Dua Garis

1.5K 68 3
                                    

"Kenapa aku bisa jatuh cinta pada sosok yang masih tumbuh di perutku meski belum pernah ku lihat wajahnya?"
--Miranda--

Sudah hampir dua bulan sejak insiden yang terjadi antara Mira dan Ryan di Jogja. Mira dan Nusa memutuskan untuk menyudahi liburan mereka malam itu juga dan pulang kembali ke Surabaya keesokan paginya. Sepanjang perjalanan pulang tak ada senyum menghias wajah keduanya, mereka sibuk dengan segala pikiran yang berkecamuk dalam kepala mereka masing-masing.

Hati Mira serasa hancur, merasa dunia yang telah ia bangun telah hancur berkeping-keping. Namun Mira tak sepenuhnya menyalahkan Ryan, karena dia pun tanpa sadar telah menuruti hasratnya kala itu.

Sejak kepulangannya dari Jogja, Mira berubah menjadi lebih pendiam, bahkan tak jarang Vina memergokinya menangis sesenggukan di kamar. Namun saat ditanya, Mira hanya menjawab bahwa dia baik-baik saja.

"Lu gak baik-baik aja, Ra!" omel Vina yang lagi-lagi mendapati Mira tengah menangis.

Mira mencoba menahan tangisnya, mengusap kasar air mata yang mengalir di pipinya.

"Lu kenapa sih, Ra? Gue yakin pasti ada masalah saat lu kemarin liburan ke Jogja. Iya kan?" cecar Vina.

Mira hanya menggeleng pelan.

"Oke kalau lu gak mau cerita sama gue! Tapi gue gak mau lagi lihat lu nangis diem-diem kayak gini," kata Vina yang kemudian berlalu meninggalkan Mira sendirian di kamar.

Sun Bakery tetap buka seperti biasa, namun Mira tak banyak turun untuk membantu. Padahal biasanya ia paling semangat saat berada di dapur ataupun hanya sekadar menyapa para pembeli.

Mira beranjak menuju meja riasnya, membuka laci paling atas. Tampak belasan benda kecil dan panjang berserakan di tumpukan paling atas, semuanya sama, menunjukkan dua garis merah yang amat jelas terlihat. Mira mengambil salah satunya, menggenggam dengan erat. Tangannya mulai bergetar lagi, tak sanggup rasanya menghadapi alat tes kehamilan yang kesemuanya memunculkan hasil positif.

Sebulan setelah kejadian itu, Mira tak merasakan ada hal yang berbeda dari tubuhnya, berkali-kali ia meyakinkan dirinya bahwa ia tak akan hamil hanya karena berhubungan sekali saja dengan Ryan. Namun pada saat ia menyadari tamu bulanannya terlambat datang, perasaan Mira mulai was-was.

Untuk pertama kalinya dia datang ke apotek untuk membeli satu alat tes kehamilan. Dan saat ia melakukan pemeriksaan di pagi harinya, dua garis merah itu muncul tanpa malu, membuat hati Mira bagai tersambar petir di siang bolong. Bagi pasangan yang sudah menikah, mendapatkan hasil positif akan menjadi hadiah dan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Namun sebaliknya, bagi Mira hal ini adalah karma dari Tuhan atas tindakannya yang telah berdosa.

"Gak! Alat ini pasti rusak. Iya benar, alatnya pasti rusak. Aku akan beli merek lain lagi lebih banyak!" gumam Mira kala mendapati hasil positif pada alat tes kehamilannya.

Mira kembali ke apotek dan membeli belasan alat tes kehamilan dengan berbagai macam merek. Namun pada akhirnya, semua alat itu menunjukkan hasil yang sama. Mira hamil! Dua garis itu seolah meneriakkan kenyataan pahit kala Mira melihat hasilnya.

Mira meraih ponselnya yang tergeletak, yang kini sering terabaikan olehnya. Entah sudah berapa banyak pesan dan panggilan yang berasal dari nomor Nusa. Mira merasa terlau banyak membebani Nusa. Ia melihat pesan-pesan Nusa, menekan tombol balas dan mengetikkan pesan singkat untuknya.

Aku hamil.

Di tempatnya, Nusa sedang sibuk memeriksa faktur penjualan saat ponselnya bergetar. Dia melihat nama Mira muncul pada layar, buru-buru ia membuka pesan yang beberapa minggu ini selalu ia tunggu. Senyum manis menghias wajahnya mengetahui Mira menjawab pesannya, namun seketika hilang saat ia membaca pesan dari Mira. Nusa membelalak tak percaya, satu kalimat itu terus terngiang di telinganya.

PAINFUL LOVE [COMPLETE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora