Restu

1.3K 70 6
                                    

Mira melepaskan genggaman tangannya begitu sampai di depan mobil Nusa. Hatinya bergetar, jantungnya memompa cepat, Nusa menyambar tubuhnya tepat sebelum Mira limbung dan jatuh ke tanah.

"Kamu gak papa, Ra?" tanya Nusa panik.

"Hatiku sakit, Bang. Sakit sekali," jawab Mira sembari menangis.

"Kuatkan hatimu, Ra. Ingat kata dokter, kamu tidak boleh stres."

"Kenapa kamu bilang kalau ini anakmu, Bang? Bagaimana nanti kalau orang-orang menganggapnya seperti itu?"

"Kamu mengkhawatirkan hal itu?"

"Tentu saja, bagaimana nanti pandangan orang-orang terhadapmu? Padahal kamu bukan orang yang menghamiliku."

"Aku tidak peduli pandangan orang, Ra."

Mira mendongak kaget mendengar jawaban Nusa. Dia sama sekali tak ingin Nusa ikut terperosok dalam dosa yang telah dia perbuat. Tatapan mata mereka saling bertautan, menyelam dalam perasaan mereka masing-masing. Nusa menarik napas dalam, meraih kedua tangan Mira yang masih bergetar, menggengamnya erat.

"Menikahlah denganku, Ra," pinta Nusa penuh harap.

Mira menatap Nusa, terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Nusa baru saja melamarnya! Kenapa? Bukankah Nusa tahu bahwa kini dia tengah mengandung anak Ryan? Begitu banyak persoalan yang berkecamuk dalam pikiran Mira, ia melepaskan genggaman tangan Nusa dan mundur beberapa langkah.

"Jangan mengasihaniku, Bang! Aku bisa mengatasi masalahku sendiri!" jawaban Mira sontak membuat hati Nusa bergemuruh.

"Kasihan? Kamu menganggap rasa cintaku untukmu karena kasihan?Seburuk itukah kamu menilai perasaanku untukmu, Ra?" tanya Nusa dengan nada tinggi, "Demi Tuhan, Ra! Aku mencintaimu! Tidak bisakah kamu melihat perasaanku tulus untukmu, Ra? Sesulit itukah kamu menerima perasaanku?"

"Aku tidak pantas untukmu, Bang! Aku hanya tak mau kamu bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak kamu perbuat!"

"Aku tidak peduli, Ra! Kamu masih Mira yang aku cintai," Nusa menarik napas, kembali melembutkan suaranya, menatap Mira dengan tulus, "Anakmu butuh seorang ayah, Ra. Kamu mungkin bisa mengatasinya sendiri. Tapi anakmu? Kamu yakin dia akan bahagia hidup tanpa ayah?"

"Bagaimana nanti dengan orang tuamu? Kamu yakin mereka mau menerima bayi yang bukan anakmu?"

"Bayi ini adalah anakku, Ra. Sampai aku mati, bayi ini akan tetap jadi anakku, akan aku anggap dia darah dagingku. Cukup kita berdua yang tahu kebenarannya, tak perlu orang lain tahu."

Tangis Mira semakin keras, dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Nusa merengkuhnya dalam pelukan, mengucapkan puluhan kata cinta yang tulus untuknya.

"Menikahlah denganku, Ra," pinta Nusa mengulangi ucapannya.

Mira berpasrah, menerima takdir yang pasti sudah digariskan Tuhan untuknya. Mungkin memang sudah seharusnya seperti ini. Mungkin memang Nusa-lah jawaban dari doa-doanya selama ini. Dalam pelukan Nusa, Mira mengangguk pelan. Dengan perlahan tangannya terulur, membalas pelukan Nusa.

***

Nusa mempersilahkan kedua orang tuanya masuk ke sebuah ruangan VIP di restoran Asia yang telah ia pesan untuk acara makan malam. Pak Widodo tampak kagum saat pertama kali menapakkan kaki di ruangan ini, 6 buah kursi mengelilingi meja makan bundar yang di atasnya sudah ditata sedemikian apik untuk para tamu. Ruangan ini diapit oleh tembok kedap suara yang memberikan privasi lebih untuk para tamu yang ada di dalamnya. Sangat cocok jika digunakan untuk jamuan atau rapat pribadi untuk beberapa orang.

 Sangat cocok jika digunakan untuk jamuan atau rapat pribadi untuk beberapa orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PAINFUL LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang