmati di Pantai Kenjeran.

Nusa dan Mira berangkat ke Australia saat Rezel menginjak usia 8 bulan, meninggalkan keluarga besar mereka, dan tentunya Sun Bakery. Tak ingin tokonya tutup, Mira mengalihkan Sun Bakery sepenuhnya agar dikelola Vina. Meskipun demikian, Vina tetap mengirimkan sejumlah uang dari keuntungan penjualan Sun Bakery. Bagimanapun juga Sun Bakery tetap milik Mira, sehingga Vina tetap mengirimkan email laporan secara rutin ke Mira.

Meskipun dulu Nusa pernah berjanji akan pulang ke Indonesia tiap 2 atau 3 bulan sekali, nyatanya kesibukan di sini membuat mereka harus rela untuk mengubah rencana mereka. Kini mereka bertiga hanya bisa menyempatkan pulang 2 kali saja dalam setahun, atau jika hanya ada acara penting tertentu. Seperti bulan lalu, saat Vina menggelar pesta pernikahannya dengan pacar yang sama sekali belum pernah Mira kenal. Mira mati-matian menjadwalkan cuti panjang untuk Nusa sebulan sebelum acara itu digelar, meskipun Vina mengatakan di telepon bahwa Mira tak harus menyempatkan hadir jika memang tak memungkinkan untuk pulang ke Indonesia.

Nusa dan Rezel melihat ke sekeliling saat mereka sudah sampai di taman, memandangi jalanan yang hampir dipenuhi dedaunan berwarna kuning kemerahan. Aroma tanah basah menguar, menciptakan aroma khas yang sangat disukai Mira layaknya harum petrikor.

PAINFUL LOVE [COMPLETE]Where stories live. Discover now